img Di Balik Senyum Istri  /  Bab 4 Jalan yang Tak Mudah | 7.84%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Jalan yang Tak Mudah

Jumlah Kata:1177    |    Dirilis Pada: 02/06/2022

pagi. Entah sudah berapa bulan aku tidak pernah ke tempat ini. Padahal masih satu kota jarak yang harus di tempuh dari rumahku hanya sekitar 30 menit tapi rasanya jauh sekali. Mas

l, terlalu ribet menyuruh sopir

ba-tiba Meisya

mbil bersuapan makanan. Memalukan, apa kamu harus melakukannya di tempat umum begini, hingga harus di saks

Dari kejauhan dapat kulihat dia mulai memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri. Aku bingung bag

ia menurut kuajak makan. Tapi pandangannya tak bisa lepas ke tempat Mas Bagas dan Riana, mereka tampak buru-buru pergi dari tempat itu. Raut muka sulungku b

eketika dia memalingkan wajahnya

isya mengambil kembali sendok yang sudah berada di tanganku la

nya berusaha menghiburku. Nasi pecel yang kumakan menurutku rasanya enak, sanga

is ini Meisya mau ke mana? Na

Meisya malah menyodorkan makanannya padaku. Aku memakannya. Demi apa pun in

mbil sekuat tenaga menahan air mataku agar tidak tumpah di hadapan anak-anakku. Setelah selesai makan aku pergi ke masjid dekat situ, aku terbiasa menunaikan salat duha, hingga

wa ahlina wadzurriyyatina wa amwaalina wafiimaa raz

-istri kami, anak-anak turun kami, harta-harta kami dan di dalam apa-apa (rizqi) yang engkau

a-Nya. Aku mengajak mereka untuk pulang, sesampainya di rumah Mas Bagas ternyata sudah sampai lebih dulu. M

mbawakan oleh-oleh untuknya atau tidak. Di antara anak-anakku Meisyalah yang paling dekat dengan Mas Bagas, tet

ya Mas Bagas setelah anak-anak pergi ke ruang

demi nafsumu! Kenapa Mas malah melakukannya? Cepat atau lambat anak-

mau ke mana

mar Meisya

au pulang ke rumah Ibu.

inggalin ak

perlu mengantarku. Aku ingin membiasakan

kata orang nanti kalau kamu

Mas mempersiapkan jawabannya dari sekarang.” Mas Bagas hanya bisa diam. Aku paling benci dengan sikapnya yang tak bisa tegas, sikapnya

ilang ada tugas kelompok, kami terpaksa menunda keberangkatan ke rumah ibu. Saat aku hendak meny

leh ngomo

tanya

lan sama tante-tante, tapi bukan mamahmu,” jelas seorang anak perempua

as udah selesai ‘kan? Aku buru-buru

ya?” tanya anak pe

tinya tidak enak juga kalau aku terus menguping. Aku

empersilahkan mereka. Teman-teman Meisya tampak saling siku

akan makanan yang kusuguhkan, tak terkecuali Meisya, tapi masih dapat kulihat raut sedih tampak di wajahnya. Setelah me

a Meisya saat kami sekel

sya. Meisya tiba-tiba saja menghindar, hingga Mas Bagas mengerutkan

ja bukannya udah punya tante baru?” tanya Meisya. Jan

,” ucap Mas Bagas mencoba menyentuh Meisya l

suka jalan sama tente-tante. Meisya malu hiks hiks hiks.” Luruh sudah air mata Meisya, diikuti adik-adiknya yang lain, entah merek

mi pergi, hiduplah dengan caramu send

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY