berdiri di sini. Semua terasa sepe
i pergelangan tangannya. Tak ada bulan madu, tak ada pelukan hangat atau kecupan mesra di dahi seperti yang didapat pengantin lai
mah baru mereka-bukan, bukan rumah mereka, tapi rumah Alaric. Tempat di mana
ngar tajam, memecah keheningan di dalam mobil. "A
. Mata tajam Alaric menatap lurus ke depan, w
h meminta pernikahan
menilai setiap kata yang keluar dari mul
gi mereka berdua? Adeline mengepalkan tangannya di atas
engagumi keindahan interior modern yang mahal itu. Dia terlalu sibuk menahan detak jantungnya yang berdeb
aric tanpa menoleh. "Kau bisa memilih
a, rahangnya mengeras. "Aku
uh sindiran. "Belas kasihan?" Dia tertawa rendah. "Jangan salah paham. Aku
seharusnya. Adeline mendongak, menolak untuk m
engan pria yang menganggap dirinya terlalu b
natap dalam diam, seakan saling mengukur seberapa da
sinis. "Bagus. Kalau begi
t tangannya di
tidak menyentuh hidupku, dan aku tidak akan menyentuh hidupmu. Kau bisa tinggal di sin
tapnya tajam
ndah. "Jangan pernah berpikir kau punya hak atas apa pun dariku. Buka
ngkat dagunya, menatap pria itu tepat di matanya. "Percayalah, Ala
an. "Selamat datang di rumahmu, Nyonya Mahe
ne berdiri di tengah ruangan, sendirian, dengan