img Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih  /  Bab 1 Keluarga Bertolius | 0.21%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih

Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih

Penulis: JAYESH ANGUIANO
img img img

Bab 1 Keluarga Bertolius

Jumlah Kata:861    |    Dirilis Pada: 24/04/2023

Seorang wanita muda dengan T-shirt putih dan celana jins sedang berjalan keluar dari stasiun kereta api Kota Duri sambil membawa sebuah koper.

Wajahnya yang menawan berubah sedikit merah saat sinar matahari menyinari dirinya. Dia menyelipkan seuntai rambut bergelombang ke belakang telinganya. Di bawah alisnya yang melengkung terdapat sepasang mata yang cerah dan jernih, hidung yang mancung dan bibir merah seperti buah ceri. Dia terlihat sangat cantik meski tanpa riasan wajah.

"Halo! Apakah Anda adalah Nona Adelia? Saya adalah sopir yang dikirim oleh Keluarga Bertolius."

Adelia Herva mengangguk dan mengikuti sopir ke dalam mobil dengan santai. Dia merasa sangat lelah.

Selama perjalanan, sopir itu berulang kali mencuri pandang ke arah wanita muda yang sedang beristirahat sambil memejamkan mata di kursi belakang.

Wanita muda ini adalah tunangan Raivan Bertolius.

Raivan adalah pria pujaan para wanita di kota. Pada usia 21 tahun, dia sudah menjabat sebagai CEO Grup Bertolius. Kemampuan dan prestasinya jauh di depan rekan-rekannya. Dia adalah orang yang kuat, pandai dan tidak suka omong kosong, sehingga banyak orang di dunia bisnis merasa takut padanya.

Beberapa tahun yang lalu, kakeknya yang bernama Bima Bertolius memutuskan untuk menjodohkan Raivan. Wanita yang dipilihnya ternyata adalah Adelia yang tidak memiliki latar belakang apa pun dan datang dari pedesaan dengan kereta api.

Sopir melirik wajah Adelia yang polos dan mendecakkan lidahnya. Dia sudah bisa membayangkan kesulitan yang akan dialami perempuan desa ini ketika menghadapi Keluarga Bertolius.

Pada saat ini, Adelia membuka matanya dengan perlahan dan mengamati pemandangan kota yang asing dengan ekspresi tenang.

Mobil tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di rumah Keluarga Bertolius. Sopir membantu Adelia membawa barang bawaannya.

Sebelum Adelia sempat menginjakkan kaki ke dalam rumah, seorang wanita paruh baya dengan pakaian mewah muncul. Dia memandang Adelia dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan jijik.

"Tarmini!"

"Ya, Nyonya Erika."

Begitu Tarmini menerima sinyal, dia mulai menyemprotkan disinfektan ke seluruh tubuh Adelia.

Wanita berpakaian mewah itu adalah Erika Bestan, ibu Raivan. Dia memberi perintah dengan tangannya, "Jangan lupa sepatu dan rambutnya. Tidak ada yang boleh tertinggal."

Wajah dan tubuh Adelia menjadi basah karena disinfektan. Bau menyengat membuat hidungnya menjadi sedikit gatal. Dia berkata dengan dingin, "Apa ada yang salah dengan otak kalian?"

Mendengar ini, Erika langsung marah besar.

"Aku dengar kamu berasal dari pedesaan, awalnya aku mengira kamu setidaknya akan bersikap sopan. Ternyata kamu sama seperti gadis kampung lainnya, kasar dan tidak dididik sama sekali. Aku sengaja menyemprotmu karena aku takut kamu membawa virus atau bakteri ke dalam rumah kami. Apakah kamu ingin kami terkena penyakit?"

Adelia bukan tipe orang yang akan menerima hinaan dari siapa pun. Dia pasti sudah berbalik dan pergi jika bukan karena telah membuat kesepakatan dengan kakeknya.

"Kalau begitu, Tante seharusnya menyemprotkan disinfektan ke mulut Tante karena mulut Tante bau!"

Setelah itu, Adelia mendorong tubuh pelayan ke samping dan berjalan masuk.

