/0/10937/coverbig.jpg?v=95294e4cff5a968434adf67880f651ef)
(NOT) Your Ordinary Lab Girl Meha - Asisten Laboratorium Mikrobiologi di Universitas Elephas hampir saja menjadi tersangka pembunuhan berantai yang sedang marak terjadi di kotanya. Hanya karena TKP korban pertama kali ditemukan di laboratorium tempat ia bekerja. Remi - rekan kerjanya sesama asisten juga ikut terseret dalam arus konspirasi dan politik yang memanas di kampusnya. Mereka berdua difitnah di sana sini. Mau tak mau, ia harus turun tangan menyelesaikan teka teki pembunuhan ini jika tak ingin nama baiknya semakin tercemar dan kuliahnya putus di tengah jalan. Setelah kasus pertama yang dapat diselesaikannya itu, muncul kasus kedua dengan pembunuh yang berbeda. Seolah - olah menjadikannya magnet bagi para pembunuh yang kepiawaiannya dalam melancarkan aksi itu haus untuk dibongkar Meha. T A N T A N G A N Terima, atau tidak?
"Kau! Pelakunya!"
Tanganku menunjuk seseorang yang begitu aku kenal.
Saat mengetahui siapa biang kerok dari semua teror ini. Aku sempat denial, menyangkal berulang kali karena sosoknya yang benar-benar di luar perkiraanku.
Namun seluruh bukti yang kukumpulkan dengan sembunyi-sembunyi itu mengarah hanya padanya seorang. Di tempat kejadian perkara yang sesungguhnya, aku memojokkan sang pelaku.
"Meha, kau menyusahkan sekali." Seringai pembunuh berdarah dingin itu yang membuat seluruh bulu kudukku berdiri.
Aku lengah, luput menilai jika ia masih punya sisi baik terlepas dari rangkaian pembunuhan keji yang ia lakukan.
"BUGH!"
Pukulan ke kepalaku dari arah belakang.
Gelap.
Aku tak tahu jika ia punya kaki tangan.
Aku salah perhitungan.
Dan kini, namaku yang mungkin akan terpampang di setiap surat kabar elektronik bersandingan dengan nama-nama korban sebelumnya.
Ah, Meha. Padahal kamu baru saja jatuh cinta.
"Meha.... Meha.... TOLONG!" Teriakan Nina - sahabatku yang kutemukan dengan tubuh terpotong-potong di dalam mesin autoklaf laboratoriumku 6 bulan lalu.
"Nina!" Aku terkejut, melihatnya yang sedang ketakutan di dalam lingkaran bertanda bintang.
"Sebentar lagi dia datang, tolong Aku Meha, tolong!" Tangannya dengan sekuat tenaga memukul-mukul dinding tak kasat mata yang melingkarinya.
"Nina! Nina!" Panikku hendak mengeluarkannya dari kungkungan itu namun usaha kami sia-sia.
Sosok hitam tiba-tiba muncul di udara dalam lingkaran Nina. Wajah Nina semakin ketakutan dan air mata keluar deras dari matanya.
"No, no, NOOO!!" Pekik Nina menyayat hati saat aku terpaku menyaksikan sosok di dalam jubah hitam menyeramkan mengeluarkan tangan dengan jari jemari panjang, tak ada wajah di balik tudung jubah itu, hanya berupa tengkorak hewan bertanduk, dan rongga mata yang terisi api berkobar. Sosok itu merenggut leher Nina, lalu mencekik lehernya, Nina megap-megap sembari memandangku meminta pertolongan.
"LEPASKAN! LEPASKAN!" Aku menendang dan meninju dinding tak kasat mata itu sekuat tenaga. Sosok itu mengulurkan tangannya satu lagi padaku, namun Nina menangkapnya sekuat tenaga, terlepas dari posisinya yang tak menguntungkan, ia masih berusaha melindungiku.
"AAARGH!!" Lengkingan Nina menyakitkan telinga saat kusaksikan iblis itu menarik paksa jantung Nina keluar dari rongga tubuhnya hanya dengan jari jemarinya, tubuh Nina terkulai lemas saat penopang hidupnya itu telah lepas.
Seperti boneka tak berharga, tubuh lemas Nina disentakkan lalu sosok itu menghilang membawa jantung sahabatku itu.
"NOOO! Nina! Nina!"
"Keluar ... keluarlah... da-dari... sini, Meha. Ba-bangunlah!"
Lalu, seperti ada lubang hitam raksasa yang menyedot kesadaranku pergi dari mimpi buruk tentang Nina.
"NOOO!" Teriakku saat tak lagi melihat sosok Nina.
"SRAAK!" Tarikan paksa dari kain hitam yang menutupi kepalaku membuatku tersadar. Ruangan ini temaram, sebuah kamar terbengkalai dari baunya yang lapuk. Aku menatap sang pembunuh keji yang berdiri di depanku itu dengan gigi bergemeletuk.
Siapa sangka Langdon Bortolomov, Kaprodi yang terkenal baik dan pengayom itulah pelaku pembunuhan berantai yang membayangi kampus kami 6 bulan belakangan. Pantas saja ia begitu licin menghindar dari endusan polisi. Karakter yang dia tunjukkan ke masyarakat begitu suci tanpa cacat cela.
Remi, kekasihkulah yang justru menjadi kambing hitam dan harus mendekam di penjara karena tipu dayanya. Sungguh culas dan tak termaafkan!
"Sialan!" Aku mengumpat keras.
"DIAM KAU MEHA! Sudah cukup kau jadi duri dalam petualanganku! Jalang kecil, kali ini permainan detektif-detektifanmu itu harus berakhir. Tenanglah, tunggu sebentar lagi, aku akan membuat namamu terkenal! Oh Meha... Rubah kecilku." Dengan tangannya yang menjijikkan ia menggamit daguku. Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis.
Bagaimana bisa, aku mengidolakan sosok ini dulu. Sangat naif. Sir Langdon menjadi Kaprodi termuda, dengan kharismanya yang pandai memikat lawan bicara. Materi-materi kuliah yang terkini, perdebatan berbobot tanpa henti dengan para mahasiswa dan rekan dosen yang tak setuju dengan teorinya.
Tak butuh waktu lama, ia yang semula datang sebagai dosen baru itu menaiki tangga karir dengan cepat. Tak peduli tua muda, laki laki atau wanita, tertipu oleh pesonanya.
Namanya wira wiri di stasiun TV nasional. Viral sebagai dosen ter "panas" dekade ini. Belum lagi latar belakang keluarganya yang merupakan turunan old money. Seolah keberuntungan tak lepas dari bayang-bayangnya.
Suami dari Mrs Leah Thompson-Bortolomov, mantan model yang banting setir menjadi philantropist terkenal di kalangan atas. Dengan penggambaran tanpa cela itu maka siapa sangka kini, sosok bak malaikat didepanku itu berubah menjadi tukang jagal paling ditakuti.
Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhku. 'Tolong! Siapapun! Aku tak ingin menjadi korbannya!'
"Uggh!" Aku berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan tali yang mengikatku di kursi, tapi tak bisa.
"Ckckck, jangan buru-buru rubah kecil. Tunggu sebentar dan kau akan menikmati penyatuan denganku. Bukankah itu yang kau inginkan? Aku tahu kau selama ini diam-diam menjadi pengagum beratku. Groupies tuan Langdon?"
"CUIH!" Aku meludahi wajahnya yang mendekat.
"SLAP!!" Tamparan keras pada pipiku, rasa berdenging sesaat. Bibirku pecah karena tamparan kerasnya tadi. Selanjutnya dengan kasar tangan pembunuh itu meremas rahangku.
"KAU. Kurang ajar. Padahal tadi aku ingin memberikanmu pelepasan yang indah. Tapi, karena kau tak menjadi jalang penurut maka kesucianmu akan kurenggut kasar! Kita lihat apakah harga dirimu itu masih ada saat kesucianmu kurenggut. Shirley! Sumpal mulutnya! Aku sudah muak mendengar ia berbicara!"
