batan mental, mendengarkan temannya dengan penu
n dengan kata-kata ini, dia menarik kejantanan Irham ke arahnya dan, membuka bibir
ketakutan. Ira, yang tidak mempedulikan reaksi temannya, mulai dengan terampil menghisa
sekali lagi menjilat bagian atasnya dengan lidahnya, seperti gadis kecil dengan permen manis, memut
am-diam mengulurkan tangannya, mengambil lagi kejantanan di telapak tangannya dan sedik
Ira, tidak dengan paksa, tapi terus-menerus, menarik bagian be
ya ke depan. Yulia sambil mengatupkan giginya erat-erat, mulai menggerakkan bibirnya menyusuri kulit licin kejantanan Irham. Entah dia sendiri yang menginginkannya, atau saat itu
Ira memujinya, yang sangat sen
uhkannya telah berlalu. Dia suka merasakan organ bergerak ini di mulutnya, dari sentuhannya, keluar cairan yang tidak diketahui, yang
isap kejantanannya, membuatnya Irham gila. Beberapa detik kemudian dia mulai mengalami pelepasan. Mata Yulia yang terpejam tida
kejantanan teman sekelasnya dari mulutnya, dan seketika itu juga sembura
dengan telapak tangannya, seolah-olah itu adalah asam yang terbakar, Yulia dengan ketakutan mundur dari Irham. Pikirannya ngeri dengan apa yang terjadi. Dia tidak pernah membayan
n intens. Yulia yang tidak lagi terkejut dengan apapun, sudah memperhatikan Ira dan Irham tanpa banyak rasa takut. Gadis itu melihat bagaimana kejantanan Irham yang lemas, di tangan saudara perempuannya, kembali berbentuk
yang tebal dan bengkok itu dimasukkan ke dalam goa cinta milik Ira. Saudari itu, yang duduk di atas kakaknya seolah-olah di kursi, dengan era
eban kelam di bukit kembarnya dan pahanya y
Gadis itu sekarang dengan jelas memahami bahwa hari ini dia akan kehilangan keperawanannya d
gan manis itu. Setiap kali Irham menurunkan tubuhnya ke kejantanannya yang berair, erangan kenikmatan keluar dari mulut adiknya. Akhirnya, dia merasakan gelombang gairah yang berapi-api, seolah-olah tubuhnya sesak.
ejutkan Yulia. Dia berada dalam kondisi yang mirip dengan keracunan obat. Ira memberi isyarat dengan jarinya. Yulia dengan patuh duduk di samping temannya, dan mengulurkan tangannya, meletakkan t
yang lalu. “Tunggu sebentar,” kata Ira kepada temannya dan sambil melepaskan tangannya dari kejantanan kakaknya, d
emannya dengan intonasi memerintah. Dan Yulia dengan pasrah membungkuk dan dengan takut-takut mengulurkan bibirnya ke kejantanan Irham. Dia, sambil mengangkat kejantanan Irham y
embali berada di mulut Yulia, dan pemikiran bahwa kini gadis kesayangannya akan menjadi miliknya, langsung memberinya kekuatan baru. Yulia merasakan deng
gan patuh pada tangannya, menjauh dari Irham dan membari