/0/10773/coverbig.jpg?v=b5db46b4894f9e45289dad0a48feb797)
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan ... siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
"Tidak! Li Mei!"
Suara itu adalah suara terakhir yang didengarnya. Kesadarannya mulai menghilang, dia hanya bisa merasa tubuhnya melayang dan jatuh ke kegelapan yang tak berujung.
Entah sudah berapa lama dia dalam kondisi seperti itu.
Setelah kesunyian yang panjang, mendadak sayup-sayup mulai terdengar suara dua orang pria berbicara tidak jauh darinya. Awalnya suara itu tidak terdengar jelas, namun perlahan kupingnya mulai bisa menangkap apa yang sedang mereka bicarakan.
"Dia sudah baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi. Masa-masa kritisnya sudah terlewati. Selama demamnya bisa turun, dia akan bisa segera pulih," ucap seseorang yang suaranya terdengar seperti pria yang sudah berumur cukup tua.
"Terima kasih banyak, Tabib Lu," suara pria lainnya terdengar menghembuskan nafas lega. "Ah, dan ini untuk biaya pengobatannya."
"Baik, baik. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa untuk menyuapinya obat yang sudah aku racik tadi. Meskipun dia belum sadar, kamu harus berusaha membuatnya meminumnya," pesan seseorang yang dipanggil Tabib Lu itu.
"Tabib Lu tidak perlu khawatir."
Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi, hanya ada suara langkah kaki yang menjauh.
Li Mei merasakan kepalanya berdenyut sakit. Dia berusaha membuka matanya namun tidak bisa. Matanya terasa berat dan sekujur tubuhnya terasa sangat panas.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku masih selamat setelah jatuh dari tempat setinggi itu?' desah Li Mei di dalam hatinya.
Hal terakhir yang diingatnya adalah saat dirinya didorong oleh sahabatnya sendiri dari atas tangga rumahnya karena memergoki sahabatnya sedang mencuri. Apakah saat ini dia sedang berada di rumah sakit? Tapi kenapa orang tadi dipanggil dengan sebutan tabib, bukan dokter?
Li Mei masih berusaha menyadarkan dirinya, namun dia tetap tidak berhasil. Tiba-tiba, dia merasakan sebuah tangan besar yang hangat menyentuh pipinya.
"Dasar bodoh," bisik pria itu seraya membelai lembut pipinya.
Sudah dua hari Li Mei tidak sadarkan diri, tapi dia tetap bisa merasakan obat yang hangat mengaliri tenggorokannya setiap hari. Dia juga bisa merasakan belaian lembut tangan seorang pria yang terasa kasar. Sangat jelas kalau pemilik tangan itu adalah seorang pekerja keras.
Tapi ... siapa dia? Kenapa dia mau menjaga Li Mei? Dia tidak merasa memiliki keluarga atau teman dekat seperti laki-laki ini. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan ketika dia kecil, dia hanya hidup berdua dengan kakeknya. Dan kakeknya telah meninggal dua tahun yang lalu.
Di hari ketiga, Li Mei akhirnya bisa membuka matanya. Dia berusaha untuk menyesuaikan matanya dengan sinar redup di sekitarnya. Saat matanya akhirnya bisa melihat dengan jelas, dia hampir saja memekik kaget karena melihat seorang pria tertidur pulas di sampingnya. Li Mei segera menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap wajah pria tersebut lekat-lekat.
Wajah pria itu terlihat sangat tampan. Rahangnya kokoh, alis matanya seperti dilukis dengan hati-hati. Kulitnya yang kecoklatan menandakan dia adalah orang yang sering bekerja di bawah sinar matahari. Tubuhnya tinggi dan kekar. Hidungnya lancip, dan bibirnya tipis.
Sangat tampan!
Sebenarnya laki-laki di sampingnya ini termasuk pria yang sesuai dengan tipe idaman Li Mei. Dia bahkan sangat yakin kalau saja laki-laki ini hidup di tempatnya berasal, dia bisa menjadi seorang idola besar!
Li Mei menatap ke sekitarnya.
"Tempat apa ini? Kenapa semua perabotan terlihat usang?" gumamnya pelan.
Selain ranjang yang mereka pakai, hanya ada lemari, dan juga sebuah meja dengan empat kursi. Di sudut lain ada sebuah ruangan kecil, dan kalau dilihat sekilas, itu sepertinya adalah dapur mereka.
Tapi ... apa-apaan dengan gaya baju yang dipakai dirinya dan laki-laki ini? Kenapa seperti baju-baju yang biasa dia lihat di drama-drama kolosal? Bedanya hanyalah, baju mereka indah, sedangkan baju Li Mei dan laki-laki di sebelahnya penuh dengan tambalan.
Seakan menyadari sesuatu, Li Mei membeku.
Jangan bilang dia melintasi waktu dan datang ke jaman kuno seperti di novel-novel yang biasa dia baca? Apakah dirinya yang asli di jaman modern sudah mati? Bisakah dia kembali ke tempatnya berasal?
Setelah terdiam dan berpikir selama beberapa saat, dia akhirnya menghela nafas panjang.
Dia sudah datang ke zaman ini. Lagi pula dia tidak memiliki keluarga di kehidupannya sebelumnya, bahkan sahabatnya jugalah yang telah membunuhnya. Jadi, tidak akan ada orang yang merasa sedih dengan kematiannya. Dia juga tidak memiliki jalan untuk kembali, berarti mau tidak mau dia harus mencoba bertahan hidup di dunia ini.
Tiba-tiba, mata laki-laki di depannya terbuka. Li Mei menoleh dan menatap laki-laki yang tidak dapat menyembunyikan sorot mata yang penuh dengan kekhawatiran itu.
"Apakah kamu baik-baik saja? Apa masih ada bagian yang terasa sakit?" tanyanya seraya duduk di atas tempat tidur.
Li Mei hanya menatapnya dalam diam. Dia tidak bergeming. Sejujurnya, dia merasa sedikit bingung bagaimana harus bereaksi.
"Siapa kamu?" tanya Li Mei dengan suara yang serak.
Wajah laki-laki di depannya langsung berubah muram, "apa ini salah satu caramu untuk meminta bercerai dariku lagi?"
Li Mei kembali tertegun. Ternyata laki-laki di hadapannya ini adalah suaminya? Sekarang semuanya terasa masuk akal kenapa mereka bisa tidur seranjang.
"Bukan begitu, hanya saja ... aku merasa sedikit linglung saat ini," ujar Li Mei berusaha mencari alasan.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya dalam-dalam dan menatap Li Mei dengan tatapan menyelidik. Setelah beberapa saat, dia baru merasa yakin kalau Li Mei sedang tidak berbohong. Dia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan kepada Li Mei.
"Namamu adalah Li Mei. Aku menemukanmu tergeletak pingsan di saat aku pergi ke gunung tiga bulan yang lalu. Setelah itu aku membawamu pulang. Kamu tidak mengingat apapun kecuali namamu. Agar bisa merawatmu dan menjagamu, akhirnya kita menikah."
Li Mei berusaha menyerap informasi yang baru saja diterimanya. Rupanya nama gadis ini juga sama dengan namanya, Li Mei.
"Lalu, siapa kamu? Ini dinasti apa?" tanya Li Mei lagi.
"Namaku Bai Changyi, suamimu. Kita hidup di Dinasti Xing, di Desa Fanrong."
Li Mei kembali mengerutkan alisnya.
Dinasti Xing? Kenapa dia tidak pernah mendengar nama dinasti ini sebelumnya? Sepertinya dinasti ini tidak tercatat di dalam buku sejarah.
"Istriku," Bai Changyi kembali memanggilnya dan menatapnya dengan tatapan serius. "Kalau kamu ingin bercerai, tunggulah beberapa hari lagi. Aku akan berusaha mengumpulkan uang dari hasil berburu terlebih dahulu. Setelah itu kamu bisa membawa uang itu untuk memenuhi kebutuhanmu sementara waktu. Kalau kamu memberitahuku di mana kamu akan tinggal setelah kita bercerai, aku akan tetap memberimu uang agar kamu tetap bisa menyambung hidup. Jadi, tolonglah berjanji, jangan pernah berusaha bunuh diri lagi, ya?"
"Bunuh diri? Siapa? Aku?" tanya Li Mei terkejut seraya menunjuk dirinya sendiri.
Li Mei tertegun ketika mendengar ucapan Bai Changyi. Dia tiba-tiba merasa pemilik tubuh ini sangat bodoh. Kenapa dia mau berpisah dengan laki-laki sebaik dan setulus ini? Dan, ehm ... setampan ini? Li Mei bahkan tidak pernah melihat seorang laki-laki yang bersikap tulus seperti pria ini di zaman modern.
"Aku ...." Baru saja Li Mei ingin mengucapkan sesuatu, tiba-tiba perutnya berbunyi dengan sangat keras. Li Mei merasa sangat malu hingga dia menundukkan kepalanya dengan canggung.
"Ah, kamu pasti lapar setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Sebentar, aku akan segera mengambilkan minuman dan makanan dari dapur," kata Bai Changyi seraya turun dari ranjang.
Tidak lama kemudian, Bai Changyi keluar dari dapur dan membawa semangkuk bubur putih di tangan kanannya dan segelas air hangat di tangan kirinya. Dia menyerahkannya kepada Li Mei lalu berkata dengan lembut, "aku tahu kamu tidak menyukainya, tapi kamu baru saja sadar setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Jadi, makanlah."
"Terima kasih," Li Mei menerima gelas dan mangkuk bubur seraya tersenyum dengan lembut. Perutnya memang sudah tidak terisi selama tiga hari, semangkuk bubur putih adalah makanan yang paling pas untuknya.
Bai Changyi tertegun. Dia merasa sangat kaget ketika melihat senyum lembut di wajah Li Mei. Kapan dia pernah melihat senyuman di wajah cantik Li Mei? Tentu saja tidak pernah! Jadi ini adalah kali pertama dia melihat senyumannya yang sangat mempesona.
"Begini ... aku ...."
Perkataannya Li Mei kembali terpotong. Kali ini oleh suara seorang wanita yang berteriak dari luar.
"Bai Changyi! Keluarlah!"
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.