/0/10418/coverbig.jpg?v=20230120163342)
Rasa sakit yang mendalam dibalik senyuman yang mengembang.
Tahta tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Namun sebagian orang menganggap kata-kata itu hanyalah sebuah bualan belaka. Bagiku pernyataan tersebut tidak dapat disepelekan begitu saja. Mengikhlaskan memang memiliki tahta tertinggi di dalam kehidupan ini.
Dengan mengikhlaskan sama saja kita harus merelakan kebahagiaan yang kita rasakan menjadi milik orang lain. Hal inilah yang saat ini sedang aku rasakan. Di mana aku harus ikhlas merelakan sesosok lelaki yang sangat aku cintai.
Meskipun berat rasanya, aku terus berusaha untuk melupakannya. Sakit rasanya melihat orang yang sangat aku cintai harus bersanding di pelaminan dengan wanita lain.
Ingin marah rasanya tetapi aku tidak memiliki hak apapun untuk melarangnya.
"Cinta, silakan dinikmati hidangannya. Maaf ya nggak ada yang spesial di sini. Soalnya acaranya sangat mendadak". Ucap kak Imah menyuruhku untuk mencicipi hidangannya sudah terjadi di hadapanku saat ini.
"Iya kak terima kasih. Nanti pasti akan saya cicipi semuanya". Ucapku dengan ramah menjawab perkataan dari kak Imah.
Kak imah merupakan kakak ipar dari ariesandi atau Ari yaitu mantan pacarku yang tega memilih wanita lain.
Saat ia memutuskan untuk menikah dengan wanita itu, hubungan kami masih sepasang kekasih. Ia memberitahuku tentang keputusannya untuk menikahi wanita itu melalui ponsel genggam nya.
~flashback~
Kring kring kring
Ponselku berdering. Kulihat tertera nama 'Ariesandi Sayang ' yang menelponku. Namun aku tidak mengangkat panggilan telepon darinya.
Bukan karena tak ingin, tetapi saat ini aku sedang bekerja. Pekerjaanku sangatlah banyak, jangankan untuk mengangkat telepon makan pun sudah tak sempat lagi. Hal itulah yang membuatku tidak menggambarnya hingga beberapa hari ini.
Aku tetap meluangkan lagi untuk menggambarnya dikalah aku sudah tidak sibuk lagi.
Iya menelponku sampai beberapa kali, aku tetap tidak mengangkatnya. Bahkan bosku yang mendengar dering HP milikku berbunyi mulai merasakan ketidaknyamanan. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk mematikan ponselku sampai semua pekerjaanku ini selesai.
Bekerja sebagai seorang karyawan di konveksi bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih saat pesanan pelanggan sangat banyak, kami harus bekerja ekstra untuk menyelesaikannya.
Sudah mau berapa kali Ari memintaku untuk meninggalkan pekerjaan ini. Namun Aku menolaknya, Aku tidak ingin bergantung kepada siapapun. Baik orang tuaku ataupun Ari yang masih berstatus sebagai pacar ku.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Beruntungnya semua pesanan pelanggan sudah kamu selesaikan hari ini. Sehingga aku tidak diminta untuk lembur oleh Bos ku.
"Cinta silakan pulang. Hari ini kita tidak lembur ya karena sudah selesai. Iya besok jangan lupa datang lagi, kita mungkin besok akan lembur soalnya banyak pesanan." Ujar bosku memberitahu.
"Alhamdulillah, terima kasih Bu. Akhirnya hari ini saya bisa tidak lembur." Ungkapkan mengucap rasa syukur.
"Loh kamu nggak senang lembur? Orang kerja tuh senang lembur loh. Dapat gajinya banyak setiap bulan. Kok kamu nggak seneng sih?" Ujarnya heran.
"Iyalah Bu Ani. Tentu saja saya tidak senang, sebab selang malem bur saya tidak bisa memberikan kabar kepada pacar saya." Terangku kepada Bu Ani yang merupakan pemilik konveksi ini.
Sebenarnya ia merupakan sosok bos yang sangat dermawan. Akan tetapi, kalau pesanan membludak ia menjadi sangat menyebalkan.
Seperti saat ini, banyaknya pesanan membuat ia melarang kami sebagai karyawannya untuk memainkan ponsel. Bahkan untuk makan saja kami hanya diberi waktu 15 menit.
"Heleh baru pacar aja kok. Kalau suami baru kamu harus panik. Kalau pacar belum tentu dia jadi milik kamu dan belum tentu juga dia bisa menjadi sosok lagi yang baik untuk kamu. " Ucap Bu Ani menasehati ku.
