img  /  Bab 2 Acara Rahasia | 28.57%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Acara Rahasia

Jumlah Kata:2022    |    Dirilis Pada: 15/04/2025

Hotel Dharma Roy

l. Kartu hitam di tangan Bu Siska masih terasa hangat dari gesekan jarinya yang tak sabar. Begitu pintu

karamel terbakar matahari. Ia mengenakan jas malam hitam beludru tanpa kemeja, memperlihatk

eseorang yang tahu persis perannya dalam drama yang sedang dimulai. "Selamat malam," katanya, s

ua wanita lainnya. Tumit sepatu mereka memekik ringan di atas marmer putih. Pin

ng memperlihatkan panorama kota. Namun tak ada yang memandang ke luar jendel

an pundaknya yang halus terbuka. "Aku mau yang matanya tajam,

ulu yang mewah. "Kalau aku mau dua," bisiknya, suaranya serak. "Sekalian

Layar menyala, memperlihatkan deretan pria muda, telanjang dada, dengan detail ukuran, stamina, d

rya, matanya berbinar. "Tinggal pilih

iap kali kita ke sini, rasanya kayak ulang tahun ke-30," godanya, "Cum

i. "Deg-degannya juga bukan di dada, Sayang," sahutnya, "Tapi ja

n mereka, dan para pria yang menunggu han

---------------------------

t, Lantai 29

caya diri. Mereka hanya mengenakan jubah satin hitam yang diikat longgar di pinggang, m

dan dada berbulu yang tebal. Tangannya besar, dan

tapi gerakan tubuhnya seperti orang yang tahu pers

apar. Dia mungkin masih muda, tapi tangannya su

, cincin lidah, dan bibir yang basah se

kulit kecokelatan, dan otot ya

ngan besar, dan senyum yang tahu ia bisa me

ulit mulus, dan cara berjalan yang sep

panjang, suara berat, dan g

tajam menyapu setiap inci tubuh mereka, seperti komanda

, penuh otoritas): "Su

hal, licin, dan seberat udara jatuh bersamaan ke lan

ya jelas di atas rata-rata, beberapa b

mereka yang terawat, kilauan minyak p

ampur dengan aroma mu

Hmm... kalian memang premium. (jari telunjuknya meng

ekatnya, bibirnya hampir menempel di telinganya. "

n Tentara, dua pria yang fisiknya paling mencolok di antara yang lain. Tubuh mereka be

bibirnya yang merah merek

ra serak): "Sis... aku

um): "Tentu saja, Sayang. Asal jangan sampai

dekati si Arab-tinggi, berkulit sawo matang, dengan tatapan panas-dan mant

pi menggoda): "Aku mau k

cil): "Dua sekaligus, Bu? Kami bisa

ara berat): "Kami

ke suite, menggandeng me

tantangan): "Siapa yang lebih dul

ua pria perka

erbinar penuh tanya: "Bu Wamen... Ibu

a 'tidak'): "Sabar, Sayang... satu dulu. Kalau ku

ata Bu Livia, "Dia udah gak saba

at menikmati malam ini. Nanti sa

-------------------------

. Bu Siska duduk di hadapan mereka, matanya berbinar seperti pedagang yang sedang menilai barang antik, bukan dengan nafsu,

h mendekati Bu Siska dengan sikap profesio

mana?" tanyanya singka

"Aku tuan rumah di sini, Surya. Aku gak mau terburu-buru... nanti saja," jawab

, lalu bertanya lagi, "Kalau begitu, Bu, 5 o

edelapan brondong yang hadir. Dengan nada tegas, ia menjawab, "Semua 8 orang

i instruksinya. "Baik, Bu. Semu

a, dengan Bu Siska memegang ke

tah. "Kalau begitu, saya ijin pamit, Bu. Selamat menikmati malam ini," ucapnya sambil sedikit membungkuk sebelum be

erius, Bu Siska sudah menyusun r

u sosok pria dengan postur atletis sempurna, kulit putih bersih, dan

ah tak tergoda oleh uang atau janji. Matanya yang teduh justru membua

aku tetap menghargai kalian," ujarnya, jari-jariny

a duduk berjajar di sofa kulit hitam, tubuh atletis mer

ng tapi penuh harap, sebelum

apan mereka, tanganya m

di ujung kepala yang sudah merah. "Hmm... tanganmu biasanya main gitar, ya? Tapi malam in

sporty. "Kamu biasa lomba di kolam... tapi malam ini Ibu yang bikin kam

tuh. "Kamu suka lukisan abstrak? Nanti Ibu kasih warna-warni di tubuhmu." Di

enonjol. "Kamu biasanya latihan keras? Sekarang Ibu yang kasih latih

jah tampan, tubuh sempurna, tatapan

kamu..." bisiknya, napasnya hangat di

berat, mata berbina

um licik, turun

u merahnya menekan kulitnya sambil perlaha

akan," godanya, jempolnya mengus

ngaja dihembuskan hangat ke batangny

lum lidahnya menjulur, menyentuh dari pangkal h

ya, lidahnya berputar-putar, sem

jelas, diiringi erangan sang M

ka Bu Siska begitu mahir mempermainkan sang Model dengan mulutnya. Mata mereka terpaku pad

u dari mereka dalam hati, sambil tak sadar me

gan penuh hasrat, sementara tangannya terus memompa dengan ritme yang menggoda

il!" protes s

ala, bibirnya masih bas

tapi Ibu pasti kasih kalian hadiah I

suara desisannya membua

g model dengan perlahan, menikmati setiap detiknya. Matanya yang berkaca-kaca menatap tajam ke arah si Model, p

kepada Sang Model, suaran

gan suara dalam yang

pedang yang menusuk. Ada sesuatu yang menggelitik di dalam benaknya. Keinginan u

antara mereka seperti benang perak yang tak putus. Dengan gerakan penuh kesadaran diri, ia be

t pria yang masih berlutut, tatap

a tegas namun men

ddy yang masih tegang, menariknya bangkit, lalu memi

dipersilakan duduk di sofa kulit hitam yang meng

n, jari telunjuknya menunjuk ke masing-masing waja

gan di paha, mata t

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY