img Gairah Baby Maker  /  Bab 5 Part 5 | 2.99%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Part 5

Jumlah Kata:1858    |    Dirilis Pada: 23/11/2023

ap sepi dari yang lalu lalang. Apalagi cuaca terasa dingin karena hujan sehabis Maghrib tadi. Di b

enyap. Di depan sana, di jalan raya masih berseliweran kendaraan. Di beberapa rumah masih terdengar suara

asuk dan menggerendel kuncinya. Ruangan depan ini juga gelap dan aku masuk lebih ke dalam. Ada dua kamar di rumah ini, ruang

jol di balik selimut yang menarik perhatianku pertama kali. Ini pinggul perempuan yang sehat yang seharusnya bisa memelihara janin-janin di rahimnya. Semua potensi itu dikacaukan oleh manusia culas ya

ih. Cukup untuk did

atanya berlinangan di pipi putihnya. Matanya sedikit memerah. Apa ini?

memastikan keinginannya. Aku bisa

g…” jawabnya lir

da keterpaksaan… Kita berdua haru

menjaga volume suara. Walaupun pelan tetapi suara selirih apapun di suasana

na aku akan menggagahi istrinya. Kamar standar dengan ranjang spring bed 6 kaki, sebuah meja rias, lemari pakaian 4 pintu, cermin, beberapa gantungan baju dan beberapa

ngapain. Kalau dengan istriku di rumah aku bisa aja langsung me

berisi dengan berat 65 Kg. Cukup ideal-lah dengan tinggiku yang hanya 1.65 Meter. Dulu waktu remaja, aku tergolong kurus. Sekarang aku bertelanjang dada di de

udah mulai terangsang. Aku terkadang kebablasan dan buka baju saat menyapu halaman rumahku. Sebuah pohon mangga golek setinggi 3 meter di hala

saha menutupi kegugupanku.

elimut yang menutupi tub

erbu mataku di bawah lampu terang 45 watt ini. Tangannya cepat menutupi bagian

mberi mimik protes campur bingung dengan perlakuanku. “Kok ditutup lagi, bang?” tanya

s terkesiap kaget Aida melihat aksiku. Sekarang ada gundukan besar di bagian bawah kaki Aida karena tubuhku menelusup masuk ke

berdiri merana. Banyak bekas tanaman merambat tumbuh di sepanjang dinding tinggi dan sebuah pohon yang tak terlalu besar yang sudah meranggas mati. Beberapa nisan kayu nampak mencuat sembarangan di sekitar akarnya. Gelapn

rahan sepanjang 90 cm. Ia baru saja membuka matanya menyadari kehadiranku. Jarak kami ada sekitar 6 m

itu ia membuka suara. Bau itu terasa berasal dari karat yang menggerogoti klewang panjang yang

i orang tua itu muncul dua sosok mahluk serupa pocong bermuka hitam begitu ia menaburkan sem

bertonjolan. Disabetkannya klewang karat itu dan kedua pocong itu berkelebat cepat melayang ke arahku. WHUSH! Menyambarku cepat bermak

cabut kembali sengkolo itu dari Agus dan Aida… Kasian mereka berdua, pak… Pengen kali orang itu dua punya anak…”

aku dengan mop-ngemop (mop: gertak) kek gini. Udah tua pun masih maenan ke

tak-kletuk! Suara ketukan bakiak kayu yang kupakai terdengar nyaring seiring langkah lariku yang cepat. Keempat helai daun di jari kananku sud

k cepat dan sampai di depannya, kuambil satu bakiak kanan dan kupakai di tanga

AK

menubrukku. Wak kimak mundur beberapa langkah. Sebuah benda hijau panjang menahan pocong itu. Itu daun Utara yang bertugas melindungiku. Sambaran sesuatu lainnya segera menyambar cepat pocong yang terhenti tadi. Ada sobekan ya

g tadi kukepit di antara jari-jariku. Wak kimak kebingungan dengan metode bertarungku. Dikiranya hanya dia yang bisa mengendalikan

bakiak tertinggal di tanah di posisi pijakan lompatku. Tubuhku berdesing cepat meluncur ke

T

yarangkan sebuah tendangan telak dengan bakiak kanan ke rahang kirinya. Wak kimak terjajar mundur tak jauh, tak bisa jauh karena tangan yang memegang klewang itu kutaha

PLAK

telinga dan satu kali rahang. Saat ia limbung, kukutip bakiak kiri yang berada di tanah dan bers

menggencet, menimpa dan luruh dengan seluruh kekuatannya menekan lawan kala jurus GUGUR GLUGUR men

han kesadarannya. Kedua pocong muka hitam itu juga sudah tinggal tulang-belulang saja disayat-sayat keempat daunku. Kain pembungkus keduanya kupak-kapik kek kena mesin potong rumput. Be

ersengal-sengal yang masih terkapar di tanah dingin nan kotor. Tubuhnya sedi

kataku berkelakar tentang stiker yang menempel di sekujur bahan bakiak yang dikenalinya sebagai bakiak Bul

a hitam itu ternyata yang selama ini mengikuti Agus dan Aida di setiap kehidupan seks mereka. Satu bertugas memakan semua sperma yang dihasilkan Agus untuk mengha

Aida. Guna-guna yang menyerang Agus dan Aida sudah berhasil kutumpas. Aku sudah bisa melihat sepasang kaki mulus p

gan keadaan yang sebenarnya karena itu semua ter

sam

img

Konten

img
  /  2
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY