img perceraian  /  Bab 2 part | 14.29%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 part

Jumlah Kata:1095    |    Dirilis Pada: 11/01/2022

selama bertahun-tahun. Namun, hujan kali ini terasa berbeda. Aku menikmati dingin

air itu menjadi simbol rezeki. Kehidupan tetap berjalan

an juga pakaian yang kukenakan. Aku merindukan sofa, secangkir kopi, dan buku yang ingin kubaca. Itu sebabnya, sesampai

ngumpulkan titik-titik embun di jendela. Kusentuh kaca jendela dan kugerakkan telunjuk di sana. Kucoba menulis

eh. Kamu berdiri dengan kedua tangan berada di saku celana. Tubuhmu setengah bersa

sal tidak segera berpakaian. Namun, sebenarnya aku tidak salah. Ini rumahku.

: Meneguk

i. Aku baru ingat kuncinya memang belum kamu kembalikan padak

untukmu, dan satu cangkir kopi dengan sedikit gula untukku. Kuletakkan can

skan menunggu penjelasanmu. Kupandangi cangkir kopi yang mengepulkan uap. “Apa kabarmu?”

i cangkir kopi ke wajahmu. “B

ahu. Perempuan tidak suka dianggap gemuk. Berat badanku m

iku. Kurasai hangat cangkir kopi itu. Kamu berdeham. Mungkin kamu ingin membuatku mengalihkan perhatian dari cangkir ini kembali padamu. Nam

diam saja. Untuk apa kamu

kita berpisah dan kulihat kamu makin bahagia, akhirnya bisa kupahami bahwa inilah yan

unggu kata-kata ini. Namun, akhirnya kutahu sesuatu. Aku tidak memb

Wajahmu terlihat tirus. Kantung mata menggayut menunjukkan kamu masih suka me

paknya tidak mengalami kendala yang berarti. Setiap kali bersamaku, mereka tamp

alasan. Mereka baik-baik saja.” Aku mengangkat bahu. Sudah kualami masa ketika anak

sedih juga,” kataku

galami masa seperti hujan menjelang Imlek. Hujan yang meski menjadi p

lau aku tak bisa terkena dingin. Kunyalakan sebatang rokok. Kubiarkan asap rokok menyatu dengan uap kopi. Ke

Berenang di

ku bingung. Mengapa aku harus membencimu? Bukankah

lain. Semakin lama bersamamu, semakin aku tahu bahwa aku tidak pernah berada di prioritasmu. Tapi aku bisa apa? Atau aku memangnya mau

juga tidak tergoda mengambil rokok milikku. Apakah aku melewatkan banyak hal? Rasanya tidak.

upanku sama pentingnya dengan kehidupanmu. Itu sebabnya, kupikir tak ada yang lebih bijak dari keputusan berpisah ini. L

aka

ngan nada ragu-ragu yang sama dan kekentalan kecurigaan yang sama. “Tidak ada siapa-siapa. Baik itu yang memen

arti ada banyak yang harus diubah.” Aku berdeham. Kutegakkan posisi dudukku kemudian kembali berkata, “Bagaimana pun, setiap orang yang memutuskan m

ku menc

Kumatikan rokokku. Kulirik jam dinding dan berkata, “Sudah malam. Anak-a

ta harusnya bisa saling menghidup

iri, tersenyum sekilas lalu melangkah menuju pintu. “Aku

mulai lembaran bar

ahan di bawah guyuran hujan. Hujan yang tak bi

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY