Galih Fathan adalah mantan suami dari Adara.
Mereka bercerai setelah menjalani bahtera rumah tangga hampir delapan tahun lamanya. Bahkan mereka saat ini telah dikaruniai seorang anak perempuan yang berusia 6 tahun.
Gugatan perceraian yang dilayangkan oleh Galih untuk Adara disebabkan oleh hadirnya pihak ketiga dalam rumah tangga mereka. Galih telah berselingkuh dengan teman semasa sekolahnya dulu, mereka sama-sama mengajar di salah satu sekolah swasta tingkat SMP di sebuah desa yang terletak di kota Ponorogo.
Pada awalnya Galih berbohong, dia bilang bahwa dirinya tak memiliki hubungan apapun dengan Ranti, wanita yang telah membuat rumah tangganya hancur. Namun seiring berjalannya waktu, perubahan sikap Galih pada istrinya membuat Adara semakin yakin dengan hubungan mereka yang tidak biasa.
Setelah beberapa kali Galih membawa Ranti ke rumah, saat itulah Adara mendengar bahwa suaminya itu menyebut Ranti dengan sebutan sayang. Wanita mana yang tak sakit jika suami yang dicintai ternyata telah mendua.
Adara dan juga Galih telah tinggal terpisah dengan kedua orang tua mereka. Orang tua Adara yang hanya bekerja sebagai buruh tani di desanya, tak mampu membiayai perempuan cantik itu untuk meneruskan pendidikannya. Adara menamatkan sekolahnya di jenjang SMK.
Tujuh bulan menjalin hubungan dengan Galih, lelaki itu langsung meminta Adara untuk menikah dengannya. Tanpa banyak berpikir, Adara bersedia menikah dengan Galih karena lelaki itu terlihat baik dan juga sopan. Walaupun Adara sendiri mengetahui jika orang tua Galih tak menyukai dirinya. Namun karena rasa cintanya untuk Galih begitu besar, Adara seakan buta akan fakta itu.
Orang tua Galih memiliki warung yang menjual sayur mayur mentah yang begitu ramai. Karena hanya ada satu di tempatnya, jadi semua warga yang dekat dengan warung pak Kasman dan Bu Karti, mantan mertua Adara, mereka berbelanja di tempat itu.
"Semoga kamu bahagia, Mas," ucap Adara sambil tersenyum lembut ke arah mantan suaminya.
Tak bisa dipungkiri, masih ada rasa cinta yang tertinggal di hati Adara untuk lelaki yang berdiri dihadapannya ini.
"Kamu juga, berbahagialah." Kata Galih tanpa ada senyum di wajahnya.
Kemudian mereka berdua pun segera pergi dari kantor pengadilan yang baru saja merubah status mereka berdua menjadi seorang janda dan seorang duda.
Langkah gontai Adara menuju parkiran untuk mencari sepeda motor yang ia bawa untuk mencapai tempat ini.
Sebelum dirinya benar-benar pergi dari kantor pengadilan agama dimana dia berada, Adara masih menyempatkan diri untuk melihat ke arah mobil Galih. Galih yang berlalu begitu saja tanpa membalas tatapan yang Adara tunjukkan padanya, membuat Adara tersenyum getir.
"Kamu sudah melupakan cinta kita, Mas," gumam Adara.
Sakit hati Adara sudah dia rasakan dari beberapa bulan yang lalu. Dirinya merasa dikhianati oleh suaminya namun Adara masih mencoba bertahan untuk bersama Galih, karena Adara memikirkan anak perempuan mereka, Friska Haidee.
Seperti namanya, Adara memberikan nama pada putrinya itu agar sang putri menjadi anak yang selalu rendah hati dan ceria.
Adara dan Galih tak mempermasalahkan tentang siapa yang akan merawat Friska. Hak asuh Friska pun jatuh ke tangan Adara. Adara sangat bersyukur untuk hal itu. Walaupun hak asuh anak berada di tangan Adara namun Galih pun berjanji akan selalu menemui Friska setiap saat. Jarak rumah yang tidak terlalu jauh, hanya berbeda desa masih dalam lingkup satu kecamatan.
***
"Bu," panggil gadis kecil yang saat ini telah bersekolah di sebuah SD negeri yang tempatnya pun tak jauh dari rumah orang tua Adara.
Ya, Adara memilih tinggal bersama ibunya kembali setelah talak yang dilakukan Galih padanya. Melihat anak perempuan satu-satunya berjalan sambil mengendong tas ransel di punggung dan mengandeng tangan mungil Friska membuat Rika, ibu dari Adara merasa iba. Tanpa bertanya pun Rika tahu bahwa rumah tangga anaknya sedang tidak baik-baik saja.
Rika tak ingin bertanya lebih lanjut, dia membiarkan sang anak untuk lebih tenang dahulu, Rika yakin jika anaknya sudah bisa menenangkan diri maka Adara akan menceritakan masalah yang telah ia alami.
Setelah Adara merasa tenang dan tidak ada Friska di samping mereka, Adara mulai menceritakan masalah hidupnya. Yanto, bapak Adara mengira jika masalah rumah tangga anaknya terjadi karena orang tua Galih ikut campur di keluarga kecil sang putri.
Orang tua Adara pun juga mengetahui bagaimana mereka yang tidak menyukai Adara karena dia adalah anak seorang petani dan Adara hanya bisa menamatkan sekolahnya di jenjang SMK. Tidak seperti Galih yang bisa menyandang gelar 'Spd' di belakang namanya.
Setelah mendengar pengakuan Adara mengenai rumah tangga sang anak, Yanto dan juga Rika pun hanya mampu beristighfar. Mereka tak menyangka jika menantunya yang dulu datang dengan ramah dan sopan ke kediamannya untuk melamar Adara malah mengkhianati anak perempuannya.
Adara langsung merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan hangat pada putri kecilnya.
"Kenapa perginya lama, Bu?" tanya gadis kecil manis itu.
Sambil mengusap kepala Friska, Adara menjawab, "Karena baru selesai, sayang." Senyumnya tak pernah luput dari wajah ayu Adara.
Adara sendiri memiliki wajah yang cantik, terdapat tai lalat di beberapa bagian di wajahnya yang menambah kesan manis pula. Kulitnya juga lumayan putih karena Adara tidak pernah keluar rumah kalau bukan sebuah kepentingan mendesak. Tubuhnya tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk. Sangat pas, tubuh dengan tipe ideal, bahkan ada lemak yang tumbuh dengan tepat di tubuh Adara yang semakin membuatnya menggoda.
"Ibu capek?"
Sambil mengandeng jemari mungil itu Adara menjawab, "Tadinya capek tapi karena Friska menyambut ibu dengan sebuah pelukan, capeknya ibu jadi hilang."
Friska yang mendengar jawaban ibunya pun tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Inilah yang membuat Adara waktu itu harus mempertahankan rumah tangganya dengan Galih. Adara tak ingin senyum manis anaknya hilang karena perpisahannya dengan Galih. Namun Adara mencoba untuk bertahan selama beberapa waktu dan Adara akhirnya menyerah. Dia sudah tak sanggup lagi bertahan sendirian untuk kebahagian sang anak. Walaupun begitu Adara berjanji pada dirinya sendiri bahwa jika pun Adara dan Galih telah berpisah ia tak ingin senyum ceria itu hilang dari bibir anaknya. Dengan apapun caranya Adara selalu berusaha agar tetap membuat senyum manis itu selalu di bibir kecil anaknya.