img Cinta Ipar Duda  /  Bab 3 Bisikan Gila | 6.12%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Bisikan Gila

Jumlah Kata:1526    |    Dirilis Pada: 19/02/2022

bangkit dari ranjang meninggalkan Mas Divo dengan dengkuran halusnya. Ia tampa

inya semaksimal mungkin, urusan ranjang, makan dan penampilan selalu kunomor-satukan, a

an pun telah tersedia. Itulah target juga obsesi terindah dalam hidupku, s

yang di bawa-bawa. Padahal apa urusannya? Toh, aku begini karena rasa tanggung jawabku pada keluarga kecilku, Mas Divo dan Bay

ra di telinga Mas Divo. Aku tersenyum k

” bisiknya di telingga

h udah main peluk-peluk, aja,” ujarku

rinya yang berada tepat di rusukk

uat kami terdiam. Mas Divo terkekeh menertawakanku. Aku cemberut dan mencubit p

u. Aku tersenyum. Kami pun keluar dari kamar berbarengan. Aku bergeg

ya Mama ketika aku baru

meraih piring kotor dan mengucek-ngucek

a dia belum salat!” Aku terdiam sejenak, antara ragu d

ambung tidur lagi? Padahal, ‘kan juga belum salat,’ pikirku dalam hati. Kuletakkan piring y

ku sambil menyandang handuk di bahunya. Kami berpapasan. Ia menyempatkan diri melayangkan tangan jahilnya ke bo

rah kami, maklum si Bontot. Aku tergelak tertahan. Mas Divo me

mar mandi, setelah sebelumnya melayangkan ciuman kilat ke pelipis Mama. Kini giliranku yan

ka. Antara ragu dan sungkan aku menguatkan hati untuk memanggilnya dari sana. “Mas ... Mas Dion? Bangun, Mas! Salat

suruh Mas bangun. Sal

, aku akan coba sekali lagi sebelum pasrah, biar Mama saja y

ap berkulit putih yang hanya menggunakan celana pendek, berdiri tegak di hadapanku. Tub

itnya yang bersih. Entah apa perawatan kulit yang

dan bersih. Apakah ia suka ke salon? Facial? Spa? Atau ia menyimpan be

muncul setelah lama kupanggil, entah karena melihat tubuh gl¬owing-nya. Yan

u serasa memerah menahan malu. Buru-buru kualihkan pandanganku sambil menetralk

netralkan diri, sambil berbisik, “Kamu keramas, ya?”

nya bisa menatapi punggungnya dari belaka

*

a yang belum muncul. Barusan ia melintasi ruang ini dari kamar mandi menuju kamarnya. Melewati Aku yang masih membe

ki ruangan. Penampilannya sudah rapi, ar

gi?” ejek Mama, samb

mot tempe goreng tepung yang ada di meja. Kemudian duduk tepat di hadapanku. Aku me

aku. Wajah acuhnya mengingatkanku dengan semua kelakuannya beberapa hari ini, terlebih subuh tadi. Sikap slengekan dan urakan yang membua

a dentingan suara sendok dan piring yang bersahutan. Aku terkejut dan menoleh pada Mama. Kemudia

0-an yang telah kuanggap sebagai ibu itu berucap dengan nada mellow-nya. Menata

ekerjaan yang berat kok. Sama a

elik. Perlahan gerakanku melambat. Bener-bener ampun sama manusia yang satu ini. Apa

cuma cemas Viona

pi tetap sambil fokus dengan makanannya. Aku makin

i hati Viona?” Tiba-tiba Susana hening. Semua menatap pada Mas Dion, kemudian padaku, tak

yelinap, buru-buru aku menetralkan situ

ja Mas Dion ngeliat aku happy-happy aja di sini, Makanya ia bilang begitu. Meski ketemu Mas Divo hanya sekali sem

Mama dan papa ikut tersenyum. Semua kembali melanjutkan makannya. Hanya lelaki itu ya

pun Viona menantu di rumah ini, tapi kamu sudah menganggapny

menikmati gelembung makanan di mulutnya. Sementara Mas Dion men

aki dihadapanku itu. Wajahnya seketika berubah memucat. Aku mengalihkan pandangan kembali pada

ak?” tanya Mama kemudian. “Kalau mau baikan lagi, didik Vera jadi isteri yang baik. Tuh lihat, Viona, cantik, pinter, jago masak, dan bertanggung jaw

rikutnya. Mas Dion hanya melirik sekilas, tanpa komentar. Ba

on, jadi bulan-bulanan terus karena aku. Lagian, nggak enak dibanding-bandingkan

Bayu, takut entar dia bangun.” Mama dan Pap

cul dengan senyum ringannya sambil merangkulku han

si, c

n sih

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY