/0/15308/coverbig.jpg?v=ce4ae22032d28dc63f3cc2a2e6daf170)
Kirana yakin kecelakaan yang menimpanya hingga membuatnya koma dan keguguran direncanakan oleh seseorang. Orang yang paling Kirana curigai adalah suami dan kekasih gelap nya, alasannya karena agar mereka bisa menikah setelah menyingkirkan nya. Untungnya Tuhan masih memberikan kesempatan hidup kedua kepada Kirana. Kirana bertekad kuat untuk membalas orang-orang jahat itu, menyusun rencana balas dendam nya dengan baik dimulai dari membuat Daniel jatuh cinta kepadanya, merebut nya dari selingkuhannya, setelah itu Kirana akan campakkan suaminya itu agar merasakan sakit hati seperti dirinya. Kira-kira apakah rencana Kirana berjalan dengan mulus?
Dengan tangannya yang lemah Kirana berusaha mendorong kursi rodanya sendiri masuk semakin dalam ke dalam rumah. Keadaannya masih sama, selalu sepi dan sunyi. Kepalanya terangkat melirik ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki yang turun.
Tatapannya terlihat nanar melihat suaminya tidak sendirian, ada perempuan yang menggandeng tangannya dengan mesra. Saat mereka akhirnya menyadari kehadirannya, Kirana pun dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Kirana, itu kamu? Bagaimana bisa, kamu masih hidup?!" Itulah hal pertama yang Daniel tanyakan, suaranya yang keras sampai menggema di rumahnya.
Kirana menarik sebelah sudut bibir nya. Reaksi suaminya itu jujur saja menyinggung perasaan nya. "Kenapa kaget begitu? Biasa saja. Aku baru pulang dari rumah sakit, kamu tidak tahu aku pulang hari ini ya?"
Percayalah sekarang Kirana hanya sedang basa-basi, padahal Ia tahu Daniel bahkan tidak sekali pun menjenguk dirinya di rumah sakit. Bagaimana Kirana tahu? Asisten pribadinya lah yang memberitahu, memberikan semua kabar tentang suaminya juga kepadanya selama Ia terbaring koma.
Perhatian Kirana lalu teralih pada perempuan di sebelah Daniel. "Kamu sudah berani ya ajak dia ke rumah ini, apa selama aku koma kamu semakin bebas mesra-mesraan dengan dia? Ckck suami macam apa kamu ini Daniel?" Kirana bertanya dengan nada parau.
Raut wajah Daniel terlihat tidak nyaman, tapi tentu Ia akan membela diri. "Memangnya kenapa kalau aku ajak dia kesini? Lagi pula sekarang Maya istri aku juga, kami sudah menikah tiga minggu lalu," sarkas pria itu tidak tahu malu.
"Wah benarkah? Itu berarti seminggu setelah aku kecelakaan, dan kalian langsung menyelenggarakan pernikahan. Hebat sekali, kenapa tidak mengundang aku?" tanya Kirana konyol, Ia sedang ingin memancing emosi Daniel.
Mungkin sekarang Kirana terlihat santai sekali dan bersikap biasa, tapi percayalah hatinya ini sedih sekali mengetahui Daniel menikah lagi tanpa persetujuannya. Berpikir jika pria itu tidak punya hati sekali, padahal Ia sedang terbaring koma di rumah sakit, tapi Daniel malah bersenang-senang dengan selingkuhannya itu.
Melihat sikap santai Daniel dengan Maya yang tidak merasa bersalah dan tak tahu malu begitu, membuat Kirana semakin bertekad kuat untuk membalas dendam. Mereka jahat, Kirana tidak akan biarkan mereka bahagia. Dendamnya ini muncul setelah Ia terbangun dari koma, semuanya sudah berubah, termasuk dirinya.
Lamunan Kirana terhenti saat Daniel kembali membuka suara. "Sudahlah, lagian sekarang aku dan Maya sudah resmi menikah. Jadi kamu tidak bisa melarang-larang aku lagi. Kamu juga tidak bisa memisahkan kami, karena aku dan Maya saling mencintai."
Kirana malah tertawa kecil, Daniel terlihat tidak mau kalah sekali. "Terus sekarang mau bagaimana? Kamu juga mau ajak dia tinggal di sini? Ingat ya, ini rumah aku. Hadiah pernikahan dari orang tua aku!" tegasnya. Sangat menolak keras kedatangan Maya.
"Sayangnya dulu kamu pernah bilang kalau setelah menikah, rumah ini milik kita berdua, jadi aku juga punya hak setengah untuk tinggal di sini. Kamu gak bisa usir Maya dari rumah ini, dia akan tetap tinggal di sini!" kata Daniel tidak mau kalah.
Kedua tangan Kirana terkepal mendengar itu, hatinya semakin berdenyut nyeri. Sepertinya Daniel sangat mencintai Maya, sampai membelanya seperti itu. Walaupun sudah berusaha keras untuk baik-baik saja, tapi Kirana tetap sakit hati dan kedua mata nya pun berkaca-kaca.
Tidak terbayang Kirana harus tinggal se-atap dengan selingkuhan Daniel. Melihat wajah Maya saja sudah membuat emosinya naik, apalagi jika melihat mereka bermesraan. Untuk saat ini akan Ia biarkan dulu, tapi Kirana tentu harus memikirkan banyak rencana lain agar posisinya tidak menyedihkan terus.
"Ayo sayang kita pergi sekarang, kita kan mau makan siang di luar. Buang-buang waktu aja dari tadi di sini," ajak Maya sambil melirik sinis Kirana. Tatapannya terlihat merendahkan sekali pada perempuan yang tidak berdaya duduk di kursi roda itu.
Maya memang tidak menyukai Kirana, masih ingat saat dulu pernah di labrak teman-teman Kirana di Mall. Mereka mempermalukan nya dengan menjambak dan menampar nya, banyak yang menonton bahkan sampai masuk sosial media.
Citra Maya jadi buruk, banyak yang berkomentar negatif kepadanya setelah itu. Tetapi sekarang Maya menang, karena sudah mendapatkan Daniel sepenuhnya.
"Kita lanjutkan bicara nanti, ada banyak hal yang ingin aku katakan sama kamu. Terserah kalau kamu mau tetap tinggal di sini atau tidak, aku juga tidak perduli kalau kamu mau pergi." Daniel mengatakan itu dengan tidak punya perasaan, tidak tahu saja semakin menyakiti perasaan Kirana.
Kirana menarik nafas dalam-dalam lantas menggembuskannya perlahan. Berusaha mengurangi rasa sesak di dadanya. Padahal Ia baru pulang dari rumah sakit, keadaannya belum pulih total, tapi saat kembali ke rumah ini kondisinya malah seperti akan drop mengetahui kenyataan menyakitkan ini.
Dengan segenap tenaga yang Ia punya, Kirana kembali mengumpulkan sisa-sisa hati yang hancur. Tangannya lalu kembali mendorong kursi roda nya sendiri untuk mencari lift, menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Untung saja di rumahnya ini ada lift, memang tidak ada yang tahu masa depan.
"Nyonya Kirana, apa itu anda?" Pergerakan Kirana terhenti saat mendengar suara lembut itu, perlahan kepalanya menoleh untuk melihat.
"Hai mbok Tati, iya ini saya sudah pulang lagi," sapa Kirana dengan senyuman manis, raut wajahnya yang tadi sendu pun dalam sekejap berubah lagi.
Wanita paruh baya itu lalu berjalan tergopoh menghampirinya, kedua matanya terlihat berkaca-kaca seperti akan menangis. "Ya Tuhan, alhamdulillah ternyata Nyonya masih selamat. Mbok.. Mbok kira Nyonya--"
Melihat pembantunya itu yang sampai tidak bisa berkata-kata melihat dirinya, membuat Kirana pun mengusap tangan keriput itu berusaha menenangkan. Hubungan nya dengan mbok Tati sangat dekat, dulu wanita paruh baya ini juga yang merawatnya dari kecil. Sudah seperti orang tua kedua baginya.
Entahlah apa yang Daniel katakan pada semua orang tentang dirinya yang kecelakaan hebat sebulan lalu. Melihat reaksi terkejut semua orang, bisa saja Daniel bilang jika dirinya sudah meninggal dunia.
Memang tidak punya hati sekali suaminya itu, ah rasanya Kirana malas mengakuinya.
"Sudah mbok jangan nangis, aku gak papa kok. Ya walau aku masih harus duduk di kursi roda, kaki aku kan patah. Tapi kata Dokter, aku pasti bisa jalan lagi kok," ucap Kirana berusaha menghibur.
Mbok Tati menarik nafas dalam-dalam lantas menghembuskan perlahan. "Syukurlah kalau Nyonya baik-baik saja, mbok pun ikut lega. Nyonya tenang saja ya, mbok yang akan jagain dan temenin Nyonya sampai sembuh."
Kirana melempar senyuman tipis. "Makasih banyak ya mbok. Maaf banget kalau misal nanti malah makin repotin mbok karena keterbatasan aku ini," ujarnya tidak enak.
Ya Kirana sadar sekarang saat di rumah dengan kondisinya yang lumpuh begini pasti akan banyak bergantung pada mbok Tati, karena Daniel boro-boro mau merawat nya. Mana sudi pria brengsek itu.
"Ya ampun Nyonya, tidak. Anda tidak pernah merepotkan mbok, Nyonya jangan sungkan begitu. Kalau Nyonya butuh sesuatu, mbok pasti akan langsung berikan dan layani." Mbok Tati terlihat bersungguh-sungguh sekali mengatakan itu, karena Ia juga memang menyayangi Kirana.
Sedih sebenarnya yang Kirana rasakan, walau mbok Tati yang akan merawatnya. Tetapi seharusnya kan yang melakukan tugas itu adalah Daniel, pria itu suaminya dan seharusnya selalu ada di sisinya.
Sayangnya Kirana merasa akan sulit mendapat perhatian Daniel, apalagi setelah menikah lagi dengan Maya.
Semenjak janda cantik itu pindah ke sebelah rumah nya, Erika bisa merasakan perubahan sikap suaminya. Awalnya Ia mencoba mengenyahkan prasangka buruknya jika suaminya tertarik pada tetangga mereka. Tetapi semakin hari sikap suaminya semakin mencurigakan, membuat Erika pun diam-diam mencari tahu sendiri. Kira-kira apakah firasat Erika benar jika suaminya ada main dengan janda di sebelah rumah nya?
"Jujur aja, pelacur semalam yang gue sewa itu lo, kan?" bisik Arion, membuat tubuh Fiona bergetar ketakutan karena identitas nya ada yang mengetahui. Parahnya oleh most wanted paling berbahaya di sekolah nya. Ketidaksengajaan dimana Arion yang membeli keperawanan Fiona, malah menjadi petaka bagi perempuan malang itu karena setelah ini Arion tidak akan melepaskan nya dan menjadikan Fiona mainan kesukaannya.
Kepindahan Kakak Iparnya, Matthias, ke rumah utama atas permintaan Mama mertuanya yang sakit. Namun itu menjadi awal petaka bagi rumah tangga Lauren dan Matthew. Malam itu, Lauren tidak menyangka jika yang menyentuh dan membelai tubuhnya adalah Matthias. Rasa benci dan jijik yang Lauren rasakan setelah itu, Ia pun selalu berusaha menjaga jarak dengan Kakak Iparnya itu. Tetapi Matthias yang sudah naksir berat pada Lauren tidak ingin menyiakan kesempatan. Matthias lalu membeberkan rahasia jika suami Lauren yang tidak lain adiknya sendiri selingkuh dengan sekertaris pribadinya. Matthias lalu dengan senang hati menawarkan bantuan pada Lauren untuk balas dendam. Apakah Lauren akan menerimanya atau menolak mentah-mentah?
Hal gila yang pernah Astrid lakukan adalah telah menghabiskan malam yang panas dengan supir pribadinya! Semua gara-gara suaminya yang ketahuan selingkuh, membuatnya mencari pelampiasan sejenak dengan minum-minum. Bonusnya Ia malah tidur dengan supirnya yang tampan dan seksi. Walaupun malam itu Ia setengah sadar, tapi masih ingat jelas sangat menikmati setiap sentuhan Gio. Astrid seperti menelan ludah sendiri karena sama-sama berhianat, namun Ia pastikan skandal memalukan itu tidak akan tersebar. Untungnya Gio bisa diajak kerja sama dengan tutup mulut, hanya saja lelaki itu meminta sebuah imbalan. Kira-kira apa hal yang diminta nya?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Gaza dan Clara terpaksa menikah karena suatu kejadian. Mereka menjalani rumah tangga dengan terpaksa, hingga keduanya menyadari jika mereka telah jatuh cinta sedari awal. Namun, masalah demi masalah muncul ketika mereka telah menyatakan cinta satu sama lain.