img Merindu Suamimu  /  Bab 1 Bukan Jodoh | 2.56%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Merindu Suamimu

Merindu Suamimu

Penulis: Rinai Hening
img img img

Bab 1 Bukan Jodoh

Jumlah Kata:2332    |    Dirilis Pada: 27/02/2024

engkingan kak Rika kembali m

rah? P

ang malam seperti ini. Teriakan yang menjadi tanda bahwa seorang pria yang setiap ak

baru mengenalnya hampir satu tahun belakangan ini. Belum terbilang lama. Entah kenapa, aku nyaman ketika berdekat

semua hal yang ada pada Bang Pino selalu aku puja tanpa secuil cela. Entahlah,

tanyaku memast

kekeh pelan seraya menggelengkan kepala. Mungkin perempuan cantik itu tak habis

se sewarna biru langit yang baru kali ini a

di atas penggorengan, lantas menoleh ke arahku. Mata bulatny

siap banget buat say bye sama si Abang," komenta

kenapa harus diingatkan lagi tentang per

terbang puluhan kilometer untuk kembali ke kota kelahiranku di Jawa Timur. Malam ini malam terakhir, di mana aku bisa menyimpan semua

gambil pendidikan kedokteran itu. Dia mengenalku dari awal kedatangan hingga detik ini. Jadi, kak Rika

ku melangkah mendekatinya yang tengah dudu

s terpaksa? karena sebenarnya jauh di dalam hati, aku sangat ingin men

mengambil alih nampan persegi yang berisi beberapa

rlihat happy? Hap

ahu saja dia bahwa di dalam hati, aku sudah ingin m

duduk di sebelahnya. "Abang sendiri kan yang bilang, kal

n senyum tenang. "Kalo kamu happy, Abang juga ikhlas ngelepas kamu pulang," sambungnya l

ang mengusap rambutku saja sudah hampir membuatku menangis. Beruntung, dengan menggi

o lagi setelah aku hanya diam

jawabku sembari menekuri kedua te

orang rumah udah

guk lagi. "

ku di sana. Andai saja aku tak terikat janji sialan yang aku buat dengan Pak Hilman, bapakku sendiri yang sang

neka yang

n koper. Biar bisa aku bawa terus s

ekali, hadiah pemberiannya kemarin. Kata Bang Pino untuk kenang-kenangan agar aku selalu mengingat sos

ng Pino menarik kedua sud

h kenapa, kali ini senyumnya terasa ngilu sekali menyiksaku. S

mbari menarik senyum miring, kali ini mengamati kedua k

lekat-lekat. Aah, aku suka sekali saat mendengar suaranya yan

karena aku tak yakin hatiku bisa kuat berlama-lama menatap netranya. Bisa-bisa kepu

paham dengan apa yang sedang aku utarakan. Kalau aku, iya. Aku memang berat karena akan meninggalkan sosoknya yan

n Bang Pino selama ini hanya karena merasa iba karena aku merantau jauh dan terpisah jarak dengan keluarga kan? Atau

alin Abang?" ulang Bang

satu anggukan kepa

Bang Pino lag

jawabku

pa be

a. Apa binar sendu di mataku belum terbaca dengan jelas

baknya lagi setelah kami dis

mengangguk pe

sampai ikut menunduk demi melihat raut waj

is

ba saja sudah membanjiri wajah. Biarlah. Toh ini pertemuan te

engan pikiran picikku yang ingin membatalkan kepulanganku esok hari.

semakin tergugu. Hingga aku merasakan telapak tangan Bang Pi

gan nangis-nangis gitu dong,

n memang. Entah bagaimana kacaunya wajahku saat itu, tapi aku setia

ini sukses membuatku menghentikan tangis. Apalagi setelah jemari besar Bang

jadi aku tak boleh m

angis kayak tadi." Pipiku mendadak hangat saat

cicitku denga

h suasananya, padahal tadi udah happy l

berani mengangkat wajah. "Ini kan jadi pertemuan ter

ngkan senyum samar. Tatapan matanya yang te

doh pasti

ya sangat kecil. Usia kami berbeda jauh, adat dan budaya kami bertolak belakang

an punggung ke sandaran kursi. Mencoba menerima kenyataan kal

da dinas di Jawa. Kita

lagi?" aku langsung m

engkan kepala pelan. Membuat gurat

a?" tanyaku lirih tak ingin te

m memaku netraku yang kembali berembun air

enyum. "Kita harus ketemu

emu, Abang akan membuktikan kalau kita berjodoh

dah tercetak jelas di

ngkasnya membuatku mengangguk dan

*

an. Aku menunggu kedatangan pria itu dengan setia seperti yang aku ucap sebelumnya. Namun semakin hari Bang

tiku. Aku tetap setia menunggu sembari mencari kabar dari rekanku yang lain di kota tempatku merantau sebelumnya. Tak ada

Bang Pinpin, Kak?" tanyaku di sua

g Pinpin udah jarang mampir ke sini. La

Pino satu-satunya orang yang memanggilku dengan sebutan 'Lisa'. Aaaah, mengingat panggilan itu tentu saja m

. Namanya juga cowok, ce

amat deh," de

jelang tua ini, elo itu masih gadis kecil polos yang mudah diperdaya cinta sama sehingga mudah sekali jatuh h

ka tadi. "Tapi Bang Pino beda Kak, dia u

ma janji pria macem

rpekik dengan nada kesal. Aku tak

gampang janji, gampang mengingkari. Begitu ketem

ak gitu. Batinku m

terlalu berharap gitu sama pria yang hanya mampir seke

jangan sedih berlarut larut gitu hanya karena janji manis o

ih apa yang dikatakan kak Rika. Bang Pino bukan siapa-siapa yang harus aku gantungkan harap

demi melupakan sosok dengan senyum ramah itu. Melanjutkan kuliah, ikut les masak memasak, ikut kursus

dengan satu kabar yang ingin kutepis jauh-jauh. Kabar tentang Bang Pi

punya selembar bukti kuat untuk menamparku. Aku ingin mengelak dan melanjutkan mem

lama kusimpan tak bisa dibiarkan lesap dan sia-sia begitu saja. Jadi, aku memutuskan untuk kembali mencarinya. Pria de

untuk mengantarkan rindu yang ingin berujung temu, aku ke sana juga untuk menyaksik

sat mata yang menghujam jantungku dengan kejamnya. Seiring dengan senyum pria yang kupanggil abang itu pada perempuan di hadapannya. Perempuan c

ka dan kecewa. Seumur hidup belum pernah aku merasakan sakit seperih ini. Namun sekarang, semesta seolah se

araku meng

mbeliak sempurna tatkala bersirobok dengan mataku yang tertutupi embun. Wajahn

senyum

atapan t

suara h

cat di pertemuan kami yang

sahutnya s

ing sangat pelan di telingaku, s

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY