img Why not!  /  Bab 2 Pekerjaan baru | 5.41%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Pekerjaan baru

Jumlah Kata:1605    |    Dirilis Pada: 23/11/2021

pertamanya dibagian itu, ia juga harus membawa serta Bari. Wanita yang itu masih berusia 26 tahun, menggandeng tangan pu

berjalan ke satu wanita berhijab yang sudah berdiri di l

Diva?" tanya Amara ramah dan

mengangguk. Diva mengulurkan tangan seraya mempe

rus membawa putra saya bekerja. Maaf kalau

?" Diva mengusap kepala Bari. Bari mengangguk pelan. Ia mengeratkan gandengan tanganny

berinteraksi dengan orang lain, karena Amara begitu

dan menjelaskan beberapa hal kepada calon pembeli. Ia meminta Bari duduk di tempat yang sudah disiapkan Diva, ya

pria dan dua wanita. Ke empat pria masih baru lulu

n ini kok, kalau mau lihat Bunda, intip sedikit aja. Bunda di sana, o

nggil Bari, Amara

Bun?" Bari menunjuk ke ara

ab kalau ditanya orang yang nggak kamu kenal. Bukannya

us hati-hati," jawab Bari melanjutka

elana panjang, membuat pelayaknya wanita pekerja kantoran yang modis. Bari tersenyum, ia lalu memilih membaca buku dan komik

*

rahat setengah jam. Ia duduk, lumayan pegal kakinya karena berdiri empat jam. Ia makan siang dengan bekal yang dibawa. Hanya

an cucunya makan seadanya. Amara, jelas ia menolak reaksi tak tega itu

m bisa kasih menu lengkap, seenggaknya Bari nggak kelaparan. J

jawaban Amara jik

segera duduk. Amara tersenyum. "Uda

di rumah Kakek sama

menin Bunda di sini?" Amara balik

k bisa bedain mana yang baik sama jahat,"

da nanti berdiri di sana lagi, kamu bisa lihat ke sana,"

un

toleh

Bun, baik apa nggak?" Bari bersandar di bahu Amara. Anaknya begitu terkejut saat di

kayak di sekolah lama. Anak kelas dua SD harus kuat ya, jan

ga dekat dengan rumah kedua orang tuanya. Saat hari sekolah, Bari akan dijem

ah yang disewa Amara juga tak beg

dengan wajah yang tampak bahagia. Bocah it

ma Ayah,

E

pertanyaan Bari. Hanya senyuman yan

mah terus? Bunda yang

kan uang sisa pesangon mantan suaminya yang juga terus merongrong warisan tanah keluarganya yang belum laku terjual. Amara malu dengan kondisi itu. Dengan ban

ahaan pembiayaan kendaraan. Tapi di tolak mentah-mentah, dengan alasan, ia tak mau mulai dari awal. Set

ra hanya melihat kemalasan. Mantan suamin

*

eka ditugaskan tetap di mall sampai tutup dan merapihkan stand pameran. Bari menggandeng tangan Amara. Ia me

nggak badan kamu?" lirik Amara. Bari ha

mara duduk dan merangkul bahu putranya itu. Mereka sedang

uanya, tapi hati kecilnya justru merasa tak enak. Amara tak ingin kedua orang tuanya mendapat gunjingan tetangga, karena terlihat mengasuh Bari, di saat ia bekerja mencari nafkah dan ju

Ayo kita pulang!" Amara beranjak. Tampak Bari sudah m

usap pelan kepala Bari. Tak pernah ia membayangkan akan menjalani hal itu dengan Bari. Bayangan pernikahan

gan rasa optimisnya untuk bangkit dan menjadi sukses

antuk, ia meminta putranya itu naik ke punggungnya, perlahan ia berjalan, melewati rumah warga lain dan me

?" tanya ibu-ibu yang se

mengingat-ngingat apa ia masih punya stok susu dan roti untuk Bar

uara Bari

n karena laper, y

ari meminta turun dari punggung Amara ketika tiba di depan pagar. Dengan cepat Amara membuka paga

, walau roti tak ada. Bari membuka jaketnya, ia lipat lalu meletakkan di

kai telor ya, Bar, mau?"

nduk, lalu berjalan ke dalam kamar mandi, ia

satu untuknya dan satu untuk Bari. Ia membawa dua m

emberikan sendok dan garpu, tak lupa ia memyala

diam, karena tadinya mau membeli dengan mencicil setelah ia menerima gaji pertamanya, namun kondisinya memang kontrakan itu panas walau sudah memakai kipas ang

indah ke sini ACnya," jawab Amara. Bari tampak senang, keduanya menikmati makan malamnya la

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY