img I'm Not a Gangster  /  Bab 2 Aku Bukan Pengemis | 13.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Aku Bukan Pengemis

Jumlah Kata:1121    |    Dirilis Pada: 09/04/2022

i dengan air mata berderaian, sambil menahan perih di perut, juga di leher, mau tidak mau terpaksa harus

isik, dan ada juga yang coba menghe

ming, dan terus saja

lakuan Pak Rajimin terhadap Kamal itu sudah masuk dalam kategori tak manusiawi, jika ingin menghitung seberapa

u adalah sedikit kata yang sekonyong-konyong menjadi pemben

ng tidak lagi punya urat malu. Jika pun masih ada, K

k ada hal apa pun lagi yang

maka pada suatu kesempatan, segera saja Kamal berbelok jalan, membelakangi jalan raya,

buahnya yang tampak kekuning-kuningan, perutnya yang sedang kosong t

an tidak manis sebagaimana pisang pada umumnya, biji-bijian yang a

a sisir barulah Kam

n, duduk bersandar sambil menjiwai baju seraga

ir, andai Pak Rajimin tahu betapa

menyandarkan punggung ke batang pohon sambil memelu

mal! Ban

rlahan Kamal membuka mata. "Mama? Bagaimana carany

n mendapati wanita ini yang juga

Nak!" ujar wa

a pukul saya lagi," tepis Kamal sambi

menyesali perbuatannya.

wanita ini. Jari kaki di kaki kanan Bu Senia berjumlah enam, buka

res, siapa wanita

umput segenggam tanah, lalu melemp

u

mu bukan mamaku

, matak

anya. Kamal, alih-alih menghiraukannya, ia ju

u

rsamaan, suaranya perlahan berubah. Dari meringis

nak ular. Ular dengan panjang sekira lima puluhan centimeter

gelap. Ini malam hari, bukan siang

sehingga buru-buru berlindung, lalu m

siluman W

siluman. Tanpa menunggu lag

terpikir buku tulis yang lupa ia bawa serta. Kamal sangat cemas

gan sambil merintih-rintih. Di sini, tanpa pikir panjang, begitu Ka

r

i seketika itu juga kepala ular

pa kamu berusaha untu

kan ekornya, lalu menyandera, mengg

diapakan l

"Kamu ini siluman! S

an, saya tidak punya niat menyakiti

da siluman yang ngert

. Akan tetapi, Kamal tidak menghiraukannya sama sekali. Malahan, saat ini Kamal te

dari tadi saya lakukan. Saya hanya ingin minta bantua

awang ular. Sampai di sini, K

" lirih ula

membentaknya. "Saya ti

pi biarlah, tolong tanam kepala saya biar saya bisa

mal masih bisa melihat bagaimana kilauan di m

uga akhirnya. "Saya aka

enggali lubang dengan dalam secukupnya, kemudian meletakkan

ohonan terakhir? Bisaka

mal dalam hati. "Ya, sudah, k

membalaskan dendamnya pada

lah permintaan tak masuk akal, tetap

ngan tenang!" uca

kepalanya. Usai menimbunnya, Kamal menancapkan patahan ranting ke gundukan tanah tempat di

ke belakang. Kamal khawatir ular tadi masih hidup la

ebuah pos kamling tua yang tidak lagi ter

*

rman, satpam sekolah, mengadang Kamal, beberapa l

, Pak!" sahu

k Pak Tarman. "Kalau mau ngemi

Kamal tergugu. Kamal bungkam denga

k?" Sorot mata Pak Tarm

k! Sumpah, saya bukan pengem

tkan pada salah satu spesies ular yang

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY