img SUGAR BEBS  /  Bab 10 [8] | 11.11%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 10 [8]

Jumlah Kata:1905    |    Dirilis Pada: 28/02/2024

setianya. Ruang kerjanya masih berantakan, terserak aneka kertas dengan banyak tulisan serta angka

sap namun beraroma manis. Ia memilih memejam sejenak, meresapi. Mulai dari aroma man

hnya ia abaikan. Sekali lagi, ia isap alat electric tadi dengan penghayatan berlebih. Salah sa

ig

inya, sudah pukul sebelas malam. Belum ingin menoleh karena derap langkapnya jug

ada pria yang duduk di tepian meja. Bisa dikatakan i

gapain

as dahaga yang tadi sempat tertunda. Betapa jik

kan berantakan seorang Riga? Rambutnya tak tertata sempurna seperti biasa, kancing kemejanya sudah tak utuh terpasang—menampilk

memandangnya lebih lama, sudah benar-benar mengikis jarak. Aroma parfumnya bergumul de

sempurna Riga tahan. Belum lagi sorot mata tak suka kentara sek

gemuruh mengingat hanya nama itu saja yang lan

belum akan tidur jika saya engga

Riga. Dia enggak but

lenceng. Namun entah kenapa, Riga tersulut amarahnya. Hanya sepersekian detik ia menatap Kali demikian t

memungkiri satu fakta. Betapa sosok gadis yang mungkin meringkuk dalam

dian yang masih terbungkus rapi dalam benakny

ata pusara kedua orang tuanya. Sedikit be

ani kalau

ma. Menyejajarkan dirinya di samping Xena

akan biarkan

gerjap. Menatap lurus padanya yang baru saja mengucapkan kat

senyum kecil Xena beri sebagai penutup. “Maa

k pada pusara ibunya. Tangannya yang mungil, kembali ia gunakan untuk mengusap papan yang tertera nama ibunya di s

a. Air matanya lagi-la

a katakan ini sebuah kejujuran atau janji yang tek

buat warasnya terguncang hebat. Bayang indahnya terengut paksa sejak kabar itu sampai di telinganya. Lalu sekarang? Mend

ukan itu kembali terdengar oleh Riga. “Kenapa aku enggak ikut

yang Vally bicarakan mengenai keluarga besarnya. Sedikit banyak juga akhi

Xena. Kamu

pun berbeda. Kobar semangat Riga temukan dalam sorot Vally sementara pada di

ar,

pegangan agar tak ambruk sewaktu-waktu. Kehilangan wanita yang ia cintai dengan tragis pun orang y

han. Ah, bukan. Saat pertama kali, mereka berjabat tangan saling mengenalkan diri. Tepat di saat m

ya belum lama ini pad

*

tu besar namun, ia dapati Riga tidur di ranjangnya. Di tepi memang, hanya saja, kebiasaan Ri

ah ... perkara lupa bukan hanya sebatas itu. Ia marah. Begitu tiba di apartement, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adal

t. Tak ingin mendebat atau menyanggah ucapan Riga. Selain karena sedih yang melandan

ja. Ia dirawat dengan benar dan baik walau sering ditinggal pergi. Diawasi dengan ketat dari jauh. A

Xena. Turuti saya atau kamu saya tinggalk

handle pintu terh

guh membuat bulu kuduk Xena berdiri saat itu juga. Seolah Riga sedang membuat penghakiman luar bias

na mengetat penuh emosi. Kepalan tangannya kuat sekali hingga ia merasa perih

ap Xena ta

berkata, saya hanya beban.

i saja saat itu ia tak dalam keadaan ujian, mungkin ia memiliih ikut dalam sedan yang ayahnya kend

t

buatnya tersudut walau rasanya ucapan terima kasih saja tak cukup untuk ia beri. Atau ju

lantaran tak berani mendekati ranjangnya. Ia mendapati Riga su

ud

rapikan rambut serta piyamanya. Walau hatinya masih diliputi kesal, t

gga

puk sisi sebelahnya yang artinya, perintah untuk Xena menuruti. Penuh perhitungan, Xena menuruti pinta

hanya diam. Bahkan setelah Xena duduk tegang

lang benar

tah kenapa Riga selalu meluncurkan kata yang sebaliknya. Ia mengkhawatirkan gadis itu yang pergi meninggal

ini. Riga hanya ingin memastikan Xena aman. Memiliki hidup selayak usianya

isi ranjang satunya, Riga sudah menariknya. Hingga tubuh gadis itu berada dalam dekapnya. Riga bisa mer

Lepas, Om!” desisnya marah. Bukannya dilepaskan, Riga malah menjatuhkan X

tan, hanya pelukan saya yang bisa me

a tahun lalu! Xena sudah besa

menguji dirinya. Namun ia teringat pesan terakhir seorang Hanif D

Kepala saya p

k-peluk aku dong! P

an ujung dagunya tepat pada pu

Riga untuknya. Yang telah lama tak ia dengar. Membuat bun

ah tertidur atau belum. Tapi yang ia dapat, hanya rahang yang dipenuhi bulu halus di sana.

nya

a?” tanya Xen

am

Xena berdecih pelan. “Enggak s

dulu begitu rapuh, sekarang sudah tampak berbeda. Wajah cantik itu semakin menyilaukan mata siapa pun yang memandang. Bedanya,

an dengan seorang Valerie benar-benar menyenangkan bagi Riga. Walau jarang sekali bertemu gadis yang kini ada dalam peluk

ya menyentuh kulit Xena. Membiarkan remang yang menjalari sekujur tubuhnya tanpa ampun. Belum la

on

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY