Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / ASI untuk Pak Guru
ASI untuk Pak Guru

ASI untuk Pak Guru

5.0
26 Bab
75 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.

Bab 1 Hisap ASIku Pak

"Tolong panggilkan siswi bernama Jenara, suruh menghadap ke ruangan saya!" perintah pak Edward, selaku wali kelas XII IPA 1.

"Baik pak," jawab Dani, selaku ketua kelas XII IPA 1.

Sementara menunggu Jenara datang, Edward memeriksa ponselnya.

Ada banyak pesan dari mamanya untuk memintanya pulang.

Edward memijit pelipisnya kala membaca pesan mamanya tentang perjodohan dan makan malam yang tengah disiapkan.

"Sampai kapan kontes perjodohan ini berakhir?" gumam Edward dengan heran.

Tiba- tiba pintu diketuk membuat Edward menoleh.

"Masuk," pintu terbuka dan menampilkan Jenara.

"Bapak manggil saya?" Edward hanya mengangguk, mematikan ponselnya.

"Kamu kemarin sudah konsultasi dengan BK untuk memilih jurusan?" tanya Edward seraya mencari berkas Jenara.

"Sudah pak," jawab Jenara dengan cepat. Ia sedang menahan sesuatu yang sangat sakit saat ini. Rasa nyeri berdenyut ini membuatnya sangat tidak nyaman untuk diajak mengobrol saat ini.

"Lalu apa pilihanmu? Apa kata guru BK?" tanya Edward menanyakan tentang hasilnya.

Jenara meremas erat roknya sembari menunduk menggigit bibir bawahnya, menahan sesuatu yang berdenyut dan sakit.

Edward mengangkat kepalanya menatap Jenara yang malah menunduk, "Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanya Edward dengan dingin.

Jenara langsung mengangkat kepalanya, menatap Edward dengan mengetatkan giginya, menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Kata bu Deli saya diminta untuk memilih Universitas Milan saja, sepertinya akan lebih baik karena sesuai dengan jurusan yang saya pilih, namun saya keberatan untuk biayanya pak, karena itu saya memilih Universitas pilihan kedua, kata bu Deli itu terserah saya, karena saya memilih jurusan yang saya kuasai, saya bisa memilih universitas manapun," jelas Jenara tentang hasil konsultasinya kemarin.

Edward mengangguk membuka biodata Jenara, melihat transkip nilai serta catatan dari guru BK.

"Lalu kamu akan tetap memilih universitas Milan atau pilihan kedua? Bukankah kamu sangat gencar untuk memilih Universitas Milan?" Jenara menelan salivanya kala benda kenyalnya begitu berkedut keras dan semakin nyeri.

"Saya tetap memilih universitas pilihan kedua pak, kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa tidak terlalu sulit," jawab Jenara dengan spontan.

Edward manggut- manggut dengan paham, menutup berkas milik Jenara.

Ia menatap Jenara yang sejak tadi menunduk meremas roknya. Hingga tatapannya menangkap sesuatu pada seragam putih Jenara.

"Kenapa seragammu basah?" tanya Edward dengan lancang dan spontan.

Jenara mengangkat kepalanya seraya menggigit bibir bawahnya meringis kesakitan.

"Maaf pak, tapi bisa tolong hisapkan ASI saya? Saya sudah tidak kuat, ini sangat sakit sekali," kata Jenara dengan spontan tanpa berpikir panjang.

Edward menelan salivanya dengan terkejut mendengar penuturan Jenara barusan.

"Apa maksudmu? Jangan berkata tidak sopan, kamu sedang berada di sekolah, kamu tahu apa yang barusan kamu lakukan?" tanya Edward dengan marah.

Jenara yang sudah tidak kuat, sontak langsung menghampiri Edward.

"Maaf pak, saya lupa bawa pumping, biasanya saya tidak pernah begini, tapi hari ini saya benar- benar tidak bisa menahannya, bisa tolong bantu saya?" kata Jenara yang mana ia sudah berdiri di samping Edward saat ini.

Edward dibuat canggung dan bingung harus bagaimana, namun melihat sesuatu merembes dari balik seragam putih Jenara membuat Edward bingung harus bersikap.

Jenara sontak langsung melepas kancing seragamnya, membuat Edward memalingkan wajahnya.

"Maaf pak, bisa cepat lakukan, saya tidak kuat lagi, ini sangat sakit dan berdenyut, rasanya sungguh sakit saat tidak bisa keluar," kata Jenara dengan panik sembari meremas meja menahan rasa sakitnya.

Edward yang tidak ingin lebih lama lagi melihat Jenara kesakitan, sontak mengangkat tubuh Jenara ke atas mejanya, menatap dengan canggung Jenara.

"Akhhh terus pak hisap," lenguh Jenara panjang kala Edward mulai menghisap ASInya.

Edward melepas hisapannya menatap mata Jenara yang sendu, "Pelankan suaramu sebelum orang- orang membakar ruanganku."

Jenara mengangguk, menggigit bibir bawahnya.

Edward kembali menghisap ASI Jenara, sesekali ia meremasnya dengan kuat.

Jenara mendongakkan kepalanya ke atas, menikmati sensasi puas dan lega dengan hisapan Edward.

Tanpa Jenara sadari, ia meremas rambut Edward.

Edward yang sedikit terbuai, seolah lupa dengan posisinya saat ini. Hingga keduanya teralihkan dengan ketukan pintu.

"Cepat sembunyi," kata Edward seraya mencecap sekilas bibirnya.

Jenara mengancingkan kembali seragamnya, langsung bersembunyi di bawah meja Edward.

"Masuk," kata Edward sembari duduk kembali di kursinya, memasang wajah sesantai mungkin.

Jenara yang kini duduk di antara kaki Edward benar- benar dibuat salah fokus dengan apa yang berada di depannya.

Ia benar- benar di posisi yang salah saat ini.

'Aku sudah gila, aku benar- benar sudah gila, bagaimana bisa aku meminta guruku untuk menghisap ASIku,' batin Jenara dalam hati.

"Pak Edward ini biodata anak- anak kelas bapak yang kemarin konsultasi dengan saya," ujar bu Deli seraya menyerahkan berkasnya.

"Terima kasih bu," kata pak Edward seraya menerima berkasnya.

Bu Deli hanya mengangguk namun ia tak kunjung pergi dari sana.

"Ada yang lain bu?" tanya Edward kala bu Deli masih berdiri di sana.

"Saya ada tiket nonton malam ini, bagaimana jika kita berdua pergi bersama?" tawari bu Deli pada Edward.

Edward dengan senyum canggung menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf bu Deli, saya benar- benar sibuk untuk menyiapkan berkas anak- anak, dan nanti malam kebetulan sekali saya ada acara keluarga."

Bu Deli hanya bisa mengangguk dan pamit keluar begitu saja. Edward dengan napas lega memundurkan kursinya ke belakang.

"Keluarlah!" kata Edward pada Jenara.

Dengan canggung dan malu, Jenara keluar dari persembunyiannya.

Jenara menunduk di depan Edward dengan malu, meremas kuat roknya.

"Sejak kapan?" tanya Edward membuat Jenara mengangkat kepalanya.

Jenara yang paham kemana arah pembicaraan Edward sontak kembali menunduk dan menjawab, "Sejak kelas dua pak. Biasanya saya selalu menampungnya di pumping untuk disalurkan ke bank ASI. Karena hari ini lupa, jadi saya tidak bisa menahannya."

Edward memalingkan wajahnya seraya menelan salivanya.

"Jika kamu tidak bisa menahannya, apa yang akan kamu lakukan? Tidak mungkin kan kamu meminta teman laki- lakimu untuk melakukannya?" Jenara langsung mendelik kesal dan menggelengkan kepalanya.

"Mana mungkin saja melakukan itu, lebih baik saja mati kesakitan di toilet," kata Jenara dengan tegas membuat Edward menaikkan sebelah alisnya.

"Lalu tadi?" Jenara langsung menundukkan kepalanya kembali.

"Itu karena anda sudah mengetahuinya lebih dulu dan saya tidak bisa keluar dengan seragam basah begini," jawab Jenara dengan jujur membuat Edward langsung berdiri dari kursinya dan mendekat pada Jenara.

Jenara mengangkat kepalanya menatap Edward dengan takut.

"Bapak boleh hukum saja apapun itu, tapi saya mohon, jangan beritahukan hal ini pada siapapun pak, saya benar- benar bodoh dan ceroboh tadi, saya juga sudah tidak sopan pada bapak, saya pantas dihukum, saya memang murahan namun itu juga bukan keinginan saya pak," kata Jenara dengan pasrah.

"Saya tahu, itu karena kamu kelebihan hormon galaktorea," kata Edward yang paham tentang hal itu.

Jenara menelan salivanya, menunggu apa yang akan Edward lakukan padanya.

"Mulai sekarang, biarkan saya menghisap ASImu sebagai gantinya saya akan tutup mulut!" Jenara mengangkat kepalanya dengan terkejut.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 26 Kemarahan Atmis   Kemarin14:42
img
1 Bab 1 Hisap ASIku Pak
25/04/2025
2 Bab 2 Cemburu
25/04/2025
3 Bab 3 Dinner
25/04/2025
4 Bab 4 Kubantu Hisap
25/04/2025
5 Bab 5 Ribut di Kantin
25/04/2025
6 Bab 6 Kotak Bekal
25/04/2025
8 Bab 8 Saya Cemburu
25/04/2025
10 Bab 10 Sopir Taksi
25/04/2025
14 Bab 14 Pesta
25/04/2025
16 Bab 16 Asal Akui
25/04/2025
17 Bab 17 Edward Kesal
25/04/2025
18 Bab 18 Club
26/04/2025
19 Bab 19 Jodohkan Saja
26/04/2025
20 Bab 20 Terkejut
26/04/2025
21 Bab 21 Tawaran Gila
26/04/2025
22 Bab 22 Kepergok
26/04/2025
23 Bab 23 Tespack
27/04/2025
24 Bab 24 Janin
28/04/2025
25 Bab 25 Paksaan
29/04/2025
26 Bab 26 Kemarahan Atmis
Hari ini14:42
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY