/0/12171/coverbig.jpg?v=6a2286ddc8c282407f1b2f06a538fac4)
Anna Azka Abrar adalah wanita yang cantik, penyayang, konyol, dan penuh kehangatan. Orang tua yang tidak pernah menginginkan kelahirannya membuat Anna menjadi seorang wanita tangguh dan pekerja keras sampai akhirnya orangtuanya menukarnya dengan uang, tapi itulah awal lembaran baru dalam hidupnya.
Dor!!!
Guci di meja jatuh, membuatku meringis kaget.
"Dasar anak tidak tau diuntung,
bukannya kerja cari uang, ini malah
leha-leha," ucap pria paruh baya.
Pria itu adalah ayahku, dalam hidupnya ia tak pernah menginginkan anak perempuan lahir dari rahim ibuku dan begitu juga dengan ibuku.
Aku Anna Azka Alabrar, terlahir dari
keluarga miskin, mempunyai banyak
saudara dan mereka semua laki-laki.
Jengkel dengan sikap ayah yang selalu
memarahi dan selalu membeda-bedakan. Ia pikir semua anak perempuan pembawa sial dan sangat merepotkan, terlebih keadaan ekonomi kami yang tidak mendukung. Ayah pernah bilang, dalam keadaan seperti ini anak laki-lakilah yang sangat menguntungkan karena laki-laki bisa bekerja dan bisa digunakan menjadi sumber penghasilan.
Setelah puas mendengarkan celotehan dari ayah aku berjalan-jalan untuk mencari kebebasan dan ketenangan, tapi bukannya kedamaian malah keriuhan yang aku dapatkan.
"Assalamualaikum, ibu-ibu semua. Lagi
pada ngapain nih bu, kumpul-kumpul
kaya gini?" Tanyaku. Aku menggesek paksa tubuhku agar bisa duduk di tengah ibu-ibu yang tengah kumpul di taman dekat danau. Raut wajah ibu-ibu itu terlihat sangat kesal.
"Waalaikumsalam, neng," jawab ibu-ibu serentak.
"Ini nih neng, kita lagi nyoba main yang
jujur jujuran tantangan gilu loh. Biar kaya anak ABG," ucap salah satu dari ibu-ibu itu. Walaupun kesal, mereka tetap memperlakukanku dengan baik dan ramah.
"Ouh, truth or dare kali bu," kataku memperbaiki.
"Iya itu neng," ucap salah satu dari mereka. Mata mereka menatapku tajam. Ngeri.
"Saya boleh ikutan gak bu, bosen nih
gak ada kerjaan. Di rumah di omelin mulu, diluar gak ada tujuan," curhatku. Beberapa dari mereka menepuk pundak, kepala, dan punggung tanganku.
"Yaudah ikutan aja, lagian gak ada yang tau cara mainnya," ajak mereka.
Aku menepuk jidat pelan. Heran, gak bisa main tapi tetap memaksakan untuk bermain.
"Hadeuh, gimana sih bu," protesku. Mereka semua malah cengengesan.
***
"Dasar cewe-cewe matre, bisanya cuma
mandang dompet sama fisik doang," Keluh seorang pemuda.
Revin Edgar Cavero adalah seorang anak dari keluarga konglomerat, miliarder, ia tampan, mapan, cerdas, ia memiliki segalanya kecuali pasangan. Bukannya tidak laku, hanya saja ia belum menemukan perempuan yang tepat.
"Setiap pulang ngeluh. Bawa calon juga enggak!" Cetus seorang wanita. Ia adalah mamaku, sedari tadi ia sudah berada dibalik pintu kamar. Aku menatapnya cuek.
"Kenapa sih ma, setiap cewe yang Revin temui pasti cuma mengejar duit, duit, dan duit? Matre!" protesku. Mama tersenyum dan duduk di sampingku.
"Matre itu wajar karena mereka wanita. Wanita ingin prianya bisa memuaskan mereka dengan memberi harta dan kebutuhannya. Sedangkan pria, mereka membutuhkan wanita karena ingin memuaskan nafsunya kan," ucap mama. aku mendengarkan. Lalu, mama mengelus kepalaku lembut.
"Tapi, ma..mm," mama membungkam mulutku dengan tangannya.
"Bagaimana kalau kamu terima perjodohan dari anak teman papa? Mama yakin wanita itu akan setuju, karena kamu tampan, mapan, dan dari keluarga terpandang," usulnya. Mulai lagi. Nada bicara mama yang lembut berubah menjadi rada-rada...
"Ma! Revin udah bilang kan, kalau Revin gak mau di jodohin. Coba mama bayangin," aku menatap mama. Ia menutup mata dan akan mulai membayangkan. "Gimana kalau perempuan yang dijodohin sama aku itu ada kelainan, tapi orang tuanya nyembunyiin dari kita," dugaku. Mata mama langsung melek.
"Gak mungkin!" Keningnya mengerut.
"Atau dia udah gak perawan," ucapku asal. Mama melotot. "Ya kali, zaman sekarang masih ada yang mau di jodohin. Gak akan ada, ma!" Ucapku. Sepertinya aku berhasil. Terlihat dari raut wajah mama yang sedikit takut dan khawatir.
"Terus gimana? Masa kamu Jomblo terus, kak," ucapnya. Aku mendengus kesal.
"Gak gitu juga kali, ma. Bukan berarti kalau perjodohan batal, aku akan menjomblo. Aku bakal cari menantu yang sempurna buat mama. Yang baik, yang sehat jasmani dan rohani, dan setia," aku tersenyum puas. Matanya menyipit. Sepertinya, mama tidak percaya dengan ucapanku.
"Gimana kalau kamu pura-pura lumpuh?" Usul mama membuatku menganga. Gila nih mama, maksudnya apa coba. Anaknya sehat wal'afiat gini, malah disuru pura-pura lumpuh.
"Mama ngaco! Kayanya mama sakit deh, aku bawa kerumah sakit, mau?" Mata mama melotot seakan mau keluar.
"Kan kata kamu, mau nyari mantu yang sempurna buat mama. Nah, dengan kamu berpura-pura lumpuh, kamu bisa nyari istri yang tulus kan," jelasnya. Aku diam berpikir. Itu bukan ide buruk dan harus di coba.
"Gimana kalau papa gak setuju?" Tanyaku. Mama tersenyum licik.
"Mama bisa ngatasin papa. Kamu tenang aja," aku tersenyum simpul.
"Tapi, mamah mau ada orang yang
merawat kamu selama kamu pura-pura
lumpuh. Dan, supaya akting kamu lebih
sempurna. Gimana sayang?" Tawaran mama ini sangat konyol. Tapi, kekonyolan yang ia miliki justru membuat keluarganya terlihat harmonis dan bahagia.
"Terserah mama! Revin nurut aja sama mama," mama mengangguk senang.
"Anak patuh! Mama keluar dulu, mau jalan-jalan deket taman," Revin mengangguk. Gak biasanya mama jalan-jalan, ke taman lagi. Masa bodolah, toh mama udah gede. Mama keluar dari kamarku.
***
Saat berjalan-jalan di taman, mama Revin tak sengaja melihat seorang gadis sedang asyik bermain dengan ibu-ibu.
"Haduh, kayanya tuh anak gak punya temen deh sampe main sama ibu-ibu
gitu," gumamnya. Mama Revin menggeleng kasian.
Ia langsung menghampiri gadis dan ibu-ibu tersebut. Berniat untuk basa basi, ia tersenyum ramah.
"Hallo holla semua," sikap bar barnya kumat depan mereka. Ibu- ibu mengerutkan kening, mereka tidak mengerti.
"Holla hallo juga ibu cantik," ucap Anna ramah. Mata mama Revin tertegun, karena Anna sepertinya bisa lebih mudah beradaptasi. Sedikit terlintas untuk menjadikannya pengasuh anaknya.
"Lagi pada ngapain nich?" Tanyanya. Basa basi yang basi. Ya iyalah namanya juga basa basi.
"Lagi main tut ooor dor," jawab salah
satu ibu-ibu. Yang lain menatap ibu itu.
"Truth or Dare, buuu" revisi Anna, sebelum ibu itu kena semprot yang lain karena salah menyebut.
"Nah, iya itu." si ibu itu menunjuk Anna dengan senyum yang masih mengembang.
"Oalah, seru kali kayanya," mama Revin duduk dekat Anna.
"Tante, mau ikutan?" Tawar Anna. Matanya berbinar, ia juga mengangguk.
"Sini Tan, duduk!" Anna menepuk tempat duduk dekatnya. Mereka melakukan permainan itu hampir setengah jam, sekarang giliran ibu Revin untuk bertanya atau menantang Anna.
"Aku milih tantangan, Bu," belum mama Revin bertanya, Anna sudah menjawabnya. Mama Revin mempunyai ide gila untuk Anna.
"Bagaimana kalau kamu jadi perawat anak saya?" Tanyanya. Anna melonjak kaget, bukan hanya Anna, tapi ibu-ibu yang lain juga.
"Maksud ibu?" Anna masih tidak mengerti dengan tantangan aneh itu.
"Saya tantang kamu menjadi perawat anak saya, dengan bayaran 10 juta perbulan. Gimana?" Anna tampak sedang berpikir. Ia tidak bisa menolak karena sekarang ini sangat membutuhkan uang, agar keluarganya tidak mengomelinya terus. Tanpa sadar, Anna mengangguk.
"Serius?" Ibu Revin tak percaya. Ia sangat senang.
"Saya serius, Tan. Saya lagi butuh duit." Ibu Revin mengangguk-angguk.
"Siapa nama kamu?" tanyanya.
"Anna, Tan." Ibu Revin memberi tanda pengenal.
"Saya Denada. Mulai besok kamu bisa kerja di rumah saya," Anna mengangguk paham. Denada berdiri.
"Kalo gitu, saya pamit," ucapnya. "Bye bye, bunda-bunda!" Ibu-ibu itu melambaikan tangan dengan gembira.
"Kamu yakin, mau jadi perawat anak ibu itu?" Tanya salah satu dari mereka masih penasaran.
"Yakin, Bu. Lagian ya bu, saya butuh" Anna menyatukan jempul dan telunjuknya, lalu menggesek-gesekkan keduanya. "Duit. Biar keluarga saya gak marah-marah terus. Saya udah gedek dengernya," wajah mereka berkerut. Fokus mendengarkan.
"Loh, loh. Wajahnya pada kenapa nih?" ucap Anna. "Udah ah, Bu. Saya mau pulang dulu. Takut di omelin lagi," ucap Anna lagi.
"Eh, si neng. Kita nungguin cerita kamu, malah mau pergi," Anna nyengir.
"Lain kali aja saya ceritanya, saya udah cape. Mau pulang," ibu-ibu mengangguk mengerti. Anna pergi sambil bernyanyi-nyanyi tak jelas.
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.