/0/17516/coverbig.jpg?v=d7107c04acc18b8d969d566379e209ce)
Simon, seorang pria biasa yang hidupnya sederhana, mengalami keputusasaan setelah diputuskan secara sepihak oleh pacarnya, Shania, karena menemukan pria kaya sebagai pengganti Simon. Namun, dia bertemu dengan Sandra, wanita ceplas ceplos yang memiliki kisah cinta yang mirip dengan dirinya. Sandra, yang ternyata adalah seorang penerus perusahaan, menawarkan Simon posisi sebagai asistennya. Dalam perjalanan mereka, Simon diberitahu, bahwa nenek Sandra berencana menjadikannya anak angkat dan jodoh Sandra, sampai akhirnya mereka menikah. Namun, kehidupan Simon menjadi rumit ketika Shania kembali meminta balikan, memicu konflik tanpa konsekuensi yang tak terduga.
"Maaf Simon, untuk selanjutnya kita nggak perlu ketemuan lagi, lebih baik kita putus saja!"
"Apa?" Laki-laki yang di sebut Simon terperangah, kata-kata sang kekasih membuatnya kaget.
"Shania, bisa jelaskan alasannya kenapa? Nggak mungkin kamu bikin keputusan sepihak ini tanpa alasan yang jelas."
Dahinya mengernyit, mencoba memikirkan alasan yang masuk akal dari sosok yang di sebut Shania.
"Selama ini kita baik-baik saja kan? Tolong katakan Shania, apa yang membuatmu menyerah akan hubungan kita?"
Shania berjalan pelan mendekati Simon, lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik ke telinga Simon.
"Itu karena sejak dulu aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu." Seketika wajah Simon memerah, dia tak percaya mendengar pernyataan Shania.
"Nggak mungkin! Kamu pasti bohong, Shania..."
"Kenapa? Sebenarnya aku ingin memberitahu hal penting ini sejak lama, tapi sayangnya kita jarang bertemu, jadi sulit sekali mencari waktu untuk itu." Shania menarik nafas panjang, "Aku lebih butuh uang, Simon. Coba lihat dirimu di cermin, kamu hanya pria miskin. Kamu nggak bisa kasih apa-apa buat aku."
Simon menyipitkan matanya, melihat keadaan sekitar, mulutnya berkedut. Setelah beberapa detik, bibirnya kembali bergerak.
"Jadi hanya karena itu?" Simon menatap ke langit. "Apa semua itu berasal dari hatimu yang paling dalam, Shania? Seberani itukah kamu memutuskannya?"
Simon berusaha meyakinkan saat sang kekasih hendak pergi.
Mendengar pertanyaan itu, Shania sempat berhenti, suara dengusan dan helaan nafasnya terdengar jelas sebelum menjawab pertanyaan Simon. "Benar..."
Shania benar-benar serius, Simon tertawa miring menanggapinya. "Kamu jangan bercanda, Shania. Siapa yang percaya dengan aktingmu pagi ini, kata-katamu begitu serius dan bikin perasaanku terluka."
Shania diam seribu bahasa, pikirannya sedikit bermasalah. Pada detik itu juga dia langsung pergi dari sana.
Simon sendirian, merenung di tempatnya berdiri dengan wajah tertunduk lesu. Sampai akhirnya dia mencoba berjalan dengan gontai meninggalkan tempat itu.
Di tepi kolam ikan koi, Simon berhenti, menatap pantulan dirinya ke dalam air kolam. Raut wajahnya sayu, ada sesuatu yang bergelayut dalam pikirannya.
Simon menarik nafas sambil mendecakkan lidahnya. "Kenapa aku di takdirkan seperti ini? Aku memang pemuda miskin, tapi haruskah Shania bersikap egois begitu padaku?" Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang menyerang otaknya.
Hubungan mereka baru berjalan satu tahun, semua orang mengira hubungan mereka akan bertahan lama. Namun, ternyata ramalan mereka salah, sejak beberapa detik yang lalu, Simon sudah berstatus lajang.
Meskipun latar belakang keluarga Simon termasuk tidak mampu, tapi ia sangat terpelajar dan juga tampan. Pernah suatu kali, ia di tawari kuliah di luar negeri karena potensinya yang luar biasa, namun, Simon menolak karena suatu alasan yang tak bisa ia jelaskan.
Banyak yang bertanya kenapa, namun Simon malah memilih jadi nelayan demi meringankan beban orang tuanya.
**
Ditengah jalan pulang, Simon tak sengaja melihat Shania, masuk ke sebuah mobil. Seketika Simon bersembunyi dan mengamati gerak-geriknya dari jauh. "Kenapa Shania masuk ke mobil itu?" Matanya terus fokus menatap sosok sang mantan.
Seorang pria berpakaian keluar dari mobil. "Tunggu! sepertinya pria itu familiar..." Simon mencoba mengingat-ingat namanya. "Gerald, benar. Dia Gerald si playboy itu. Nggak mungkin, Shania pasti telah dipengaruhi oleh pria itu. Dia pasti belum tahu sifat asli Gerald. Aku harus mendatangi mereka, semoga masih ada harapan untukku..." Simon menghampiri mereka dengan modal tekad.
"Shania, bisa jelaskan padaku tentang hal ini?" Pemilik nama itu terkejut dan langsung menoleh, melihat tatapan mata Simon yang tajam. "Jawab aku Shania, apa itu karena Gerald? Kamu mencintainya?"
Gadis itu tersenyum sinis, "Bagaimana jika itu benar. Kenapa, kamu keberatan?"
"Shania, kamu jangan bodoh. Dia terkenal playboy, kamu pasti tahu kan? Dia bahkan telah meniduri banyak gadis di luar sana. Kamu juga berencana seperti mereka?" kata-kata Simon begitu sengit, membuat Shania berpikir untuk menyahut.
"Tentu saja aku tahu. Gerald sudah menjelaskannya padaku. Itu semua bohong. Ada banyak gadis yang mau memanfaatkannya demi uang. Jadi kamu nggak perlu ikut campur dengan urusan orang lain."
Simon terkesiap mendengar ucapan Shania, "Kamu bilang orang lain?" Simon melihatnya dengan alis yang sedikit terangkat. "Shania, kamu semudah itu percaya dengannya? Jika kubilang dia berbohong padamu, apa Kamu percaya?"
Shania menutup telinganya sambil berteriak. "Cukup! Kamu jangan berharap apapun padaku, sekarang untuk terakhir kalinya, aku akan beritahu kamu satu hal..."
Simon dengan setia menunggu kata-kata sang mantan selanjutnya, berharap sebuah ada hal yang membuatnya sedikit terhibur. Namun...
"Berhenti menggangguku, dan silakan pergi!"
Shania berbalik setelah berkata kasar dan pergi begitu saja tanpa peduli pada lawan bicaranya, namun sebagai pria yang baru patah hati, ia harus bertindak bodoh mengejar cintanya, dan menggapai tangannya, lalu berkata,
"Shania, dengarkan aku. Pria Sepertinya mungkin akan menipumu, atau jangan-jangan dia telah memaksamu melakukan ini? Jika benar, aku harus berhadapan dengannya."
Shania melepas paksa pergelangan tangannya dari cengkeraman Simon, "Berhenti bohongi diri sendiri, Simon. Gerald sama sekali nggak seperti yang kamu bayangin. Kamu ingin tahu kenapa aku melakukannya? Itu karena aku sudah nggak sanggup bersamamu. Seseorang akan bekerja keras demi menghasilkan banyak uang, begitu juga denganku."
"Tapi..."
"Apa? kamu masih belum paham? Kamu lihat tas milikku sekarang, ini bisa di dapat dengan uang. Kamu tahu harganya berapa? Ratusan dollar! Apa aku bisa punya barang seperti ini jika terus bersamamu? maaf, sepertinya kamu nggak pernah bisa memberiku semua itu."
Simon tertegun, baru hari ini dia melihat sisi lain Shania, ternyata mengenalnya selama tiga tahun terakhir itu belum cukup. "Shania, dengar. Gerald nggak akan pernah menikahimu. Sudah banyak gadis yang disia-siakannya."
"Tuan, Simon Cowell, bukannya selama ini kamu pria yang alim? Sekarang kamu malah berani bicara buruk tentang seseorang di belakangnya, Itu sama saja dengan kamu bergunjing. Dimana semua ilmu agama yang kamu pelajari?"
Keduanya menoleh, mendengar Gerald yang berkata barusan, ucapannya begitu menusuk. Simon jelas tahu alasannya berkata demikian.
Gerald berjalan pelan, mengelilingi mereka yang masih berdiri menatap sosoknya yang memakai semua pakaian branded dan berkelas. Di bandingkan dengan Simon, dia masih jauh tertinggal di bawah.
Gerald dengan tanpa malu meraih tangan Shania, bahkan ia memeluk tubuh rampingnya di depan mata Simon.
"Ge-Gerald?" Shania gugup, tangannya bergetar, terlebih ketika ia meletakkan kepala Shania agar bersandar di bahunya. Membuat wajah polos itu menjadi sangat teduh.
Telapak tangan Simon memanas, wajahnya memerah terbakar cemburu, hatinya merasa sakit seperti ditusuk jarum, sangat pedih. "Kenapa rasanya percuma jika bicara dengannya, haruskah aku bertindak sekarang?"
Simon mengeleng cepat, "Tidak, mereka akan mengira, bahwa aku pria yang lemah. Aku akan buktikan kalau wanita bukan hanya dia." gumamnya dalam hati.
"Shania, keputusanmu sudah bulat kan? Baik, terserah kamu mau apa. Tapi ingat, suatu saat kamu akan menyesali keputusan itu." Setelah berbicara, Simon berbalik, dan pergi.
"Tunggu dulu...!" Suara Gerald terdengar, Simon berhenti, namun ia tak menoleh sedikitpun.
Gerald melirik Shania sekilas, "Sayang, kamu tunggu di mobil, nanti aku akan menyusul setelah ngobrol sedikit dengan mantanmu."
"Gerald, kamu mau apa? Kamu nggak usah peduli sama dia, lagian kami sudah nggak ada ikatan apa-apa lagi. Lebih baik kita segera pergi dari sini. Kamu nggak perlu ngomong apa-apa lagi sama dia." Gerald menaikkan alisnya, alu tersenyum.
"Kamu jangan khawatir, kami hanya akan mengobrol sedikit, itu nggak akan mempengaruhi hubungan kita."
Walau Gerald berkata begitu, Shania ragu-ragu membiark mereka mengobrol, namun ketika memikirkannya lagi, ia tak mau mengurusi hal itu."
"Kalau gitu, aku akan tunggu di mobil,"
Shania berbalik dan masuk ke mobil, sesekali ia melirik ke belakang memastikan kalau mereka berdua tak melakukan kekerasan.
"Kamu masih berharap dia kembali padamu? Tapi, aku sudah terlanjur memilikinya, maaf jika aku telah merebutnya darimu. Jika ingin marah, silakan. Buat aku babak belur sesukamu."
Simon mendengus, "Tapi sepertinya kamu salah. Aku hanya kasihan padanya, kenapa dia bisa mengenal orang baji-ngan sepertimu? Gadis malang. Tapi kamu nggak perlu khawatir dengan nasibku, diluar sana masih banyak gadis yang bisa menggantikannya. Kenapa aku harus mengejar gadis yang sama?"
Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirnya, Simon tak mau dirinya direndahkan oleh Gerald. Walau sebenarnya hatinya sakit, tapi dia masih besar kepala mengatakan hal demikian. Dia tak mungkin menunjukkan dirinya yang patah hati di hadapan pria baji-ngan itu.
"Tapi Simon, aku beritahu satu hal yang belum kamu ketahui." Gerald mendekat perlahan lalu berbisik ke telinganya,
"Kamu sudah melihatnya kan? Shania punya tubuh yang indah dan s3ksi, sadar dirilah sebagai mantan, aku cemburu melihat kalian berdua masih berdekatan."
Kata-kata itu membuat Simon termangu, ia tahu maksud apa yang dimaksud oleh Gerald. Merasa ingin marah, namun Simon tak tahu harus mulai darimana,
"Baik..., aku harus segera pergi. Shania pasti sudah lama menungguku. Dan, aku sudah memesan kamar terbaik kami di hotel bintang lima, kamu pasti tahu itu tempat apa. Ah, sudahlah. Percuma aku bilang ini, kamu juga nggak mampu membeli makanan di sana."
Ini penghinaan, namun Simon takkan bertindak gegabah sekarang. Dia harus bersikap seperti pria jantan.
"Shania, aku nggak percaya dia malah memilih Gerald untuk menggantikanku. Selama ini, aku sama sekali nggak berani menyentuh Shania, kecuali hanya berpegangan tangan dan berciuman, selebihnya nggak pernah sama sekali. Tapi si pria brengsek itu... dia akan merusak masa depan Shania, apa aku hanya diam saja?"
Hufft...
"Semoga saja mereka nggak berbuat sejauh itu, bagaimana nasibnya jika dia menjadi korban selanjutnya?"
Simon melirik arlojinya, "Pukul 16.00 sore, sepertinya aku sudah terlalu lama di sini. Lebih baik aku keluar mencari kesibukan lain daripada memikirkan hal yang tak penting."
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
[ Mature Content ⛔ ] [ 21 + ] Penulis : penariang Genre : Romance - Adult Sub - Genre : Sick Love with Angst *** Zhou Zui Yu mengalami kegagalan pernikahan sebanyak dua kali. Tepat sebelum hari pernikahannya dilangsungkan, semua tunangannya akan mundur dengan alasan dia terlalu membosankan. Masyarakat kelas atas menyebutnya sebagai "Burung Gagak" karena kesannya yang penyendiri dan pendiam. Namun, suatu hari, seorang tuan muda bernama Ming Yu dari negara tetangga tiba-tiba saja datang untuk mengajukan lamaran pada Zhou Zui Yu setelah semua rumor yang tersebar. Hingga membuat semua orang tercengang. "Berhentilah, aku tidak berniat menikah dengan siapapun." "Lalu bagaimana jika aku berusaha lebih keras? Maukah kamu memberiku kesempatan?" Secuil kisah, tentang seberapa keras tuan muda Ming Yu berusaha merebut hati keras Zhou Zui Yu. Sampai-sampai melupakan status mulianya sebagai tuan muda terhormat.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Amanda merasa sedikit kesepian, meskipun ia menikmati momen-momen sendirinya. Ia memandang ke arah rumah tetangganya yang tampak sepi. Rumah itu milik keluarga Raka dan Laila. Raka adalah seorang pria yang tampan dan karismatik, sementara Laila adalah wanita yang cantik dan ramah. Mereka adalah pasangan yang sempurna di mata orang-orang di sekitar mereka.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?