Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Awal Panen

Jumlah Kata:1449    |    Dirilis Pada: 28/01/2025

ulan ke

-buah terong yang berwarna ungu tua, besar, panjang dan mengkilap, menggantung lebat di tiap tangkai. Dia

licik, muncul dari jalan setapak di samping kebun. Pak Sarnu, dia adalah seorang pemborong sayuran yan

i pasar. Boleh saya borong semuanya? Saya bayar mahal deh, lebih dari harga pasar. Bisa untung besar kalau s

ni nggak dijual," jawabnya tenang, meskipun dalam hati dia

ah, Pak Wira. Jangan jual mahal. Saya bayar kontan sekarang jug

aaf, Pak. Ini bukan soal uang

kit memaksa. "Lho, kenapa nggak bisa? Apa sampean nggak butuh

an soal uang atau nggak butuh uang. Terong-terong ini nggak unt

. Dia tahu Pak Wira orang yang sangat berkecukupan, apalagi dia

ni kalau tidak untuk dijual, me

is pada ibu-ibu yang memang menginginkanya. Silakan Pak Sarnu beli

a nggak ngerti, Pak Wira. Tapi kalau sampean berubah pikiran,

meski masih sesekali menoleh ke arah kebun terong,

ia bisa tetap mematuhi pesan gurunya. Dia tahu, jika sekali saj

berpakaian yang terlalu mencolok untuk seorang ibu kampung. Wajahnya dipenuhi senyum genit, samb

kan? Aduh, terong-terongnya besar-besar, menggoda banget nih," katanya de

illah, Bu. Tapi, seperti saya bilang ke suam

.. Masa sih nggak bisa nego sama saya? Saya kasih harga berapa aja yang Bapak mau. Lagipula, sayang kan ka

hkan. "Maaf, Bu. Saya tidak bisa menjual terong-terong ini. Tapi kalau Ib

esal. "Gratis? Maksud Bapak, ibu-ibu boleh

nya cuma satu, terong ini hanya boleh diambil, bu

, nih? Kalau saya ajak semua ibu-

. "Iya, Bu. Silakan kalau

mengeluarkan ponsel di sakunya, menele

ong, bebas ambil sepuasnya!" teriaknya dengan suara

ahkan beberapa di antaranya datang sambil berlari membawa keranjang, tas belanja, bahkan ada yang mene

teriak seorang ibu sambil mengayunkan t

ini!" sahut yang lain sambil menyenggol

hat terong terbesar, ada juga yang sibuk menghitung terong d

isa ludes kebun terongnya!" teriak seorang ibu gemuk sambil ter

gan berkacak pinggang, tersenyum puas melih

emak kampung sampai rebutan

ohan di depannya. "Nggak apa-apa, Bu.

Suasana benar-benar kacau namun penuh tawa. Terong-terong besar yang awalnya memenuhi keb

anen terong, terdengar bisik-bisik dari be

sambil memegang terong besar berwarna ungu yang baru dipeti

tu," sahut ibu lainnya sambil cekikian. "Terong di

mulut mereka agar tak terlalu terlihat. Gelak tawa mereka terdengar

karena malu dan kesal, tapi dia berusaha tetap tenang sambil tersenyum kecil. Mereka

i di kampung. Pak Wira hanya tersenyum kecil melihat kehebohan tersebut. Baginya, asal syarat sudah terp

ibuk menjalankan rencana licik mereka. Dengan senyum lebar di wajah, mereka berdiri di de

kalian punya, saya bayar di sini ya!" seru Bu Yayah dengan ceria, tangannya gesit

ang mereka jalankan. "Luar biasa, kan, Bu? Pak Wira k

a pun untung besar! Siapa yang nyangka, ya, kita bisa dapat banyak tero

tahu apa yang akan dilakukan Pak Sarnu dan Bu Yayah, pasangan suami istri licik dan serakah. Keli

at, waktu yang

*

pojokan belakang rumah, di antara bayang-bayang pohon pisang, Pa

ua? Wah, lumayan dong ya untung besar buat kamu

menangan. "Pastinya dong! Siapa dulu? Sarnu gitu lo

n. "Lah, kalau begitu, mana dong, komisinya buat aku? Jangan pur

fah dengan sikutnya. "Santai aja, Umi. Nggak bakal lupa kok. Besok kita ketemu di te

Malam itu, rencana mereka sudah matang, sementara su

*

img

Konten

Bab 1 Awal Kisah Bab 2 Awal Panen Bab 3 Awal Ketahuan Bab 4 Awal Resah Bab 5 Awal Menyesal Bab 6 Awal Kecemasan Bab 7 Awal Terjerat
Bab 8 Awal Obsesi
Bab 9 Awal Terbuka
Bab 10 Awal Merasakan
Bab 11 Awal Ketagihan
Bab 12 Kisah Pak Amat (1)
Bab 13 Kisah Pak Amat (2)
Bab 14 Kisah Pak Amat (3)
Bab 15 Kisah Pak Amat (4)
Bab 16 Kisah Pak Amat (5)
Bab 17 Birahi Umi Latifah (1)
Bab 18 Birhai Umi Latifah (2)
Bab 19 Birahi Umi Latifah (3)
Bab 20 Birahi Umi Latifah (4)
Bab 21 Birahi Umi Latifah (5)
Bab 22 Birahi Umi Latifah (6)
Bab 23 Birahi Umi Latifah (7)
Bab 24 Birahi Umi Latifah (8)
Bab 25 Birahi Umi Latifah (9)
Bab 26 Birahi Umi Latifah (10)
Bab 27 Birahi Umi Latifah (11)
Bab 28 Birhai Umi Latifah (12)
Bab 29 Birahi Umi Latifah (13)
Bab 30 Birahi Umi Latifah (14)
Bab 31 Birahi Umi Latifah (15)
Bab 32 Birahi Umi Latifah (16)
Bab 33 Menggilir Menantu - 1
Bab 34 Menggilir Menantu - 2
Bab 35 Menggilir Menantu - 3
Bab 36 Menggilir Menantu - 4
Bab 37 Menggilir Menantu - 5
Bab 38 Menggilir Menantu - 6
Bab 39 Menggilir Menantu - 7
Bab 40 Menggilir Menantu - 8
Bab 41 Menggilir Menantu - 9
Bab 42 Menggilir Menantu - 10
Bab 43 Menggilir Menantu - 11
Bab 44 Menggilir Menantu -12
Bab 45 Menggilir Menantu -13
Bab 46 Menggilir Menantu - 14
Bab 47 Menggilir Menantu - 15
Bab 48 Menggilir Menantu - 16
Bab 49 Menggilir Menantu - 17
Bab 50 Menggilir Menantu - 18
Bab 51 Menggilir Menantu - 19
Bab 52 Menggilir Menantu - 20
Bab 53 Menggilir Menantu - 21
Bab 54 Life of Rangga (1)
Bab 55 Life of Rangga (2)
Bab 56 Life of Rangga (3)
Bab 57 Life of Rangga (4)
Bab 58 Life of Rangga (5)
Bab 59 Life of Rangga (6)
Bab 60 Life of Rangga (7)
Bab 61 Life of Rangga (8)
Bab 62 Life of Rangga (9)
Bab 63 Life of Rangga (10)
Bab 64 Life of Rangga (11)
Bab 65 Life of Rangga (12)
Bab 66 Life of Rangga (13)
Bab 67 Life of Rangga (14)
Bab 68 Life of Rangga (15)
Bab 69 Life of Rangga (16)
Bab 70 Life of Rangga (17)
Bab 71 Life of Rangga (18)
Bab 72 Life of Rangga - 19
Bab 73 Life of Rangga - 20
Bab 74 Kisah 21
Bab 75 Kisah
Bab 76 Kisah
Bab 77 Kisah
Bab 78 Kisah
Bab 79 Kisah
Bab 80 Kisah
Bab 81 Kisah
Bab 82 Kisah
Bab 83 Kisah
Bab 84 Kisah
Bab 85 Kisah
Bab 86 Kisah
Bab 87 Kisah
Bab 88 Kisah
Bab 89 Kisah
Bab 90 Kisah
Bab 91 Kisah
Bab 92 Kisah
Bab 93 Kisah
Bab 94 Kisah
Bab 95 Kisah
Bab 96 Kisah
Bab 97 Kisah
Bab 98 Kisah
Bab 99 Kisah
Bab 100 Kisah
img
  /  2
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY