img Pembalasan Anak Laki-lakiku  /  Bab 4 Uang Transferan | 23.53%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Uang Transferan

Jumlah Kata:1622    |    Dirilis Pada: 06/08/2022

n Anak La

rt

dan piring kotor semalam. Sebenarnya aku sangat ngantuk dan lelah, beberapa minggu ini tidurku tidak lelap, aku terganggu dengan bayangan Mas Rahman dan wani

ya berserakan seperti layaknya hatiku kini. Aku bahkan tidak sanggup lagi bangun untuk membersihkan serpihan kaca beling, kuambil jilbab yang kupakai lalu me

ringnya seperti ini," tany

han piring yang pecah. Setelah bersih, la

Uwak menguatkan. Aku hanya mengangguk tanda setuju, lalu aku bangun dari dudukku untuk segera k

lum mendapatkan kasih sayang penuh seorang Ayah, yang kuat sayang. Melihat Anto yang masih tertidur, aku

ika masuk kedalam kamar Salma dan

memakai baju sekolahnya. Mia masih tidur di kasur, karena d

di dapur," tanyaku penasaran. Wajah Salma terlihat sendu,

r mandi," jawabnya lagi sambil merapikan jilbab. Apakah mereka tadi

. Aku pun mengangguk lalu berjalan ke arah da

reskan," ucap Uwak saat aku ingin memban

in ya," jawabku sambil men

lah dengan sepedanya masing-masing. Beruntung aku mempunyai anak yang cerdas dan

pan," ucap Ali saat kami sedang sarapan. Minggu depan memang mereka akan mengikuti ujian di sekolahnya. Tapi kena

elas tambahan?" tanyaku penasara

a akan mengikuti ujian akhir, kami masih ujian sekolah biasa," jawab Nanda menjelaskan. Mer

ngebut-ngebut bawa sepedanya. Ali, kamu jagain Salma," pe

idak beda jauh tapi tidak pernah sekalipun mereka bertengkar. Ya Allah, betapa besar cinta dan kasih Mu pada kami. Maafkan hamba yang sering mengeluh dan berburuk sangka. Padah

udian mereka bangun satu persatu menyalamiku, d

dulu, nanti akan aku cuci ketika sudah memandikan Anto. Aku segera masuk ke kamar,

ka berdua mirip sekali, wajah Mas Rahman seperti tercipta kembali di wajah Anto. Aku me

li, aku mengurungkan niatku untuk memandikan Anto. Kubaringkan

enal, langsung saja aku angkat

m," ucapku setelah pa

ang pada suamiku?" teriak wanita yang menelponku, aku

in salah sambung," jawabku

lah, aku beristighfar berkali-kali dalam hati. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembusnya perlahan. Aku selalu bisa mengendalikan emosiku, karena aku selalu men

mpai meminta uang," jelasku lagi, aku harap Maya mengerti dan tidak mengganggu aku lagi. Biarlah jika dia mengambil Mas Rahman dariku, aku akan belajar untuk mengikhlaskan. Tapi aku tidak mau hidu

g pada kamu. Kalau seandainya kamu nggak minta, mana mungkin sua

nafkahi anak-anaknya. Karna mereka masih tanggungan Ay

anakku? Kamu akan menyesa

, Maya," ucapku kemudian. Aku memang perempuan bodoh, mas

kamu menangis darah setiap hari adalah

e

ja meremas baju yang aku kenakan. Apakah mungkin ini semua adalah

aya," tanyaku denga

gu dan bodoh, makanya kamu dengan suka rela memberikan sertifikat rumah warisa

rumah itu. Bersiaplah, untuk mengangkut

ram. Biarlah dia merasakan terhina, memang kenyataannya dia hina. Perempu

iak Maya yang seperti orang kesurupan. Huft, untung saja kami tidak ber

u yakin saat ini Maya sedang berang dan

." Suaranya terputus karena pang

a Allah. Aku memang harus terlihat kuat didep

mba kesabaran yang luas seluas samudra, agar hamba bisa melewati ini s

uar, tetap diawasi oleh Uwak yang sedang duduk menjahit. Keluarga kami memang bisa menjahit, dulu orang tuaku juga seorang penjahit. Dan aku juga menekuni bidang menj

ahman. Aku mengambil ponsel dan mengecek pesan yang masuk, karena jika ada transaksi

. Dan satu lagi pesan pemberitahuan penarikan uang sebesar dua juta. Aku mengerutkan keni

ecek ATM. Nihil, tidak ada ATM disini. Aneh, biasanya aku selalu menyim

na A

a tid

rselip. Sesaat kemudian aku baru mengerti, jika uang yang dikirim oleh Mas Rahman sudah ditarik

yang merencana

-banking di ponsel, tertera disana

karena pada jam seg

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY