/0/10091/coverbig.jpg?v=fd9c82261c5a58383de8b4d5f772c362)
Aku dan suamiku, mas Hendra sudah menikah selama enam tahun. Banyak orang bilang, kalau kami pasangan serasi, bahagia dan harmonis. Istri cantik dipadu suami yang tampan dan rupawan. Awalnya, aku sangat tersanjung dengan pujian pasangan harmonis. Namun, saat ini semua berubah.Bagaimana tidak? Selama hampir enam tahun pernikahan kami, aku belum juga mengandung. "Asyik dong, masih belum punya anak! Masa pacaran dan mesra-mesraan nya makin panjang. Dijalanin aja dulu, Risa. Dinikmatin! Nanti, kalau kamu sudah punya anak, boro-boro mau mesra... kemana-mana juga repot sama anak!" aku hanya tersenyum kecut, saat seorang rekan kerja dikantor berkata demikian. Alih-alih memberi semangat dan menghiburku, kata-katanya malah membuatku semakin tambah sedih. Sudah hampir puluhan klinik dan Rumah sakit aku datangi. Dan setiap dokter yang aku temui, memberikan jawaban yang sama. Bahwa aku sehat dan normal. "Marisa..., apa mungkin suamimu yang mandul?" lagi-lagi, Ibu menanyakan hal yang sama. Hingga aku hafal, untuk memberikan jawaban yang membuat Ibu berhenti bertanya lebih jauh. "Mas Hendra normal kok, bu.. Kami memang belum dipercaya saja... Doakan saja yang terbaik untuk kami," Ibu menatapku sendu sambil mengusap-usap pelan tanganku, "Doa Ibu tentu yang terbaik buatmu. Kamu nggak usah minta didoakan, Ibu juga sudah pasti akan meminta yang terbaik buat kamu, juga suami mu." Sejujurnya, yang bermasalah adalah mas Hendra. Dua Tahun yang lalu, saat aku menerima hasil tes, dokter menjelaskan bahwa aku tidak bermasalah, sehat dan normal. Seperti kata dokter-dokter yang pernah aku temui sebelumnya. Hanya saja, hasil tes mas Hendra yang membuat ku kaget. Secara medis, mas Hendra sehat dan normal. Hanya saja, kuantitas sperma mas Hendra kurang.
PoV
MARISSA DEWI
Namaku Marissa. Usiaku saat ini memasuki 31 tahun. Seminggu yang lalu, aku baru saja merayakan ulang tahun bersama suamiku tercinta. Sebuah makan malam kejutan yang sangat istimewa, tentu saja aku bilang istimewa, karena suamiku sendiri yang memasak semua hidangan untuk acara makan malamnya, tanpa dibantu oleh siapa pun. Aku hanya diperbolehkan duduk manis sembari menonton dirinya yang serius memasak di dapur, yang kalau dilihat sepertinya sangat menguras segenap tenaga dan juga pikirannya.
Selama hampir dua jam lebih, suamiku berjibaku dengan berbagai macam peralatan memasak dan aneka bahan masakan.
Meski kenyataannya hasil masakan suamiku jauh dari kata sempurna, tapi syukur lah masih layak untuk dimakan. Semua hidangan itu tetap terasa nikmat, karena aku yakin sekali suamiku sudah menambahkan segenap rasa cinta ke dalam masakannya.
Aku dan suamiku, mas Hendra sudah menikah selama enam tahun. Banyak orang bilang, kalau kami pasangan yang sangat serasi, keluarga bahagia dan harmonis. Istri yang cantik dipadu suami yang tampan dan juga rupawan. Awalnya, aku merasa sangat tersanjung dengan pujian keluarga harmonis yang mereka elu-elukan. Namun, untuk saat ini, rasanya semua berubah. Bagaimana tidak? Selama hampir enam tahun pernikahan kami, aku belum juga mengandung.
"Asyik dong Risa, masih belum punya anak! Masa pacaran dan mesra-mesraan nya makin panjang. Dijalanin aja dulu, Risa. Dinikmatin! Nanti, kalau kamu sudah punya anak, boro-boro mau mesra-mesraan ... kemana-mana juga udah repot duluan sama anak!" aku hanya tersenyum kecut, saat seorang rekan kerja dikantor berkata demikian. Alih-alih memberi semangat dan menghiburku, kata-katanya malah membuatku semakin bertambah sedih.
Sudah banyak klinik dan Rumah sakit aku datangi. Dan setiap dokter yang aku temui, memberikan jawaban yang hampir selalu sama. Bahwa aku sehat dan normal.
"Marissa ..., apa mungkin Hendra ... suamimu itu yang mandul?" lagi-lagi, Ibu menanyakan hal yang kurang lebih selalu sama. Hingga aku hafal, untuk memberikan jawaban yang membuat Ibu berhenti untuk bertanya lebih jauh.
"Mas Hendra normal kok, bu.. Kami, Ehm, mungkin memang belum dipercaya saja, belum saatnya Marissa dan Mas Hendra dipercaya mengasuh anak ... Doakan saja yang terbaik untuk kami, ya. " Ibu lantas mengusap-usap tanganku, "Doa Ibu tentu selalu yang terbaik buatmu. Kamu nggak usah minta didoakan, Ibu juga sudah pasti akan meminta yang terbaik buat kamu ... juga suami mu." Entah kenapa aku merasa kalau kalimat terakhir ibu seperti dipaksa untuk diucapkan.
"Iya, Bu. Terima kasih atas doa dan dukungannya buat Marissa dan Mas Hendra."
"Oh iya, ke mana Hendra? Tumben dia nggak ikut ke sini?" Tanya Ibu sambil meraih cangkir teh hijau di hadapannya.
"Ooh, ehm ... itu, Mas Hendra sedang ada meeting dengan klien. Waktu mau jemput Marissa, mendadak kliennya telepon minta ketemuan." Ucapku sambil ikut meraih cangkir teh yang disajikan oleh Ibu.
"Ibu pikir dia sengaja nggak mau ke sini. Males ketemu Ibu yang bawel." Ibu menyesap teh hijau di cangkirnya perlahan.
"Ah, Ibu ini ... kenapa mesti berprasangka buruk pada Nak Hendra." Bapak yang baru saja ikut duduk di teras belakang langsung menimpali. "Meskipun kenyataannya memang kamu bawel, tapi nggak mungkin Nak Hendra seperti itu." Imbuh bapak.
Aku diam saja. Tak ingin menjawab atau ikut menimpali ucapan Ibu. Meski sebenarnya memang nyatanya demikian. Mas Hendra memang sengaja tidak mengantarku ke rumah Ibu dan Bapak. Bukan atas kemauan Mas Hendra sendiri. Justru akulah yang melarang Mas Hendra ikut datang berkunjung. Aku hanya tidak ingin mendengar ibuku terus menerus memojokkan suamiku.
"Makanya Mar, kamu itu mbok ya jangan terlalu capek capek. Bisa jadi, karena kecapekan lho, makanya sampai sekarang ini kamu susah sekali untuk punya anak." Ujar Ibu sambil menatap ku serius.
Aku menghela napas panjang. Selalu saja begini, jika sudah selesai dan bosan menyalahkan Mas Hendra, sekarang giliranku yang jadi bahan kesalahan.
"CK! Bu ... bisa nggak, jangan bahas soal punya anak terus! Marissa itu niatnya datang ke sini untuk kangen-kangenan sama Ibu bapaknya! Bukan untuk kamu salah salahin!" Nada suara bapak sedikit naik. Membuat Ibu hanya mencebik kesal. "Daripada kamu bahas soal punya anak terus terusan, sudah sana buatkan aku kopi." Titah bapak disambut dengan omelan Ibu.
"Hemm, ya wajar saja to Pak, kalau aku bahas soal anak sama Marissa. Terus terang, Aku itu iri sama Bu Ani yang tiap hari pamer cucunya ke aku. Aku kan juga kepingin bisa gendong cucu sambil jalan pagi keliling komplek! " Ucap ibu sambil berjalan masuk ke dalam rumah untuk membuatkan kopi, seperti yang diminta oleh bapak.
Bapak lalu tersenyum simpul melihatku yang terdiam. "Nggak usah dipikirin ya, Nduk. Omongan ibumu memang kadang begitu ... suka kelewatan. Nggak usah kamu masukkan hait dan jadikan beban. Punya anak atau tidak, buat bapak, kamu tetap cah ayu kesayangan bapak."
"Makasih, Pak." Ucapku lirih.
Aku paham sekali bagaimana perasaan iri yang baru saja dibilang dan dirasakan oleh Ibu. Karena aku sendiri juga kurang lebih merasakan hal itu. Merasa iri dengan mereka yang nampak bahagia saat menimang-nimang buah hati tercinta.
Sejujurnya, yang bermasalah adalah mas Hendra. Satu tahun yang lalu, saat aku menerima hasil tes, dokter menjelaskan bahwa aku tidak bermasalah, sehat dan normal. Seperti kata dokter-dokter yang pernah aku temui sebelumnya. Hanya saja, hasil tes milik mas Hendra yang membuat kami berdua cukup kaget.
Secara medis, Mas Hendra dinyatakan sehat dan normal. Sayangnya Mas Hendra ternyata mengalami Oligospermia. Yang menurut penjelasan dokter adalah jumlah sp erma yang rendah, dimana jumlah sp erma milik Mas Hendra dinyatakan lebih sedikit dari jumlah normal.
Sejak mendapatkan hasil diagnosa yang seperti itu. Mas Hendra sepertinya diliputi perasaan bersalah padaku. Padahal buatku, hal itu sama sekali tidak menjadi masalah. Sayangnya, tidak demikian dengan mas Hendra. Bagi mas Hendra diagnosa dari dokter bagaikan vonis yang fatal dan tidak bisa diubah.
⚜️⚜️⚜️
Azzura Leana adalah wanita karir yang terbilang sukses. Namun kisah cinta miliknya berjalan tak semulus karirnya. Di usianya yang mendekati 25 tahun, teror dari keluarga besarnya semakin santer. Deadline kapan menikah, membuatnya galau luar biasa. Bukan tak ingin menikah, apa daya, semenjak acara pernikahan yang gagal seminggu sebelum hari-H. Membuat Azzura menutup rapat-rapat pintu hatinya. Hingga akhirnya sosok Aydan hadir. Bosnya yang super cerewet sekaligus baik hati. Namun, tersakiti karena dikhianati oleh sang kekasih. Hingga membuat Azzura terjebak di situasi yang tak pernah terduga. Azzura terpaksa harus berpura-pura menjadi calon tunangan bosnya!
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
CERITA DEWASA GARIS KERAS! Ketika seorang mafia yang keji menaruh dendam pada wanita yang pernah dia cintai karena sebuah penghianatan. Sebuah jerat licik dia persiapkan untuk menghancurkan keluarga kecil dari wanita yang dia cintai itu tanpa rasa iba. Akankah Amanda sanggup mengalahkan arogansi dan kekejihan seorang Dominic Rodrigues. Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda harus kembali datang menemui Dom untuk membayar hutang suaminya atau kalau tidak Dom akan kembali memotong jari suami Amanda satu-persatu. "Puaskan aku, aku tidak mau kau hanya berbaring dan tertelungkup seperti batu!" "Ini hanya se*x kita tidak bercinta!" tegas Amanda. "Terserah apa yang kau ucapkan!" Cerita ini akan mengandung banyak misteri, dendam, kebencian dan plot yang kupastikan tidak akan bisa ditebak oleh pembaca. Rasakan sensasi membaca cerita roman dewasa yang lebih menantang. Siapkan jantung yang sehat! (Aku hanya akan menulis cerita dengan karakter wanita-wanita yang tangguh, karena aku ingin semua wanita menjadi hebat!)
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821