img Gundik Suamiku  /  Bab 2 Secangkir Kopi | 9.52%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Secangkir Kopi

Jumlah Kata:1655    |    Dirilis Pada: 04/12/2021

kutempati. Mobil Mas Ari sudah terparkir di sana. Itu

lam hati. Dan lantas memarkirkan mobil yang kutumpangi

pintu mobil setengah terbuka. Pak Slamet, supir mertuaku sudah berad

kankah dia supir pribadinya Mama mertuaku?

g. Siapa tahu Mas Ari di sekitar sini, bisa gawat kalau dia udah pulang,

senyumannya ke arahku. Pria paruh baya ya

il Mas Ari, apa Mas Arinya udah pulang?" tanyaku beruntun seraya mendongak ke arah mo

alam. Saya tadi diminta buat jadi supir di sini." jelas Pak

ri. Begitu pula denganku. Meski aku sering bepergian, tapi aku lebih suka membawa mobil sendiri. Ketimbang harus ada supir. Se

Slamet buat nyupirin mobilnya, biasanya kan dia suka nyu

hiku mendadak mengeryit mendengar penuturan Pak Slamet. Pasalnya, tadi ia mengantarkan wanita yang disebutnya Bu Mely. Wanita yang tak lain adalah mertuaku i

jawaban yang bisa menjabarkan semua kecurigaanku. Karena setahuku, Mama mertua paling malas

t memang tidak tahu apa-apa. Lagi pula, Pak Slamet juga biasa hanya berada di p

a, kalau lapar ke dapur aja. Suruh Mbok Darmi bikin makanan

a,

kurebahkan tubuh ini di atas kasur. Ternyata, cukup melelahkan juga, menukar cincin palsu untuk wanita simpanan suamiku. Bisa dibilang

uh tak punya hati dia. Aku bukanlah wanita cengeng yang harus pasrah akan keadaan. Jika suamiku selingkuh, m

aksaku untuk bangkit lagi. Baru kuingat, jika gawaiku tertinggal di mobil. Tadi aku lup

ku tak sengaja menangkap sesuatu yang menyala di atas meja kaca teras. Kuhentikan langkah sekejap lalu mendekat. Ponsel Pak Slam

san dari notifikasi tersebut. Aku yakin, itu jelas-jelas Mas Ar

nyusulnya ke

tu. Ya, itu suara Pak Slamet dari arah garasi. Apa P

aju biru itu pun lantas mendekat dan menyambar ponselnya. Terliha

a menundukan wajahnya dan

arisan saya. Tolong Pak Slamet jaga rumah ya," tambahku. Tentu

a? Mas Ari benar-menjengkelkan. Keterlaluan sekali dia, menyuruh supir agar membatasi gerak-gerikku. Aku tidak

ak Slamet tetap di sini dan tidak menggan

ak Slamet perlu diberi obat tidur.

bat tidur dalam

dulu," pamitku pada Pak S

wabnya dengan

menuju ke dapur. Rencanaku membuat kopi ya

berada di dekat dispenser. Lantas menuang satu saset

n aroma harum yang khas. Namun, siapa sangka jika kopi harum ini nanti a

egas kutuang bubuk dalam kapsul obat tidur berwarna gelap yang seukuran ujung jari

ingin anda tidak menggagalkan re

ebetulan Mbok Darmi mel

, Nya." balasnya

kasih kopi ini ke

jurus kemudian, wanita berusia empat puluh tahun itu sudah melenggang ke arah garasi. Rumahku memang garasi da

itu dan menyaksikannya tertidur pulas. Se

sama kekasih gelapnya. Ah, jika aku terus memikirkan itu. Lama-lama bisa emo

annya ke udara. Menenangkan gejolak ya

gerjap rapat. Menghalau segal

ala melihat siapa yang datan

alah kopinya enak, itukan buatan pabrik. Sekalian juga kububuhkan sedikit obat tidur. Biar nggak merecoki urusanku.

kirin nanti saja. Semoga Pak Slamet nanti bangung tepat wakt

asker dan jaket. Agar Mas Ari tak meng

dah terkulai di lantai. Seperti yang kuperkirakan,

mall Plaza. Tak lupa mengenakan masker juga

baru menunjukan pukul lima sore. S

du dengan bising suara kendaraan lain. Jalannya lumayan ramai, p

aza. Langkah ini kian terpacu cepat. Agar sampai pad

luruh penjuru mall. Be

setiap toko yang menjual berbagai macam ba

a nyari satu lelaki di tempat

Mataku tertuju pada jajaran toko yang menjual mukena di seberang sa

tun

ja ngajak Mama buat beli mukena. Karena s

terbukti. Tapi soal cincin bernama Marisa

ebelahnya. Toko baju muslimah itu akan kujadikan

ya?" tanya Mas Ari pada mamanya. Dia tida

ng." kata Mama disela aktivitasnya me

pat ganti baju. Siapa dia? Kenapa m

sam

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY