Darren tidak muncul di tempatnya pagi ini karena Zen telah memberi pelajaran kepada pelayan itu di malam sebelumnya. Namun, beberapa kaki tangannya datang untuk mendandani Zen dengan baju kulit biasa sebelum mengantarnya ke Aula Seni Bela Diri.
Seperti biasa, sekelompok anak-anak dari Klan Luo sedang berlatih dengan giat. Mereka tetap berkonsentrasi pada pelajaran mereka di Aula Seni Bela Diri meskipun pagi itu dipenuhi kabut pagi dan udara dingin.
Mereka tidak mengenakan pelindung apa pun di lengan mereka saat mereka memukuli barisan manusia batu yang ada di sudut aula dengan tinju mereka. Terlepas dari seberapa keras para manusia batu itu, anak-anak ini bisa memukul target mereka dengan kekuatan dan ketepatan yang besar.
Para budak berkumpul dan berdiri di sisi lain aula. Kesuraman dan keputusasaan tercermin dalam ekspresi mereka saat mereka menyaksikan kekuatan yang dikeluarkan oleh anak-anak itu.
Siklus tak henti-hentinya dipukul dan ditendang setiap hari dan setiap malam membuat hidup mereka benar-benar tak tertahankan. Hampir setiap malam mereka berbaring di tempat tidur mereka masing-masing sambil berguling-guling kesakitan. Mereka tidak bisa tidur dan mereka menggeliat kesakitan semalaman. Sayangnya, mereka tidak memiliki kebebasan sedikit pun. Hidup mereka telah dibeli oleh Klan Luo dan mereka tidak punya pilihan lain selain menerima pukulan.
"Para budak bersiap-siap sekarang juga!" teriak Corey sang pelatih.
Semua budak yang ada di sana tersentak dari renungan mereka ketika mereka mendengar ucapan Corey. Dia adalah pelatih yang sangat kejam. Dia sering kehilangan kesabarannya dan mencambuk para budak jika dia melihat atau menyadari ada budak yang membuat kesalahan sekecil apa pun. Cambuk Corey bukanlah cambuk biasa, dan orang yang memiliki kulit yang tipis dapat dengan mudah terkelupas kulitnya hanya dengan satu pukulan cambuk itu.
Anak-anak Luo sudah tidak asing dengan bagian rutinitas mereka ini. Mereka perlahan lahan berjalan mendekat ke arah budak dan mulai memilih-milih. Seorang remaja kuat bernama Melvin Luo memilih Zen.
Budak lain melirik Zen dengan mata penuh simpati.
Bakat Melvin sebenarnya biasa saja karena dia masih di tingkat pemurnian kulit. Tapi kekuatan tenaga dalamnya sangat kuat, dan kekuatannya setara dengan siapa pun yang ada di tingkat pemurnian daging. Anak itu ganas dan brutal, dan beberapa budak telah terluka parah atau bahkan meninggal karena dirinya. Terpilih sebagai samsak Melvin memang hal yang sangat disayangkan.
Melvin mengguncangkan tinjunya dan menggerakkan tubuhnya sedikit sebelum menatap ke arah Zen. Matanya berkilat karena kegembiraan yang sedang dia rasakan. Terpidana mati sangat sulit diperoleh belakangan ini. Jumlah mereka semakin berkurang karena keluarga lain juga bersaing untuk membelinya. Samsak hidup yang digunakan oleh Klan Luo tidak diberi suplemen yang memadai. Oleh karena itu, budak adalah sumber daya yang amat langka di Klan Luo.
Memukul seorang budak tidak hanya melatih tubuh mereka, tetapi juga membantu anak-anak untuk melampiaskan perasaan mereka yang terpendam. Alasan lain mengapa Melvin merasa sangat bersemangat adalah karena samsak yang dia pilih pernah menjadi tuan muda Klan Luo.
