Riko cuek saja saat mengenakan celana boxer saja di depan Laura, ia merasa tak bersalah sedikitpun dengan Laura yang begitu setia dan sabar menantikan Riko hingga ia menjadi orang sukses dan kini Riko pergi begitu saja meninggalkan luka di hati Laura.
"Pergilah, aku sudah tidak cinta lagi denganmu Laura. Aku sebagai laki-laki butuh perhatian dari kekasihnya tapi kamu malah sibuk dengan duniamu sendiri."
Laura tak percaya begitu saja dengan perkataan Riko, ia mengejar laki-laki itu yang sudah bertahta di hatinya selama beberapa tahun ini.
Laura menarik lengan Riko, ia hanya mengenakan celana boxer saja ta pa atasan. "Apa maksud kamu Riko? Kamu kan tahu jika aku sedang mengurus skripsi ku yang sebentar lagi kelar! Kamu itu seharusnya mendukung aku bukannya malah berselingkuh dengan sahabat ku sendiri!?"
Riko tidak mau berurusan lagi dengan Laura, ia sudah yakin dengan Dina yang sudah berkorban untuknya, apalagi Dina sudah memberikan mahkotanya yang selama ini ia jaga.
Riko kesal dengan Laura sebagai laki-laki ia juga ingin di manjakan oleh Laura. Akan tetapi Laura seakan-akan hanya ingin memberikan harapan palsu dengannya karena Riko tak pernah sekalipun menyentuh Laura walaupun hanya cium di pipi saja membuat Riko bosan yang sudah berpacaran dengan Laura tapi gaya pacaran Laura masih saja kolot.
Laura menghampiri Dina yang masih bergulung bersembunyi di balik selimut hangat Riko.
"Bangun Lo jalang? Pusa Lo ngencurin hubungan gue sama Riko, hah!?"
Dina masih saja belum membuka selimut Riko, ia masih enggan membuka dirinya sendiri setelah kepergok oleh Laura sahabatnya. Tapi Dina puas dengan apa yang ia lakukan, ia sama sekali tidak menyesal dengan apa yang ia lakukan bahkan hingga kehilangan mahkotanya.
Laura yang sudah sangat jengkel lalu menarik paksa selimut yang di kenakan Dina, tapi Dina yang banyak drama langsung menangis tersedu-sedu saat Riko keluar dari kamar mandi.
"Laura, maafkan aku. Aku tahu aku salah karena merusak hubunganmu dengan Riko. Tapi semua ini demi bayi yang aku kandung,"
Laura membeku saat mendengar apa yang Dina katakan, bagaimana mungkin mereka baru saja melakukan hal tersebut langsung hamil. Laura baru mengerti jika mereka sudah melakukan hubungan intim beberapa kali tanpa sepengetahuannya.
"Kamu bohong sama aku kan Dina? Bilang saja kalau kamu itu iri sama aku?"
Riko langsung saja menarik lengan Laura untuk segera pergi dari kamarnya. Mereka tidak ingin ada kejadian yang tidak ia inginkan apalagi saat ini Dina tidak hanya menggunakan apapun.
Riko menarik tangan Laura kasar hingga keluar kamarnya,"pergilah kita sudah tak punya hubungan apa-apa lagi. Ingat kita hanya jadi mantan dan jangan kembali lagi untuk mengusik hubunganku dengan calon istriku Dina, apa kamu paham!"Riko menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Laura membeku dia ingin menangis saja di depan pintu kamar Riko, tapi ia mendengar kedua pasangan selingkuh itu sedang bercanda tawa di atas penderitaan Laura.
"Tunggu aku Riko, aku tahu sekarang sedang menikmati masa-masa indah berdua dengan Dina. Dan aku akan kembali untuk merebutmu dari sisinya,"Laura pergi dari sana dengan seribu luka. Luka yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.