'Shirley? Ia kah kaki tangan pembunuh ini? Bagaimana mungkin? Aku sungguh telah dibodohi.' Panik, aku semakin berusaha keras membuka ikatan pada kaki dan tanganku, hingga kulitku rasanya terkelupas karena tergesek tali tambang. Aku dapat merasakan darah mengalir dari pergelangan tangan dan kakiku.
Aku menggeleng-geleng saat sumpal kotor dimasukkan paksa ke dalam mulutku oleh Shirley. Lalu tanpa belas kasihan ia menahan kepalaku kasar dan dijejalkannya juga, aku merintih tanpa suara. Memandangnya dengan tajam, Shirley menatapku balik dengan seringai mengejek yang kejam.
Mr Langdon sedang mempersiapkan sesuatu di lantai yang tampak tak asing, bintang berbentuk lingkaran itu digambarnya dengan kapur putih. Di tengah-tengah layaknya altar, diletakkan sebuah meja kayu yang memiliki strap di ujung-ujungnya, memungkinkan persembahannya diam di tempat tak dapat kabur.
Rupanya selama ini, korban-korban itu adalah hasil dari ritual pemujaan setan. Siapa yang dapat menyangka? Diabad 21 ini, ritual tua kejam ini masih terjadi.
"Done," Ucap Mr Langdon menyeringai puas melihat hasil kerjanya. Cahaya dari lilin membuat bayangannya memanjang layaknya setan yang kulihat dalam mimpiku tadi bersama Nina.
"Apakah sudah saatnya, Sir?" Shirley mencicit.
"Ya. Kau dapat memanggil mereka."
Shirley lalu keluar dari ruangan dan kembali dengan membawa 3 orang bertudung hitam, wajah mereka tak dapat terlihat.
Saat satu persatu dari orang itu membuka tudung mereka, aku semakin pias. Sungguh di luar perkiraanku.
"Mari kita lakukan!" Perintah Mr Langdon.
Ketiga orang yang sosoknya tak asing bagiku itu lalu mendekatiku, membuka ikatan tali dan mencancangku di altar.
Pakaianku direnggut paksa, hanya menyisakan pakaian dalamku saja. Teriakpun percuma karena tak ada suara yang dapat keluar dari mulutku.
'Siapapun! Tolonglah! Tolonglah aku!'
"HAHAHA! Lihatlah. Belum apa-apa kau sudah ketakutan. Kenapa kau tak tunduk sedari tadi. Aku bisa melakukannya dengan lembut untukmu yang pertama kali. Tapi karena kau nakal, aku akan melakukannya dengan kasar!"
Mr Langdon mendekat dan membuat sayatan di kedua pergelangan tanganku.
Perih... Ruangan tampak kabur saat mereka mulai menggumamkan mantra. Bayang-bayang mereka yang mengelilingiku dari 5 penjuru tampak menyatu menjadi sosok menyeramkan berjubah hitam tadi.
Saat kesadaran hampir meninggalkan ragaku. Sayup-sayup aku mendengar suara pintu didobrak paksa dan teriakan-teriakan orang dari dalam ruangan.
Suara tembakan bersahutan, setelah itu aku tak tahu lagi.
Karena kini gelap kembali menguasai.
Tepat di hari kematian Mas Afnan - suaminya, seorang wanita asing datang bersama seorang laki-laki dewasa. Tangis histerisnya membuat Ayna seketika menyusut mata. Siapa dia? Mengapa ia tampak lebih berduka darinya? “Maaf, anda siapa?” “Mbak Ayna, saya Maria istri kedua mas Afnan. Kami telah menikah diam-diam selama 30 tahun ini. Kenalkan ini Riko, anak kami."
Istriku mati, memilih bunuh diri, begitu tiba-tiba, tanpa tanda-tanda. Meninggalkanku dengan tia anak laki-laki yang masih kecil-kecil. Seiring waktu, satu persatu alasan kematian istriku terkuak, yang membuatku terhenyak. Aku yang awalnya merasa telah menjadi suami dan imam yang sempurna, dihadapkan kenyataan yang sebaliknya. Ultimatum dari mertua membuatku berpikir ulang tentang peranku sebagai kepala rumah tangga. Nasi telah menjadi bubur, dan kini aku harus menuai apa yang sudah kutabur.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?