"Kamu ... astaga ...." Erika menunjuk Adelia dengan tangan gemetar. Tarmini buru-buru menghampiri dan menghiburnya.

Di ruang tamu, seorang wanita muda yang terlihat seumuran dengan Adelia sedang duduk di sofa. Dia mengenakan pakaian desainer dan riasan yang cerah. Ekspresinya tampak lebih menghina jika dibandingkan dengan Erika ketika menatap Adelia. Dia adalah adik sepupu Raivan yang bernama Cynthia Bertolius.

"Apakah kamu adalah tunangan Kak Raivan yang bernama Adelia Herva?" Cynthia memutar bola matanya ke atas saat melihat Adelia mengenakan pakaian sederhana. "Ck, ck, ck, selera Kakek sangat buruk. Aku tidak percaya beliau memilih seseorang sepertimu. Omong-omong, aku dengar kamu datang ke sini dengan kereta api. Kamu seharusnya memberi tahu kami jika kamu terlalu miskin untuk membeli tiket pesawat. Kami akan membelikan tiket untukmu. Tunggu sebentar, sepertinya tidak ada bandara di pedesaan."

Adelia menatap Cynthia dengan salah satu alisnya terangkat.

Dia bertanya-tanya dalam hati apakah semua anggota keluarga ini begitu sombong.

Memang tidak ada bandara di kampung halamannya, tetapi kakeknya telah memesan seluruh gerbong kereta ke Kota Duri untuknya. Orang-orang sombong ini tidak tahu bahwa dia bepergian lebih mewah dari penerbangan kelas satu.

Lagi pula, dia bisa terbang ke sini dengan jet pribadi jika dia mau.

Adelia dapat memberi penjelasan dengan mudah, tetapi dia tidak mau repot-repot. Dia langsung naik ke lantai atas.

Rasa kesal menyelimuti wajah Cynthia begitu melihat Adelia menaiki tangga. Dia tidak terbiasa diabaikan orang lain, jadi dia segera mengikutinya.

"Kamarku yang mana?" tanya Adelia pada pelayan yang mengikuti di belakangnya.

"Di sini!" Cynthia menunjuk ke sebuah pintu di lorong sebelum pelayan sempat menjawab.

Dia mendorong pintu kamar terbuka dan menambahkan dengan sombong, "Kamu belum pernah tinggal di kamar seluas ini, bukan? Kamu harus menghargai kesempatan untuk tinggal di rumah ini. Aku adalah adik sepupu Kak Raivan, Cynthia Bertolius. Kamu harus menjilatku jika kamu ...."

Sebelum Cynthia sempat menyelesaikan kalimatnya, Adelia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu di depan wajahnya. Tindakan Adelia membuatnya semakin marah.

"Ah! Beraninya dia bersikap sombong padaku? Dasar orang miskin! Aku tidak paham jalan pikiran Kakek."

Pelayan itu berjalan mendekat dan bertanya dengan cemas, "Nona, bukankan kamar itu adalah kamar Pak Raivan?"

Cynthia melemparkan tatapan menghina ke arah pintu.

"Diam kamu! Jangan beri tahu dia. Kak Raivan paling benci orang lain masuk ke kamarnya atau menyentuh barang-barangnya. Ketika dia mengetahui Adelia ada di kamarnya, bilang saja bahwa Adelia memilih untuk tinggal di kamar ini."

Kilatan melintas di mata Cynthia saat memberi perintah pada pelayan.