" Kalau yang ini kan beda ibu. Insya Allah, kami akan bersama untuk selama-lamanya. Nanti kalau kami menikah ibu jangan lupa datang ya. Ibu harus memberi saya kado yang lebih besar lagi. Pokoknya ibu wajib datang nanti. " Ungkap ku dengan penuh percaya diri kepada Bu Ani.
Tentu saja aku sangat percaya diri bahwa kami akan bersama untuk selama-lamanya. Sebab selama ini kamu sudah saling berkomitmen untuk mengerti satu sama lain.
Namun mendengar ucapanku Bu Ani justru meledekku dengan mengatakan bahwa kami tidak akan bersama. Iya juga tidak setuju dengan hubungan kami. Menurutnya hari sangatlah over protektif, Iya tidak bisa dijadikan sosok lelaki yang baik untukku. Tak jarang, Bu Ani juga punya rokok untuk segera menyudahi hubungan kami. Namun aku tidak pernah menggubris ucapannya itu.
"Yah kalau sama yang ini sih saya nggak yakin bisa bisa datang ke acara nikahan kamu. Paling saya cuma nitip Rp. 100.000 doang. Lagian kan saya sudah bilang sama kamu, cari yang lain aja, ngapain aja sama dia." Ucapkan kembali menyuruhku untuk memutuskan pacarku itu.
"Kenapa sih. Ibu dari dulu selalu nyuruh aku untuk melepaskan dia terus. Ibu tahu sendiri kalau aku tuh sangat menyayangi dia. Jadi mana mungkin aku bisa memutuskan dia ibu." Ucapku mengenal kepada Bu u Ani.
"Ya udah kamu pulang gih. Ntar kalau lama-lama pacar kamu itu keburu nikah sama yang lain. " Ujar Bu Ani menyuruhku untuk segera pulang.
"Hehehe baiklah ibuku sayang. Jangan lupa gajinya besok ditransfer secepat mungkin ya." Ujarku sambil menggodanya.
"Urusan gaji saja cepat. Kalau suruh lembur merengut-rengut." Ujar Bu Ani menyindirku.
"Hehehe ya wajib dong Bu. Ya udah kalau gitu saya permisi pulang dulu, assalamualaikum." Pamitku meninggalkan ibu Ani.
"Waalaikumsalam."
Setelah berpamitan dengan Bu Ani, aku langsung pulang ke kosan dengan mengendarai motor. Sesampainya di kos, aku langsung melihat ponselku yang tadi aku matikan.
Aku langsung menghidupkannya. Setelah ponsel itu hidup, aku melihat sudah ada 20 panggilan tak terjawab dari Ari.
Batinku bertanya-tanya, Sebenarnya apa yang ingin ia katakan. Mengapa ia sampai menelponku berkali-kali. Biasanya jika aku tidak mengangkat teleponnya sampai dua kali, Iya tidak akan menelponku kembali sampai aku yang menelponnya.
Tuutttt
Tuttttt
Aku mau nelpon kekasihku untuk menanyakan apa yang ingin ia katakan Sebenarnya.
Aku sangat yakin pasti ada hal penting yang ingin dikatakannya. Cukup lama aku menunggunya untuk mengangkat telepon dariku.
"Assalamualaikum cinta." Ucap seseorang dari setiap orang telepon sana.
"Waalaikumsalam. Ada apa kamu menelpon sampai berpuluh-puluh kali. Apakah ada hal yang sangat penting?" Tanya aku setelah menjawab salam darinya.
"Iya ada hal penting yang ingin aku katakan padamu. Apakah saat ini kamu sedang sibuk?" Tanya Ari kepadaku.
"Ehhh, tidak aku sedang tidak sibuk. Kebetulan aku baru saja sampai di rumah. Emang kamu mau menyampaikan apa sih sayang? Sepertinya sangat penting sekali."
"Cinta, sebelumnya aku mohon maaf sekali padamu. Aku bukanlah lelaki yang tepat untukmu. Tidak bisa mempertahankan hubungan ini lagi." Ujarnya dengan suara yang parau.
"Maksud kamu apa? Mengapa kamu berbicara seperti itu?" Tanya aku dengan rasa penasaran.
Ada apa ini? Mengapa ia mengatakan seperti itu. Apa sebenarnya ingin dia katakan? Pikiranku sudah berkecamuk tidak karuan.
***
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?