/0/12950/coverbig.jpg?v=44f872e726cf442e65e7cdf7a1264fc5)
Aruna terpaksa menikah dengan Wisnu demi melunasi hutang keluarganya. Pernikahan yang dijalani keduanya hanyalah pernikahan kontrak yang akan berakhir setelah Wisnu mendapatkan keturunan dari wanita itu. Kehidupan pernikahan Aruna juga Wisnu begitu berliku seiring dengan kehamilan juga perlakuan Wisnu pada Aruna. Lalu bagaimana jadinya jika pada suatu hari, Diandra yang merupakan Istri sah Wisnu datang ke mansion yang dihuni Aruna dan menuntut cerai dari Wisnu. Apa yang akan dilakukan Wisnu selanjutnya? Apakah ia akan menuruti permintaan Diandra untuk bercerai dan menjalani pernikahan seutuhnya dengan Aruna. Ataukah pria itu lebih memilih untuk mempertahankan Diandra dan meninggalkan Aruna juga perasaannya pada wanita itu?
Beberapa perabot rumah tangga nampak tergeletak sembarangan di depan pelataran sebuah rumah.
Sepasang suami istri tengah berlutut sambil memohon dan menangis pada seorang pria paruh baya yang diketahui sebagai seorang rentenir yang akan menyita rumah mereka sebagai pembayaran hutang beserta bunga.
"Ku mohon, Tuan. Jangan ambil rumah kami, hanya ini harta kami satu-satunya," ucap sang istri dengan dua tangannya yang terkatup di depan dada memohon.
Sang rentenir hanya mendecih, ia menghisap sebatang rokok yang sejak tadi ada di mulutnya sebelum kemudian menghembuskan asapnya dengan perlahan.
"Jika kau tidak ingin aku menyita rumahmu, maka lunasi dulu hutangmu. Dasar sialan," maki sang rentenir dengan nada sinis.
Sang kepala keluarga maju, ia memegang kaki sang rentenir dan kembali memohon dengan masih berlinang air mata.
"Kami akan melunasinya secepatnya, kami janji. Tapi tolong berikan kami waktu," ujarnya memohon.
Kekehan kecil terdengar dari sela bibir si pria paruh baya. Wajahnya yang mulai berkerut nampak memicingkan mata saat netra nya tidak sengaja bersitatap dengan dua anak gadis sang kepala keluarga yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Aku bisa saja memberikan kalian waktu," ucapnya terjeda.
Sekali lagi ia menarik dalam-dalam sebatang rokok sebelum kemudian menghembuskan asap dan merunduk. Mengatakan sesuatu kepada sang kepala keluarga dengan seringai yang masih nampak jelas di wajah tuanya.
Setelah mendengar apa yang dibisikkan oleh sang rentenir, sang kepala keluarga membelalakkan matanya lebar. Ia menoleh ke arah dua putrinya yang tengah ketakutan dengan wajah yang sulit untuk dijelaskan.
"Kau bisa mempertimbangkannya sekarang. Semua pilihan ada ditanganmu," ucap sang rentenir.
Sang kepala keluarga menunduk, ia mengabaikan sang istri yang sejak tadi memanggilnya untuk bertanya apa yang sudah dikatakan oleh sang rentenir.
"Apa tidak ada cara lain, Tuan? Saya berjanji akan melunasinya dengan segera. Anda bisa meminta jaminan apa saja selain putri kami," ucap sang kepala keluarga lagi-lagi memohon.
Raut terkejut jelas terlihat di wajah semua anggota keluarga. Terlebih dua puteri mereka yang masih saja nampak ketakutan.
"Semua pilihan dan keputusan ada di tanganmu. Aku akan memberimu waktu 3 hari, kau bisa melunasi hutangmu atau menjadikan salah satu Puteri mu sebagai jaminan," kata sang rentenir final.
Pria paruh baya itu kemudian meninggalkan rumah tersebut bersama beberapa anak buahnya setelah sebelumnya memberikan senyum nakal yang sebenarnya nampak begitu menjijikan.
***
Suasana ruang tamu saat itu begitu hening. Empat orang yang ada di sana hanya saling terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya sang istri dengan wajah bingung juga khawatir.
Tidak ada jawaban yang terdengar, sampai kemudian sebuah kursi tertarik diiringi dengan teriakan yang cukup keras dari salah satu puteri mereka.
"Aku tidak mau menjadi jaminan. Aku tidak mau menjadi jaminan untuk kakek tua itu!" seru seorang gadis dengan tubuh ramping.
Sementara seorang gadis lainnya hanya diam, ia yang semula melihat ke arah saudara perempuannya kemudian menunduk dan berujar.
"Aku juga tidak mau!" ucapnya pelan namun penuh penekanan.
Sang kepala keluarga terdengar menghela napas. Ia mengusap wajahnya sendiri juga memijat keningnya yang terasa berdenyut bukan main.
"Kami juga tidak mau menjadikan kalian sebagai jaminan. Tapi apa yang bisa kami lakukan untuk melunasi hutang pada Tuan Hendra?!" ujar sang kepala keluarga dengan nada frustasi.
"Tapi kita tidak bisa menjadikan Kinan ataupun Marsha sebagai jaminan. Tuan Hendra pasti akan menjadikan mereka sebagai istri muda!"
"Aku juga tahu, tapi apa kita punya solusi lain? Kau punya uang untuk melunasi hutang pada Tuan Hendra?"
Belum sempat ada yang menjawab pertanyaan sang kepala keluarga, lebih dulu terdengar suara pintu terbuka.
Semua perhatian teralih pada seorang gadis yang baru saja datang dengan tas ransel yang tersampir di pundaknya.
Gadis dengan rambut hitam gelap itu terdiam mematung saat seluruh anggota keluarganya melihat ke arahnya dengan wajah yang cukup sulit ditebak.
"Bagaimana jika kita jadikan Aruna sebagai jaminan Tuan Hendra?" celetuk tiba-tiba dari sang Ibu membuat Aruna mengernyitkan alisnya bingung.
Apa yang sebenarnya dimaksud? Jaminan? Untuk apa?
"Ibu benar. Kita bisa menjadikan Aruna sebagai jaminan untuk Tuan Hendra, dan dengan begitu kita juga punya waktu untuk membayar hutang. Atau bahkan hutang kita juga bisa dianggap lunas," sahut Kinan dengan wajah antusias.
"Kalian benar. Aruna, maafkan kami," ucap sang kepala keluarga kemudian.
Aruna yang masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya tengah dibicarakan oleh keluarganya kemudian menyahut.
"Jaminan apa? Kenapa aku?" tanya nya dengan suara lirih.
"Kau akan menjadi jaminan untuk Tuan Hendra. Dengan begitu kita memiliki waktu untuk membayar hutang atau malah bisa jadi hutang keluarga kita akan dianggap lunas," terang sang kepala keluarga.
Aruna yang mendengar hal tersebut hanya bisa terdiam. Otaknya masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sang Ayah.
"Kalian, menjual ku?" tanyanya dengan suara lirih.
"Tidak. Kau hanya akan menjadi jaminan supaya kami memiliki waktu untuk melunasi hutang, hanya itu," sahut sang saudara perempuan dengan entengnya.
"Bukankah selama ini aku sudah memberikan uang untuk mencicil hutang? Apa itu masih belum bisa untuk membayar hutang-hutang kita?" tanya Aruna dengan suara parau.
Jujur saja ia sakit hati. Selama ini ia sudah bekerja keras dengan bekerja paruh waktu bahkan hingga larut malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga hutang mereka.
Bahkan tidak jarang ia juga harus pulang pagi buta guna mendapatkan uang tambahan meski ia tidak pernah merasakan hasil kerja kerasnya sendiri.
Iya. Aruna tidak pernah merasakan pundi-pundi uang yang sudah ia hasilkan dari bekerja siang dan malam.
Semua uang yang selama ini ia hasilkan selalu diambil secara keseluruhan oleh sang Ibu dengan berdalih untuk mencicil hutang keluarga mereka pada Tuan Hendra.
"Apa kau pikir hasil pekerjaanmu yang tidak seberapa itu bisa melunasi semua hutang? Tidak! Kau harusnya berterima kasih karena aku sudah mau mengatur uangmu yang tidak seberapa itu," ucap sang ibu dengan nada meremehkan.
Aruna memejamkan matanya sejenak, rasanya sakit, sangat sakit.
"Itu akan cukup jika saja Ibu benar-benar membayar hutang dan tidak menggunakan semua uang itu untuk memanjakan Kak Kinan!" ujar Aruna dengan tangan yang terkepal di samping tubuh.
Memang, selama ini hasil kerja keras yang dikatakan sang Ibu untuk membayar hutang justru wanita itu gunakan untuk memanjakan sang anak tengah. Kinan Wulandari.
Hampir setiap Aruna memberikan –terpaksa- uang hasil kerja kerasnya, maka malam harinya sang ibu juga sang kakak perempuannya akan berbelanja banyak makanan siap santap tanpa merasa bersalah.
Nyonya Rini meradang. Dengan cepat wanita itu berjalan ke arah sang puteri bungsu dan menatapnya nyalang sebelum kemudian wanita itu melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kanan Aruna hingga membuat sudut bibir gadis itu mengeluarkan darah.
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.