img Terpaksa Nikah SMA  /  Bab 3 True Friend | 13.64%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 True Friend

Jumlah Kata:1076    |    Dirilis Pada: 08/05/2022

rumah Aina. Sangat jauh berbeda dengan rumah Mila, bahkan kamar pembantunya lebih besar dari rumah ini, tapi Mila sangat bersyukur, seti

amu ko

ku kecil banget, beda

u yang gak enak sama kamu, k

u seneng banget dan sekara

u gak tau lagi gimana caran

luarga kamu kasih ke aku, Kalo bukan karena kalian,

dup kita dan lupakan masa lalu.

i kelingking Aina. Mereka tertawa bersama. Mila bersyu

aja atas dasar bujukan dari Mila. Mila prihatin karena Aina, dulu sering menjadi korban bullying, jadi Mila menyuruh Aina untuk

" Mila mengucek-ngucek matanya, kemudi

atas meja kayu berukuran 4×4 Meter di tengah

sesederhana itu, tapi cepat-cepat Mila mencicipi hidangan tersebut. Mila merasa

stru masakan itu sangat enak menurutnya. Apalagi sambal terasi yang Aina buat sungguh leza

ana-mana, kok.” Aina menertawakan kelakuan Mila. Menurutnya i

il, kamu g

aat. “Aku gak tah

, yang akan mendapat beasiswa. Kamu mau coba?" Aina cepat-cepat menutup mulutnya. Lalu merutuki

kan maksud aku bu

ringan. “Nggak pa-pa, tenang aja. Ngo

kamu suka. Aku ki

aku habis sepir

ng dulu ya, Mil, kamu b

an cuci piring, aku juga bisa.” Mila mengedi

temukan dengan orang baik seperti Aina, sejujurnya dari dulu Mila mengagumi Aina, gadis itu selalu mendapat peringkat satu padahal dia hidup sendiri. Hal itulah

nding terbalik dengan kehidupan Mila dulu. Mila memandang langit-langit kamar, sambil mengusap perutny

alian mengusir Mila seperti ini." Mila kembali membuka mata, i

enjilat seperti Mona. Mila sungguh menyesal. Kini, penyesalannya sudah

tertutup tirai itu, ia memanggi

anya Aina yang hanya menyembulka

p temanya itu, apa yang Aina

terkejut. Sini masuk.” Tangan Mil

mping Mila yang

i buruk," ujar Aina merapatkan kedua telapak ta

Nih, tidur di sini," Mila menepu

hkan tubuhnya di samping Mila,

" ujar Aina, matanya masih setia men

ngerin, kok," jawab Mila m

gis.” Aina mengisyaratkan luka di wajahnya yang semakin sendu. Mila diam mendengarkan, sa

tuaku datang sampai larut malam, tapi tidak ada tanda-tanda kalau mereka akan datang. Aku putus harapan. Saat aku keluar, rasanya sama saja. Aku kembali merasakan kesendirian. Uang tabunganku menipis, sampai akhirnya aku melamar pekerjaan di kafe b

ngatan di sana. “Yang sabar, Na. Makasih karen

ikut tes itu juga, 'kan?" Mila mengangguk. Aina menyampingka

t jadi dokter sepertinya gak bakalan ke

kecil harus terhenti karena keh

Dia di sisi kamu," lanjut Mila menyemangati dirinya sendiri.

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY