/0/24056/coverbig.jpg?v=48457769f8c29c9d02a2cb0194e4f94a)
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
"Tolong panggilkan siswi bernama Jenara, suruh menghadap ke ruangan saya!" perintah pak Edward, selaku wali kelas XII IPA 1.
"Baik pak," jawab Dani, selaku ketua kelas XII IPA 1.
Sementara menunggu Jenara datang, Edward memeriksa ponselnya.
Ada banyak pesan dari mamanya untuk memintanya pulang.
Edward memijit pelipisnya kala membaca pesan mamanya tentang perjodohan dan makan malam yang tengah disiapkan.
"Sampai kapan kontes perjodohan ini berakhir?" gumam Edward dengan heran.
Tiba- tiba pintu diketuk membuat Edward menoleh.
"Masuk," pintu terbuka dan menampilkan Jenara.
"Bapak manggil saya?" Edward hanya mengangguk, mematikan ponselnya.
"Kamu kemarin sudah konsultasi dengan BK untuk memilih jurusan?" tanya Edward seraya mencari berkas Jenara.
"Sudah pak," jawab Jenara dengan cepat. Ia sedang menahan sesuatu yang sangat sakit saat ini. Rasa nyeri berdenyut ini membuatnya sangat tidak nyaman untuk diajak mengobrol saat ini.
"Lalu apa pilihanmu? Apa kata guru BK?" tanya Edward menanyakan tentang hasilnya.
Jenara meremas erat roknya sembari menunduk menggigit bibir bawahnya, menahan sesuatu yang berdenyut dan sakit.
Edward mengangkat kepalanya menatap Jenara yang malah menunduk, "Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanya Edward dengan dingin.
Jenara langsung mengangkat kepalanya, menatap Edward dengan mengetatkan giginya, menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Kata bu Deli saya diminta untuk memilih Universitas Milan saja, sepertinya akan lebih baik karena sesuai dengan jurusan yang saya pilih, namun saya keberatan untuk biayanya pak, karena itu saya memilih Universitas pilihan kedua, kata bu Deli itu terserah saya, karena saya memilih jurusan yang saya kuasai, saya bisa memilih universitas manapun," jelas Jenara tentang hasil konsultasinya kemarin.
Edward mengangguk membuka biodata Jenara, melihat transkip nilai serta catatan dari guru BK.
"Lalu kamu akan tetap memilih universitas Milan atau pilihan kedua? Bukankah kamu sangat gencar untuk memilih Universitas Milan?" Jenara menelan salivanya kala benda kenyalnya begitu berkedut keras dan semakin nyeri.
"Saya tetap memilih universitas pilihan kedua pak, kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa tidak terlalu sulit," jawab Jenara dengan spontan.
Edward manggut- manggut dengan paham, menutup berkas milik Jenara.
Ia menatap Jenara yang sejak tadi menunduk meremas roknya. Hingga tatapannya menangkap sesuatu pada seragam putih Jenara.
"Kenapa seragammu basah?" tanya Edward dengan lancang dan spontan.
Jenara mengangkat kepalanya seraya menggigit bibir bawahnya meringis kesakitan.
"Maaf pak, tapi bisa tolong hisapkan ASI saya? Saya sudah tidak kuat, ini sangat sakit sekali," kata Jenara dengan spontan tanpa berpikir panjang.
Edward menelan salivanya dengan terkejut mendengar penuturan Jenara barusan.
"Apa maksudmu? Jangan berkata tidak sopan, kamu sedang berada di sekolah, kamu tahu apa yang barusan kamu lakukan?" tanya Edward dengan marah.
Jenara yang sudah tidak kuat, sontak langsung menghampiri Edward.
"Maaf pak, saya lupa bawa pumping, biasanya saya tidak pernah begini, tapi hari ini saya benar- benar tidak bisa menahannya, bisa tolong bantu saya?" kata Jenara yang mana ia sudah berdiri di samping Edward saat ini.
Edward dibuat canggung dan bingung harus bagaimana, namun melihat sesuatu merembes dari balik seragam putih Jenara membuat Edward bingung harus bersikap.
Jenara sontak langsung melepas kancing seragamnya, membuat Edward memalingkan wajahnya.
"Maaf pak, bisa cepat lakukan, saya tidak kuat lagi, ini sangat sakit dan berdenyut, rasanya sungguh sakit saat tidak bisa keluar," kata Jenara dengan panik sembari meremas meja menahan rasa sakitnya.
Edward yang tidak ingin lebih lama lagi melihat Jenara kesakitan, sontak mengangkat tubuh Jenara ke atas mejanya, menatap dengan canggung Jenara.
"Akhhh terus pak hisap," lenguh Jenara panjang kala Edward mulai menghisap ASInya.
Edward melepas hisapannya menatap mata Jenara yang sendu, "Pelankan suaramu sebelum orang- orang membakar ruanganku."
Jenara mengangguk, menggigit bibir bawahnya.
Edward kembali menghisap ASI Jenara, sesekali ia meremasnya dengan kuat.
Jenara mendongakkan kepalanya ke atas, menikmati sensasi puas dan lega dengan hisapan Edward.
Tanpa Jenara sadari, ia meremas rambut Edward.
Edward yang sedikit terbuai, seolah lupa dengan posisinya saat ini. Hingga keduanya teralihkan dengan ketukan pintu.
"Cepat sembunyi," kata Edward seraya mencecap sekilas bibirnya.
Jenara mengancingkan kembali seragamnya, langsung bersembunyi di bawah meja Edward.
"Masuk," kata Edward sembari duduk kembali di kursinya, memasang wajah sesantai mungkin.
Jenara yang kini duduk di antara kaki Edward benar- benar dibuat salah fokus dengan apa yang berada di depannya.
Ia benar- benar di posisi yang salah saat ini.
'Aku sudah gila, aku benar- benar sudah gila, bagaimana bisa aku meminta guruku untuk menghisap ASIku,' batin Jenara dalam hati.
"Pak Edward ini biodata anak- anak kelas bapak yang kemarin konsultasi dengan saya," ujar bu Deli seraya menyerahkan berkasnya.
"Terima kasih bu," kata pak Edward seraya menerima berkasnya.
Bu Deli hanya mengangguk namun ia tak kunjung pergi dari sana.
"Ada yang lain bu?" tanya Edward kala bu Deli masih berdiri di sana.
"Saya ada tiket nonton malam ini, bagaimana jika kita berdua pergi bersama?" tawari bu Deli pada Edward.
Edward dengan senyum canggung menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf bu Deli, saya benar- benar sibuk untuk menyiapkan berkas anak- anak, dan nanti malam kebetulan sekali saya ada acara keluarga."
Bu Deli hanya bisa mengangguk dan pamit keluar begitu saja. Edward dengan napas lega memundurkan kursinya ke belakang.
"Keluarlah!" kata Edward pada Jenara.
Dengan canggung dan malu, Jenara keluar dari persembunyiannya.
Jenara menunduk di depan Edward dengan malu, meremas kuat roknya.
"Sejak kapan?" tanya Edward membuat Jenara mengangkat kepalanya.
Jenara yang paham kemana arah pembicaraan Edward sontak kembali menunduk dan menjawab, "Sejak kelas dua pak. Biasanya saya selalu menampungnya di pumping untuk disalurkan ke bank ASI. Karena hari ini lupa, jadi saya tidak bisa menahannya."
Edward memalingkan wajahnya seraya menelan salivanya.
"Jika kamu tidak bisa menahannya, apa yang akan kamu lakukan? Tidak mungkin kan kamu meminta teman laki- lakimu untuk melakukannya?" Jenara langsung mendelik kesal dan menggelengkan kepalanya.
"Mana mungkin saja melakukan itu, lebih baik saja mati kesakitan di toilet," kata Jenara dengan tegas membuat Edward menaikkan sebelah alisnya.
"Lalu tadi?" Jenara langsung menundukkan kepalanya kembali.
"Itu karena anda sudah mengetahuinya lebih dulu dan saya tidak bisa keluar dengan seragam basah begini," jawab Jenara dengan jujur membuat Edward langsung berdiri dari kursinya dan mendekat pada Jenara.
Jenara mengangkat kepalanya menatap Edward dengan takut.
"Bapak boleh hukum saja apapun itu, tapi saya mohon, jangan beritahukan hal ini pada siapapun pak, saya benar- benar bodoh dan ceroboh tadi, saya juga sudah tidak sopan pada bapak, saya pantas dihukum, saya memang murahan namun itu juga bukan keinginan saya pak," kata Jenara dengan pasrah.
"Saya tahu, itu karena kamu kelebihan hormon galaktorea," kata Edward yang paham tentang hal itu.
Jenara menelan salivanya, menunggu apa yang akan Edward lakukan padanya.
"Mulai sekarang, biarkan saya menghisap ASImu sebagai gantinya saya akan tutup mulut!" Jenara mengangkat kepalanya dengan terkejut.
"Selain menjadi ART, kamu harus melayani saya di ranjang dan berikan ASI mu pada saya setiap saat, kau bisa menulis berapun nominal gajimu!" perintah Slater Jagger.
"Paman akhh sakit enghh," rintih Selva saat Mark memaksa dan terus mendorong miliknya ke dalam sana. Mark mengerang dan terus mendorong miliknya sembari berbisik, "Pelankan desahanmu sayang, ayah ibumu bisa bangun."
"Dapatkan wanita itu untukku. Malam ini dia akan menjadi milikku!" ujar Leo De Vana kala mata glasialnya menangkap mangsa yang menarik malam ini. ••• Leo De Vana ketua mafia Cosa Nostra yang terkenal bengis dan kejam akan musuh- musuhnya. Menduda selama 5 tahun tidak membuat Leo merasa kesepian. Dia sangat anti dan benci dengan sesuatu yang berurusan dengan wanita. Hingga Leo merasakan jatuh cinta kali pandangan pertama pada gadis SMA yang mampu meluluhlantahkan hatinya yang sudah lama mati sejak perselingkuhan istri dan sahabatnya. Demi bisa mendapatkan gadis tersebut, Leo merebut kehormatannya demi bisa menjerat gadis tersebut untuk menjadi milik Leo De Vana seutuhnya.
"Berikan ASImu pada putraku akan kuberikan dunia dan seisinya!" Ujar El Zibrano Elemanus. "Kau gila? Aku masih sekolah, mana mungkin bisa menyusui anakmu!" marah Lea kesal "Bisa, dengan bantuan ku!" El tanpa segan meremas benda kenyal Lea.
"Paman enghh sakit hmppp," rintih Shila saat Sam mulai menghujam dirinya. "Sssttt pelankan suaramu sayang, ayah dan ibumu akan dengar!" bisik Sam lirih.
"Kau sedang mengintip? Bagaimana jika kuajari secara langsung?" Tawari Hunter Oragle kala menangkap basah putri tirinya mengintip dirinya yang tengah bergumul panas dengan ibunya. •••• Perasaan dan hubungan tabu itu menjadi rumit saat fakta dan kebenaran mencuat.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"