img
Konten
Bab 1 Keluarga Bertolius Bab 2 Memeluknya Sepanjang Malam Bab 3 Dasar Orang Kampung Bab 4 Paling Mengagumkan Bab 5 Aku dan Dia Bab 6 Uang Receh Bab 7 Apakah Identitasku Akan Terungkap
Bab 8 Tidak Ada yang Waras
Bab 9 Sulit Sekali Berkomunikasi
Bab 10 Baru Permulaan
Bab 11 Tugas Berat
Bab 12 Takut Gelap
Bab 13 Di Mana Dia
Bab 14 Angan-Angan
Bab 15 Sedikit Tidak Asing
Bab 16 Pengagum Raivan
Bab 17 Bersikap Adil
Bab 18 Pertanyaan Aneh
Bab 19 Cincin yang Dicuri
Bab 20 Rencana yang Sempurna
Bab 21 Dukungannya
Bab 22 Bukti yang Cukup
Bab 23 Meminta Maaf padaku
Bab 24 Kamu Bukan Tipeku
Bab 25 Melewati Batas
Bab 26 Bermesraan
Bab 27 Foto yang Aneh
Bab 28 Adelia, Terima Kasih
Bab 29 Helena Kalah
Bab 30 Meminta Maaf
Bab 31 Adelia Baru Saja Mengalahkannya
Bab 32 Ciuman Pertama
Bab 33 Sebuah Nama Panggilan
Bab 34 Ciuman
Bab 35 Kamu Adalah Gulali
Bab 36 Gulali
Bab 37 Pertemuan yang Tidak Biasa
Bab 38 Sedikit Terkejut
Bab 39 Pertunjukan yang Bagus Akan Dimulai
Bab 40 Pekerjaan yang Mustahil
Bab 41 Kamu Mengganti Gambar Desain Tersebut
Bab 42 Kebenaran
Bab 43 Kamu Dipecat
Bab 44 Siapa Adelia Sebenarnya
Bab 45 Adelia, Matilah Kamu!
Bab 46 Raivan Terluka
Bab 47 Sengaja Mempersulitnya
Bab 48 Suapi Aku
Bab 49 Membantumu Mandi
Bab 50 Adelia Tidak Menyentuhmu
Bab 51 Uang Itu Terlalu Sedikit
Bab 52 Adelia Tidak Menyukainya
Bab 53 Keputusan Akhir Ada di Tanganku
Bab 54 Bertemu dengan Teman Lama
Bab 55 Jangan Bersikap Kejam padaku
Bab 56 Tante Alira
Bab 57 Perasaan yang Tidak Pantas
Bab 58 Apa Kamu Sudah Selesai Menatapku
Bab 59 Bukankah Dia Adelia
Bab 60 Mengambil Foto
Bab 61 Apa Kamu Menguntitku
Bab 62 Ciuman Mendadak
Bab 63 Duta Merek
Bab 64 Rois Begitu Sempurna
Bab 65 Tidak Sebaik Rois
Bab 66 Apa yang Salah
Bab 67 Kecelakaan Ketika Syuting
Bab 68 Musuh dari Musuh Adalah Teman
Bab 69 Juru Masak yang Hebat
Bab 70 Itu Dilakukan dengan Sengaja
Bab 71 Bukti yang Kuat
Bab 72 Dia Menuai Apa yang Dia Tabur
Bab 73 Beri Aku Lima Menit
Bab 74 Kesempatan Sempurna
Bab 75 Mabuk
Bab 76 Babak 76 Aku Adalah Gulali
Bab 77 Pergilah ke Neraka
Bab 78 Seorang Pembunuh
Bab 79 Tuduhan Pembunuhan
Bab 80 Helena Adalah Gulali
Bab 81 Pembohong
Bab 82 Janji dengan Rois
Bab 83 Berkencan dengan Pria Lain
Bab 84 Kamu Cemburu
Bab 85 Tren Daring
Bab 86 Menutup Telinga
Bab 87 Nadia Sadar
Bab 88 Serangan Balik (Bagian Satu)
Bab 89 Serangan Balik (Bagian Dua)
Bab 90 Serangan Balik (Bagian Tiga)
Bab 91 Serangan Balik (Bagian Empat)
Bab 92 Raivan Adalah Pria yang Baik
Bab 93 Kehebatan Seksual
Bab 94 Ceritakan padaku tentang Gulali
Bab 95 Dia Mirip Gulali
Bab 96 Menjiplak
Bab 97 Makan Malam
Bab 98 Gulali Juga Takut Gelap
Bab 99 Dia Benar-Benar Memesona
Bab 100 Grup Bertolius Mencuri Karya Orang Lain
img
  /  5
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY