img Head Over Heels  /  Bab 4 Empat | 10.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Empat

Jumlah Kata:2892    |    Dirilis Pada: 29/11/2021

pasti sampai sekarang belum juga menemukan yang pas dan dirasa cocok untuknya, di atas tempat tidur pula telah berserakan beberapa pakaian. Setelah sekian kali membolak-balikkan p

pinggang. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dan jatuh di tengah punggung, Raina menambahkan 2 buah jepitan kec

uma orang buta aja yang bilang gue jelek." gumam Raina. "Hahaha

i rantai, tergantung di daun pintu. Raina lalu memadukkannya dengan i

emprotkan sebuah parfum beraroma teh ke tanga

Drtt..

tar. Dalam hati, Raina sudah menebak ini pasti Johan dan ketika

di depan r

l terbit di

gu ya, gue

m keluar, ia sempat melihat Miko tengah menonton televisi di ruang keluar

u

! Cu

erhatiannya dari keseruan di arena balapan moto gp di layar datar itu. Untuk beberapa detik, Miko terdiam. Ia memperhatikan Raina d

jalan sama si

ya tata bahasa yang bagus, tapi cewek itu malas membahasnya sekar

, tokek belang kek, ikan buntel kek, suka-suka gue mulut dong?" uj

bener ya?!" ge

gkat. "Apa? Bener-ben

itu dalam-dalam. Ia tidak mau Johan menunggunya lama. "Bodo amat deh. Gue cuma mau ngomong,

e anak baik-baik ya, nggak pernah sekalipun gue diajarin buat bo

n lo jadi sok alim gini? Siapa juga yang mau n

ang dan nyariin elo gue bakal bilang a

buang waktu saja kalau ia terus berlama-lama disini. "Yaudah, fix, terserah! Tapi, jan

lu dari tempat itu dengan kekesalan

da lo sama gue, gue bisa ngurus hidup gue sendiri." Miko yang kesal pula sedikit berte

kul 6 pagi sampai maghrib baru pulang. Jadi, tidak heran kalau Raina terang-terangan menurunkan rasa ge

bil sembari memainkan ponselnya. Raina tersenyum kecil kearah pemu

. Belum lima menit, kok. Sampe kapanpun juga gue

ipu mendengar gombalan itu.

. "By the way lo cantik

um-sebelumnya g

h plus plus plus." Johan melekatkan jari telun

ng-geleng kepala

h yuk,

ndela dengan pandangan yang sulit diartikan. Sampai Raina dan Johan mem

••••••

pergi sama te

meja. Memang, ia pulang bertepatan dengan 10 menit setelah Raina dan Johan pergi. Dan, seperti yang dikat

angguk sembari mencoba men

lo ntar pulang-pulang langsu

mereka per

"Nggak ma. Raina nggak

a disana. "Anak itu! Ya ampun, sudah beberapa kali dibilangin jangan bergaul sama laki-laki masih aja ngelanggar. Dia memang ngg

erdoa supaya 'malaikat' terbaiknya itu mendapat tempat terindah di sisi-Nya. Ya! Sudah 17 tahun lamanya. Kini, rasa rindu itu kembali merasuki Miko

engerin omongan Miko, da malah marah-marah ngata-ngatain Miko dan main pergi-pergi aja. Bahkan, Mi

agai kakaknya. Mau jadi apa anak itu kalau seperti ini? Sama kamu, sama mama, dia aja nggak bisa menghormati.

, ia berhasil menjadi anak yang manis dan baik-baik. Cowok

ini mungkin bentuk pelampiasan kekesalan dia sama ayahnya. Miko cuma takut aja kalo Raina disakitin sama cowok yang la

n cara baik-baik, Raina memang ngga bisa diatur. Ini nggak bisa dibiarin, Raina itu masih kecil, masih polos, dia belum tahu soal

gak bener

gatal. "Ya, kita positif thinking aja, ma

tu Miko mau ke

tawa keberhasilannya membuat image Raina sedikit buruk di mata ibundanya sendiri itu d

memutar kepala k

atapannya terlihat sayu dan memohon. Mungkin ini efek capek pu

cari Raina ya. Dan bawa dia pulang, Mama nggak

ok, ja

edikit keberatan sebenarnya, tapi t

amu bis

abella dengan tatapan memohonnya. Sampai akhirnya pemud

ramai. Keduanya berdiri dengan bersandar di mobil bagian depan. Tak jauh dari sana terdapat sebuah keramai

buka suara ketika mereka telash se

cil. "Boleh, tapi p

aja ia melihat kotoran bekas makan jagung di sudut bibir

u menyelipkan anak ramb

sap bibirnya. Sekian detik Raina menahan napas, melihat wajah tampan itu yang terlampau dekat membuatnya susa

di bibir lo." Joh

yanya lalu sesegera mungkin, ia mengusap-usap se

bersihin

Raina. "Hhh .. Makasih ya, gue jadi malu. Gue kal

enggaruk belakang kepalanya yang tak

banget ya Jo?" tanya R

lo nggak pendek kok. Kalo bahasa kerennya sih, mungil. Lo tuh mungil, tin

na menganggukkan k

tetep aja l

na berusaha menyembunyikan senyumnya. "Apaan

embari tertawa. "Elo sih jadi b

engan berbagai pose wajah. Dan itu membuat m

••••••

ecepatan laju motornya dan menepi di pinggir jalan, dekat halte yang sepi, kemudian membuka helm kyt-nya it

am Miko. "Niatnya mau jelek-jelekin dia di de

angsung merogoh ponselnya di saku celana. Mencari-cari kontak Raina sebentar sebe

g beberapa saat, samp

n lo telfon-telfon

itu langsung menjauhkan benda canggih itu dan mengusap-usap sebentar

usan ngatain

, lo biasa aja bisa nggak sih? Nggak usah ng

asi lo ada apa telfon gue? Kangen ya? B

g yang bener aja dong, sampe cicak nelen buaya juga gue ogah banget kangen sama elu. Amit-amit, cewek jelek ya

i paling dalem, gue lebih amit-amit dan nggak nerima

k itu hanya menggigit bagian atas kaosnya kuat-kuat. "Sumpah, b

idup ya? Pengen m

, sekarang mending lo bilang

ng lo mau

marah-marah karena anaknya pergi kelayapan malem-malem dan ngg

p gue udah p

lah,

kan, kalo gue j

ak." dan helaan napas lang

ngnya lo pergi

uh bener-b

? Emang iya. Sekarang cep

entaaar aja ya? Lo nggak inget kata-kata gue tadi? Gue ng

0.45. "Ini sebentar lagi udah jam 9 loh, gue pastiin kalo lo nggak pulang sama gue

tidur diluar

geram, dan Miko tahu itu. "

ninya ya ngomon

g lagi ada di pameran, deket stadi

audah. Tapi, gue mau pas gue nyampe, si kutil udah ng

tau denger lo ng

hanya menatap kosong layar ponselnya. "Padahal gu

r di sebuah stadion. Dengar-dengar mobil Audi keluaran terbaru yang tengah dipamerkan. Membelah jalan di ibukota yang ramai akan

rian di sebuah undakan kecil yang berada di dekat pedagang kaki lima. Dimana di belakang gadis itu adalah halam

tin kata-kata gue buat

aginya itu, bersamaan dengan suara derum mesin motor itu yang lang

karena kemauannya sendiri

. "Jadi lo.. ditinggalin sama si kutil? Dia l

ketawa ya ketawa aja, lo suka kan ngetawain gue? Nggak usah ditahan-tahan kay

ara cewek di hadapannya itu langsung membuang pandangannya kearah lain. Sepe

nya. Dan, tanpa basa-basi lagi Raina langsung m

jang perjalanan, sepenglihatan Miko melewati kaca spion motornya, ekspresi datar wajah Raina tak kunjung mencair, masih ditekuk sa

a kedi

a, di satu jalan Miko

aknya ke kiri-mematikan mesin, dan melepas helm. C

lekat di tubuhnya itu. Raina hanya diam memperhatikan p

ih ke gue?"

o lo sampe masuk angin. Kesehatan lo lebih penting daripada gue, lo ma

bil jaket itu. "Lo ngomong apaan

p lo." Miko mendengus. "Udahlah, ng

gue

embali ke motor Miko. Dan, pemuda itu pula kembali menjalankan

banget nih curut perhati

••••••

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY