/0/13505/coverbig.jpg?v=832abb17bddfc1f3e709422d1a1a2d2e)
Jihan, gadis lugu yang berharap mendapat kebahagiaan setelah menikah dengan Wahyu- putra dari tokoh agama terkemuka di daerahnya. Sayangnya, semua tidak seindah ekspektasinya. Hari-hari Jihan berubah menjadi mimpi buruk setelah resmi menikah dengan Wahyu. Keluarga Wahyu ternyata sangat egois dan selalu membenarkan apapun yang diperbuat oleh keluarga mereka. Bahkan saat Wahyu menikahi wanita lain saat Jihan tengah hamil besar. Lantas bagaimana Jihan menghadapi semuanya? Mampukah ia bertahan demi buah hatinya? Atau malah ia sekuat tenaga mencari jalan agar bisa lepas dari jeratan Wahyu dan keluarganya?
"Aku harus segera menikahi Alina, mau tidak mau kamu harus ikhlas mengizinkan aku menikahinya. Ini semua demi nama baik keluarga besar kita."
Ucapan Wahyu bagai petir yang menyambar di siang bolong bagi Jihan. Dengan entengnya suaminya meminta izin untuk menikah lagi. Padahal saat ini Jihan tengah mengandung 5 bulan, buah cinta pertama mereka.
"Nama baik apa yang Mas maksud? Bukankah semua ini hanya untuk menutupi perselingkuhan Mas?" jawab Jihan dengan pipi yang sudah mulai dialiri bulir-bulir bening.
"Menurut agama, salah satu kewajiban seorang istri itu adalah menutupi aib suaminya. Aku khilaf, aku dijebak hingga bisa melakukan hal itu dengan Alina." Wahyu mulai mengeluarkan jurus andalannya, agama.
Jihan berdecih mendengar pembelaan suaminya. Bukankah mereka berdua melakukan perselingkuhan secara sadar dan mengapa kini beralibi seolah-olah khilaf dan dijebak?
"Aku tidak sanggup kalau harus dimadu Mas, apalagi aku sekarang lagi mengandung buah cinta kita. Tidakkah ada sedikit saja rasa kasihanmu kepadaku." Jihan kembali mencoba mencari sedikit celah kecil di hati suaminya.
Wahyu terdiam sejenak, diliriknya sekilas perut istrinya yang sudah mulai membuncit. Ada setitik rasa iba dalam hatinya. Namun bayangan keindahan tubuh Alina yang manja dalam dekapannya jauh lebih mendominasi.
"Sudahlah Jihan, aku tidak mau mendengar penolakan apapun darimu. Kamu itu istriku, tanggung jawabku. Jadi kamu harus mengikuti apa kata suamimu. Selagi aku tidak menyuruhmu melakukan perbuatan dosa, kamu wajib mentaati perintahku!" suara Wahyu mulai meninggi. Pertanda egonya kembali minta didengar.
"Lagipula, laki-laki itu boleh beristri lebih dari satu bahkan boleh sampai empat. Percayalah, aku akan berlaku adil. Seharusnya kamu bangga, aku jujur meminta izin padamu untuk menikah lagi. Coba lihat suami-suami lain di luar sana! Sudah nikah duluan baru istrinya diberi tahu," lanjut Wahyu semakin meninggi.
Jihan mencoba menajamkan pendengarannya, apa dirinya tidak salah dengar? Bangga? Suaminya ingin menikah lagi dia harus bangga?
"Jadi untuk apa kamu minta izin padaku Mas, kalau pada akhirnya toh kamu juga tidak butuh jawabanku." Jihan menangis terisak.
"Itu tandanya aku masih menghargaimu sebagai istriku. Jadi sudahlah, hentikan penolakanmu. Jangan menangis lagi. Aku tidak mau bayi yang kamu kandung nantinya cengeng seperti ibunya." Wahyu mendengus kesal.
Jihan mengusap airmatanya perlahan, ia sadar jika percuma saja terus berusaha meminta suaminya untuk tidak menikah lagi. Namun sungguh ia tak sanggup jika harus dimadu.
"Ceraikan saja aku Mas.....," ujar Jihan lirih.
Wahyu terperanjat mendengar ucapan yang keluar dari mulut wanita yang sudah 1 tahun dinikahinya itu. Dengan cepat ia mendekati Jihan yang terduduk lesu di pembaringan. Lalu....
Plakkk!
Jihan tersungkur saat sebuah tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Tangisnya pun kembali pecah.
"Perceraian itu adalah perbuatan yang dibenci Allah! Jangan pernah kamu ucapkan kata-kata itu lagi! Aku tekankan sekali lagi, tidak akan ada perceraian!" Wahyu berjalan keluar kamar seraya membanting pintu dengan keras. Meninggalkan Jihan yang masih terisak di pembaringan.
*****
Jihan Almira gadis berusia 19 tahun itu tak bisa menolak saat kedua orangtuanya menjodohkan dia dengan Wahyu Alfaridzi, pria yang merupakan putra dari seorang pemuka agama terpandang di kotanya.
"Mereka itu keluarga yang taat beribadah, orangtua Wahyu saja sudah bolak-balik naik haji. Wahyu dan ketiga saudara perempuannya juga jebolan pesantren semua." ujar Rahmat- Ayah Jihan saat membujuk putrinya untuk menerima pinangan Wahyu. Pria itu mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Jihan di sebuah acara pengajian.
"Tapi Jihan masih ingin melanjutkan pendidikan Abah, usia Jihan juga masih 19 tahun, masih terlalu muda untuk menikah." Jihan mencoba untuk mencari peluang agar bisa menolak perjodohan itu.
"Masih muda apanya nduk, Emak dulu menikah sama Abahmu saat masih berusia 16 tahun." Lasmi mencoba membantu suaminya untuk membujuk Jihan.
"Mereka itu selain orang berada juga keluarga yang sangat mengerti agama, jadi Abah dan Emak yakin kamu pasti akan bahagia menjadi istri Wahyu." Rahmat membelai rambut putrinya perlahan.
"Kamu setuju kan Nduk? Lagipula almarhum ayahnya Wahyu, Ustad Dahlan itu dulu sering membantu keluarga kita. Orangnya baik sekali. Jadi Wahyu sudah pasti ada turunan sifat baik ayahnya," lanjut Rahmat dengan mata menatap sendu berharap Jihan mau menuruti keinginannya.
"Abah yakin kalau nanti Jihan akan bahagia menikah dengan Mas Wahyu? Abah yakin kalau nantinya tidak akan menyesal?" Jihan memeluk erat ayahnya.
"InsyaAllah Nduk, Wahyu itu selain tampan, pekerjaannya sudah mapan, agamanya juga bagus, Abah yakin dia tidak akan menyakitimu," Rahmat mengangguk mantap. Baginya Wahyu itu calon menantu idaman, tampan, mapan, dan soleh.
"Emak juga yakin?" Jihan lantas menoleh pada Ibunya. Lasmi menggangguk perlahan mendengar pertanyaan putrinya.
"Lantas bagaimana dengan sekolahku Abah? Jihan masih ingin melanjutkan kuliah."
"Tenang saja nduk, Wahyu bilang kamu boleh terus melanjutkan kuliah, bahkan Wahyu yang akan membiayainya."
"Baiklah Abah, Emak. Kalau pernikahan ini bisa membuat Emak dan Abah bahagia, Jihan setuju dan ikhlas untuk dinikahkan dengan Mas Wahyu." Jihan memeluk erat kedua orangtuanya seraya menangis terisak.
Jihan memilih untuk ikhlas dan menerima pernikahan itu. Ia berharap semoga saja semua yang dikatakan Ayahnya benar. Mudah-mudahan Wahyu bisa memegang semua janjinya.
Namun setelah pernikahan berlangsung, Jihan mulai merasa banyak hal yang tak sesuai dengan cerita Ayahnya. Semua terasa bertolak belakang dari ekspektasinya.
Setelah hidup bersama sebagai suami istri, Wahyu ternyata pemuda yang egois, temperamen dan kekanak-kanakan. Ia bahkan melarang Jihan untuk kuliah lagi, tidak seperti janjinya dulu.
Namun Jihan tak ingin Ayah dan Ibunya terluka. Saat ditanya perihal kelanjutan sekolahnya, ia berbohong dan mengaku kalau dirinyalah yang sudah tidak mau kuliah lagi lantaran ingin jadi ibu rumah tangga saja.
Setiap hari, Jihan juga harus berhadapan dengan Ibu mertuanya yang selalu tak pernah puas dengan apa saja yang Jihan lakukan.
"Kamu itu bisanya apa sih Jihan? Masak gak enak, beresin rumah juga kurang bersih, eh sudah 5 bulan menikah belum juga hamil," cibir Wati, mertua Jihan.
Jihan hanya bisa tertunduk sedih mendengar perkataan nyelekit dari mertuanya. Hatinya sungguh sakit, namun tak punya keberanian untuk menjawab. Ia hanya bisa tertunduk pedih mengusap linangan airmata di pipinya.
Hingga akhirnya di usia pernikahan mereka yang ke 7 bulan, Jihan dinyatakan positif hamil. Wahyu sangat gembira, Ibu mertua dan saudara iparnya juga. Mereka mulai bersikap sedikit melunak pada Jihan.
Dan petaka itu pun kembali datang, seorang perempuan cantik bernama Alina, mantan kekasih Wahyu saat kuliah dulu. Firasat seorang istri dari Jihan sudah mulai mengendus hal yang tak wajar saat gadis itu sering bertandang ke rumah mereka.
Dengan alasan berbisnis kosmetik dengan Naya, kakak perempuan Wahyu, Alina justru sering terpergok sedang berbincang mesra berdua dengan Wahyu.
Bukannya menasehati sang putra, Wati malah kerap membanding-bandingkan Jihan dan Alina.
"Kamu itu menantu idaman setiap mertua loh Alina, sudah cantik, terpelajar, kaya, perhatian lagi. Harusnya kamu yang menikah dengan Wahyu, bukan Jihan," ujar Wati saat Alina sedang bertamu, tanpa memikirkan perasaan Jihan yang sedang menghidangkan minuman dan cemilan di meja. Mendengar itu semua, Jihan hanya bisa menangis lalu berlari masuk kedalam kamar. Dadanya terasa sesak.
Dan kini perselingkuhan mereka semakin nyata, Wahyu dan Alina terpergok sedang berbuat mesum oleh orangtua Alina. Wahyu pun didesak untuk segera menikahi Alina.
*****
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?