Tuan muda itu dulunya berada di tingkat yang jauh lebih tinggi daripada Melvin, dan sekarang Zen akan memohon belas kasihan dan ampun di bawah tinju Melvin. Pikiran itu membuat Melvin merasa senang.
Zen mengerutkan keningnya. Melvin terkenal karena kekuatannya. Zen sangat menderita akibat pukulan yang dia terima terakhir kali. Zen seharusnya membutuhkan waktu kurang lebih setengah bulan untuk pulih dari cedera internal yang sedang dideritanya.
Namun, setelah menghabiskan dua tahun hidupnya sebagai samsak hidup telah mengajarinya cara menenangkan diri dalam situasi apa pun. Dia dengan cepat mengambil beberapa kali napas dalam-dalam dan kemudian mengatur pelindung kulitnya sebelum menghadapi serangan Melvin.
Melvin datang ke arahnya menggunakan seluruh kekuatannya. Dia telah berlatih sebuah metode tinju yang sangat ganas, yang disebut Tinju Banteng, dan dia sangat ingin mengujinya di samsak hidup yang ada di depannya.
Melvin berlari mendatangi Zen seperti banteng yang mengamuk. Pukulan pertamanya mendarat tepat di dada Zen. Semua orang yang ada di sana menyaksikan dengan mata terbelalak saat semburan angin menyelimuti seluruh tubuh Zen.
Zen menarik napas dalam-dalam menghadapi momentum ini dan menegangkan dadanya sehingga dia bisa menggunakan pelindung kulit untuk melawan kekuatan pukulan itu.
"Puff!"
Meskipun pelindung kulit yang tebal itu membantu memperlambat kekuatan tinju Melvin, Zen masih bisa merasakan rasa sakit yang meledak ke seluruh sudut tubuhnya. Kekuatan yang digunakan Melvin untuk memukul Zen membuatnya merasa seolah-olah dia telah dipukul dengan palu besar di dadanya. Pada saat ini, dia dengan cepat menghembuskan udara keluar dari dadanya untuk membiarkan dadanya menjadi serata mungkin.
"Lepas daya!"
Dia membentuk zona penyangga dengan udara yang tadi dikeluarkan dengan cepat dari dadanya, yang bisa mengimbangi kekuatan lawan. Ini adalah rahasia Zen untuk bertahan hidup selama dua tahun sebagai samsak hidup anak-anak itu.
Namun kekuatan tinju Melvin terlalu kuat, dan setelah serangan kedua dilontarkan, Zen merasa seolah-olah rasa sakitnya tak bisa dia tahan lagi. Zen memaksakan senyum pahit di wajahnya saat seluruh tubuhnya bergetar karena dampak tinju tersebut. Tiba-tiba Zen terbang mundur seperti layang-layang yang benangnya putus.
Saat Zen terjatuh dan terbaring di lantai, dia membiarkan rasa pusing yang dia rasakan menguasai seluruh dirinya. Dia pikir hari itu sudah berakhir. Dia takut pukulan ini akan menyebabkan luka dalam yang serius untuknya. Namun, yang mengejutkan adalah ketika dia menyadari bahwa dia tidak merasakan sakit sedikit pun beberapa saat kemudian.
Nyatanya, Zen malah tidak merasakan apa-apa. Kemudian kehangatan yang aneh muncul dari dalam dadanya. Tubuh Zen bereaksi begitu arus hangat itu mengalir melalui dirinya. Dia merasa seolah-olah tubuhnya itu seperti serigala lapar yang menelan kehangatan itu dengan rakus.
Kehangatan itu kemudian menyebar ke seluruh sudut tubuhnya sampai ke sel terkecil yang ada di dalam tubuhnya. Zen merasa nyaman ketika diselimuti kehangatan ini.
'Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?' Zen sedang berpikir pada dirinya sendiri saat dia merasakan arus hangat mengalir di dagingnya!
Meskipun Zen yang sekarang adalah seorang budak, dulu dia pernah menjadi tuan muda dari Klan Luo. Ilmu yang didapatnya selama menjadi tuan muda sangat banyak. Dan dia tahu bahwa ini bukan reaksi biasa.
Pil yang bisa menyegarkan tubuh sangatlah langka, sama seperti Pil Ajaib yang dimiliki Klan Luo. Dan orang-orang berkata bahwa pil dapat menyebabkan berbagai efek pada tubuh orang yang mengonsumsinya. Namun, bahan untuk Pil Ajaib pun susah sekali untuk didapatkan. Hal itu menjelaskan mengapa keluarga sekaya Klan Luo butuh ratusan tahun untuk mendapatkan hanya dua pil ini. Pil itu memang sangat berharga.
Tapi efek pil itu pada tubuh seseorang juga merupakan fenomena yang langka. Zen berbaring di lantai dan berpikir sejenak. Tak lama kemudian dia menghubungkan reaksi yang dia rasakan saat ini dengan pengalaman aneh yang dia alami kemarin malam.
'Gunakan daging tubuh sebagai senjata. Gunakan tubuhmu sebagai jiwa, tempa dan berlatihlah secara menyeluruh, bersihkan tubuh untuk vitalitas yang luar biasa...' Zen mengingat sebagian dari apa yang telah dia pelajari kemarin malam.
Apakah ini yang dimaksud dengan 'tempa'? Dia perlu dipukuli terlebih dahulu?
Tubuhnya telah menjadi senjata misterius persis seperti yang tercatat di dalam kertas emas itu. Memperbaiki perangkat mungkin merupakan bagian dari proses. Apakah menempa adalah proses untuk menyempurnakan senjata misterius teratas?
Melalui pukulan yang diterimanya, tubuh Zen telah menghasilkan arus hangat yang dibutuhkan untuk membasuh daging di seluruh tubuhnya! Tampaknya dipukuli memiliki efek yang sama dengan meminum Pil Ajaib terus-menerus.
Pikiran Zen menjadi kacau balau ketika memikirkan hal ini. Dia merasa bersemangat dan jantungnya berdetak semakin cepat pada pemikirannya itu.
Zen berdiri untuk mengkonfirmasi teorinya.
Dia berpura-pura kesakitan meskipun dia tidak terluka sedikit pun dan pukulan Melvin sebenarnya telah membantunya. Aktingnya membuat dirinya terlihat seakan-akan sedang berjuang untuk berdiri dan bahkan gemetaran untuk menghindari orang lain yang akan bertanya-tanya mengapa dia tidak terluka sama sekali.
Ekspresi wajah Melvin berubah menjadi terkejut ketika dia melihat Zen masih bisa berdiri. Dia mengira pukulannya bisa melumpuhkan atau bahkan membunuh Zen. Namun kenyataannya Zen masih bisa berdiri setelah menerima pukulan itu, yang membuat Melvin merasa malu.
"Hei, tidak heran kamu sudah berada di puncak tingkat pemurnian daging! Ternyata kamu tahan terhadap serangan! Baguslah kalau begitu. Karena sekarang aku bisa memukulmu lagi!" Melvin bergegas maju untuk meninju Zen lagi.
"Bummm!"
Zen dipukul keras lagi oleh Melvin. Kali ini dia terbang ke belakang dan berguling-guling di tanah seolah-olah dia adalah karung pasir yang berbentuk manusia. Zen diam-diam merasa senang ketika alih-alih rasa sakit, dia merasakan arus hangat lagi mengalir di seluruh badannya. Kehangatan menyebar ke seluruh tubuhnya dan terus-menerus memperbaiki organ-organnya secara konstan. Arus hangat itu berubah bentuk menjadi ular kecil yang merangkak ke dalam organ internalnya, pembuluh darahnya, terus-menerus menyempurnakan daging di tubuhnya dan menyegarkan organ-organnya.