ngil, menatap hujan yang turun dengan deras memb
ini menampilkan titik balik emosional bagi Lyana dan Rafa, serta awal perubahan sikap
yang Tak P
ung. Lyana berdiri di bawah pohon beringin tua, menatap jauh ke depan. Bayangan Rafa masih membekas jelas
an seperti ap
k hari pertama mereka bertemu, di koridor sekolah yang ramai, tatapan mata Rafa suda
at aku berusaha melupakanmu?"
di pojok ruangan dengan tatapan kosong. Tangannya memegang cangkir kopi yang sudah dingin.
an karena tidak bisa, tapi kare
untuh. Tapi bagian lainnya justru menyadarkan bahwa dirinya selama ini ter
lu mengeluarkan buku catatan kec
pernah membuatku merasa utuh. Tapi jika sekarang aku menjadi
nya. Ia tidak berani mengetuk pintu. Tidak setelah malam itu. Tidak setelah ia melihat
r. Sebuah pesan m
ra. Malam ini. D
arti tempat mereka bertukar cerita, impian, dan cinta.
ooftop Hotel
a berdiri di pinggir rooftop, memandangi horizon. Suara langkah kaki yang dikena
a kamu kembali padaku, Rafa,
ku tidak pernah i
akiti diriku sendiri, karena terlalu lama be
ingin bertemu?" ta
n mengakhiri ini
r-jujurnya. Jika kamu benar mencintai Lyana, m
"Kamu... kamu
Tidak. Aku sudah terlalu lelah untuk marah, Rafa. Kit
sebagai tuduhan, tapi sebagai bentuk kematangan yang tak pernah
sebelum kamu kejar Lyana, a
ngerutk
bersama, Lyana pernah datang p
oleh cep
setiap hari. Tapi waktu itu, aku membujuknya untuk tetap tinggal. Bukan karen
a tidak tahu ha
kalian. Aku hanya minta satu ha
ja, mencoba fokus membaca berkas aduan dari seorang ibu muda yang menjadi korban
nya be
ra. Tolong beri aku k
arus menjawab atau mengabaikan. Tapi sebelum ia bisa memunutup pintu di belakangnya. Matanya
a dengan Alenka,
"Kamu tidak seha
ham. Aku mencintaimu, Lyana. Bukan sekarang saja. B
. "Dan kamu tetap m
. Tapi itu bukan salah siapa-sia
gan men
pengecut lagi. Jika kamu masih punya ruang sedi
sah. "Aku tidak tahu apakah
ya. Bukan dengan janji
a tahu, jika ia menerima Rafa, maka semuanya tidak akan pernah kembali seperti dulu. Tapi jika ia
Lyana pergi ke
agia, tapi jalannya selalu berduri. Aku ingi
ya lembut, seolah me
a menatap kota yang dulu menjadi saksi hatinya yang hancur. Kini, ia akan perg
u pesan terakhi
wa aku tidak pernah membencimu. Sahabat sejati akan selalu menginginkan sa
tuk melepaskan, untuk bertumbuh, dan untuk memaafkan. Dan di antara