/0/13056/coverbig.jpg?v=4c5c425d88c3802dc6d1aad5d5a417f1)
Zafirah Radya Rafa seorang wanita bercadar, yang merelakan hidupnya dengan pria yang memiliki sifat arogan, bahkan dengan terang-terangan mengatakan jika dirinya tidak akan pernah mengakui pernikahannya. Azril Davis Elfathan seorang pemuda yang terbiasa hidup dengan dunia malam, tiba-tiba harus menikah dengan wanita yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. "Bang, aku mohon nikahi Zafirah, gantikan posisiku menjadi imam untuknya. dia wanita yang baik. Suatu saat Abang akan mencintainya. Jaga Zafirah untukku Bang aku mohon, ini permintaan pertama dan terakhirku." Zaki Elfathan, anak ke dua dari keluarga Elfathan. Pria muda yang memilih melanjutkan pendidikannya di Kairo, namun saat kembali dirinya men Ta'aruf seorang wanita bercadar yang tidak lain adalah temannya masa kecilnya. Namun sayang sehari sebelum melangsungkan pernikahan. Dirinya mengalami kecelakaan. Sebelum meninggal dirinya meminta sang kakak untuk mengantikan dirinya. Mampukan seorang Azril Davis Elfathan memenuhi permintaan sang adik yang di sayanginya??
Seorang wanita bercadar tengah mengajar anak-anak di musholla. Namun kehadiran Pamannya membuatnya terkejut. Pasalnya, Pamannya tidak pernah menemuinya saat sedang mengajar.
"Assalamualaikum Zafirah, bisakah kamu pulang sebentar?" ucap sang Paman.
"Wa'alaikumsalam, Paman ada apa?"
"Bisakah, anak-anak kamu pulangkan lebih awal? Ada yang ingin Paman bicarakan denganmu,"
"Baiklah, Paman. Tunggu sebentar,"
"Kalau begitu, Paman pulang dulu. Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatu, hati-hati Paman!"
"Iya Zafirah, kamu juga hati-hati!"
Zafirah memulangkan anak didiknya lebih cepat sesuai keinginan Pamannya. Rasa penasaran yang membuatnya semakin mempercepat langkah kakinya menuju tempat tinggalnya. Jarak musholla ke rumah hanya di tempuh lima belas menit. Sesampaimya di depan rumah sederhana, Zafirah di kejutkan dengan adanya mobil mewah terparkir di depan rumah Pamannya, membuatnya semakin penasaran.
"Assalamualaikum Paman, Zafirah pulang!"
Langkah Zafirah terhenti ketika melihat seorang pria berbaju Koko putih dan celana hitam.
"Wa'alaikumsalam, kamu sudah pulang, Nak? Duduklah di samping Paman!"
"Assalamualaikum Zafirah, apa kabar?"
"Wa'alaikumsalamsalam?"
Zafirah menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Nak Zafirah, apa kamu tidak mengenali pria yang berada di hadapanmu?"
Paman yang mengerti jika, Zafirah tidak akan menatap lawan jenisnya hanya menundukkan wajahnya.
Zafirah menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, bahwa dia tidak mengenali pria di depannya.
"Nak dia adalah Zaki, teman kamu waktu di pesantren. Apa kamu lupa? Coba kamu lihat!"
Zafirah mengangkat wajahnya, mata mereka saling mengunci sesaat. Mereka menyadari jika bukan mahromnya, dengan cepat mereka saling melempar pandangan ke arah lain, dengan mengucap istighfar.
"Apa sekarang kamu sudah ingat siapa dia?" tanya sang Paman.
"Iya Paman, kak Zaki apa kabar?"
"Alhamdulillah, kabar kakak baik. Bagaimana kabarmu Zafirah, lama kita tidak bertemu,"
"Alhamdulillah kak, kabar Zafirah baik. Kapan kakak kembali dari Kairo?"
"Seminggu yang lalu. Zafirah, Paman, ada yang ingin aku sampaikan pada kalian,"
Zafirah saling pandang dengan sang Paman, mereka tidak tahu apa yang akan di katakan oleh Zaki.
"Apa yang ingin Nak Zaki sampaikan pada kami?" tanya Paman pada Zaki.
"Begini Paman, Zafirah. Niat dan maksud kedatangan saya ke sini ingin Ta'aruf Zafirah,"
Zafirah dan Paman kembali saling pandangan, mereka tidak menyangka jika Zaki datang untuk Ta'aruf Zafirah. Begitu pula dengan Zafirah yang terkejut dengan ucapan Zaki.
"Nak Zaki, semua keputusan ada di tangan Zafirah, Paman hanya mengikutinya saja. Zafirah bagaimana pendapatmu?"
"Bismillah, Zafirah mau Paman," sahut Zafirah, tidak semudah Zafirah menerima ta'aruf dari Zaki. Selama ini mereka saling kenal, walau pada saat di pesantren mereka tidak saling mengenal secara pribadi. Tetapi, mereka hanya bertemu berapa kali dalam acara pesantren dan hal itu tidak di sengaja.
"Alhamdulillah, nak Zaki. Bawa saudaramu kemari!"
"Baik Paman, dua hari lagi saya akan menikahi Zafirah. Saya akan datang lagi bersama abang dan rombongan, tidak perlu menyiapkan apapun karena saya akan menyiapkan semuanya.
"Baiklah, Zaki minumlah dulu! Zafirah, Paman ke dalam dulu, kalian pasti ingin mengatakan sesuatu tanpa ada Paman,"
"Tidak ada Paman!"
"Tidak ada Paman!"
Mereka saling mengucapkan kata-kata yang sama. Mereka tidak ingin berdua di ruangan yang sama. Mereka tahu batasan.
"Bicaralah, Paman mengerti kalian pasti ingin mengatakan sesuatu. Bukankah kalian sudah lama tidak bertemu?"
"Paman mengerti kalian bisa membatasi diri kalian," lanjutnya.
Paman meninggalkan ruang tamu, kini baik Zafirah dan Zaki saling diam. Tidak ada yang memulai obrolan sehingga Zaki yang berinsiatif memulai obrolan terlebih dulu. Tanpa menatap wajah Zafirah, Zaki memulai membuka pembicaraan mereka.
"Zafirah, sebaiknya kita keluar. Rasanya tidak enak, jika kita berdua di ruangan ini, meskipun pintu terbuka,"
"Iya kak, silakan!"
Zafirah mengikuti langkah Zaki dari belakang menuju teras rumah. Mereka tetap dengan batasan tanpa saling berhadapan, dan tanpa duduk berdampingan.
"Zafirah apa kamu benar-benar menerimaku?"
"Insya Allah, Zafirah menerima kak Zaki,"
"Alhamdulillah, terima kasih Zafirah. Dua hari lagi aku akan menikahimu. Aku akan datang bersama Abang,"
"Maaf kak Zaki, apa boleh Zafirah bertanya?"
"Tentu Zafirah, tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan. Insya Allah, aku akan menjawabnya,"
"Apa nanti setelah menikah, kak Zaki akan melarang Zafirah mengajar di musholla lagi?"
"Tidak Zafirah, aku tidak akan melarangmu untuk mengajar. Sebaliknya aku akan bahagia jika kamu terus mengajar, teruslah memberikan ilmu untuk anak-anak,"
"Terima kasih kak,"
"Hanya itu yang kamu tanyakan? Tidak ada lagi yang kamu tanyakan padaku?"
"Tidak ada kak,"
" Baiklah, aku pergi. Salam untuk Paman. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam."
Zaki meninggalkan Zafirah yang masih berdiri memandang kepergian mobil mewah yang di kendarai Zaki. Dirinya mengerti, jika Zaki adalah putra kedua dari pemilik perusahaan ternama di kota. Meski ada ragu, namun Zafirah menepis keraguan dihatinya. Dirinya takut jika Abang dari Zaki tidak merestui mereka.
Zafirah masuk ke dalam rumah, dan menunaikan shalat ashar. Sang Paman yang berniat memanggil Zafirah mengurungkan niatnya, saat melihat sang keponakan tengah menjalankan Salat.
Usai melaksanakan salat, Zafirah berdoa memohon kepada pemilik kehidupan. Namun, dalam doanya bayangan wajahnya bukanlah Zaki melainkan seseorang yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
"Astaghfirullah, wajah siapa dia? Ya Allah, bertanda apa ini?"
Hati Zafirah semakin tidak karuan, berapa kali dirinya berdoa. Namun, lagi-lagi wajah asing itu yang dia lihat dalam doanya. Berusaha untuk mengabaikan, tetapi bayangan itu terus saja menganggunya.
"Zafirah, apakah kamu sudah selesai salat? Ada yang ingin Paman katakan padamu?"
Suara Paman membuat Zafirah mendongakkan wajahnya. Sikapnya kembali tenang, meskipun hatinya gelisah dengan bayangan wajah asing dalam doanya.
"Sudah Paman, masuklah," Paman memasuki kamar Zafirah. Duduk di atas tempat tidur Zafirah.
"Apa kamu masih melanjutkan doa Zafirah?"
"Tidak, Zafirah Sudah selesai Paman. Apa yang ingin Paman katakan pada Zafirah?"
"Zafirah, berdoalah pada Allah mintalah petunjuknya jika Zaki jodohmu. Agar Allah memudahkan urusanmu dengannya,"
"Iya Paman, tapi-"
"Tapi apa Zafirah?"
"Eem, itu Paman,"
"Katakan ada apa?"
"Itu Paman, saat Zafirah memohon petunjuk, kenapa bukan wajah kak Zaki yang terlihat. Melainkan wajah yang tidak pernah Zafirah lihat sebelumnya. Tanda apa ini Paman?"
"Sudah jangan berfikir yang tidak-tidak, ingat dua hari lagi kamu akan menjadi istri Zaki,"
"Tapi Paman bayangan wajah itu-"
"Sudah! Sekarang kamu mandi lihat sebentar lagi menjelang magrib. Bahkan kamu tidak ingat waktu jika sekarang sudah mendekati Maghrib. Itu artinya kamu berdoa sudah lebih dari dua jam Zafirah!"
"Iya Paman, Zafirah lupa belum menyiapkan makan malam Paman. Sebentar, Zafirah menyiapkan dulu sebelum mandi,"
"Tidak perlu Zafirah! Nak Zaki membawa beberapa makanan dan lauk untuk kita makan malam. Sebaiknya kamu mandi dan salat Maghrib, setelah itu kita makan malam bersama!"
"Baik Paman,"
Ferdi adalah paman satu-satunya yang Zafirah miliki di dunia ini, setelah kedua orang tuanya meninggal.
Tujuh tahun yang lalu, Ferdi yang mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya, mobil yang di kendarainya terperosok ke dalam jurang karena cuaca yang pada saat itu hujan lebat. Jalan menuju rumah orang tuannya masih bebatuan ban mobilnya tiba-tiba tergelincir, naas mobilnya jatuh ke kiri jalan yang tidak lain jurang yang curam, anak dan istrinya meninggal di tempat, sedangkan dirinya hanya mengalami luka ringan.
Setelah kejadian naas itu, Ferdi memutuskan membesarkan Zafirah. Meskipun harus memasukannya ke pesantren, karena dirinya masih syok anak dan istrinya meninggal di depan matanya. Setelah kelulusan Zafirah, Ferdi yang menginginkan Zafirah melanjutkan ke perguruan tinggi namun selalu di tolaknya.
Zafirah memilih menjadi guru di kampung halamannya. Dengan ilmu yang ia dapatkan saat di pesantren, Zafirah memulai mengajar di salah satu mushalla di kampung.
"Assalamualaikum, Zafirah,"
Ferdi yang baru kembali dari musholla menghampiri keponakannya, yang tengah menyiapkan makan malam.
"Wa'alaikumsalam Paman, sudah pulang?"
"Zafirah, Paman sangat bahagia, kamu akan menjadi pengantin seorang pria yang tidak di ragukan lagi. Pria yang akan menjadi imammu sangatlah baik akhlaknya, dan ilmu agama yang insyaallah tidak di ragukan lagi. Paman percaya, nak Zaki bisa menjagamu nanti dan memperlakukan dirimu dengan baik,"
"Kenapa Paman bicara seperti itu? Apa paman sangat setuju Zafirah menikah dengan kak Zaki?"
"Iya, Paman sangat bahagia jika kamu menikah dengannya. Kamu adalah wanita yang beruntung, mendapatkan laki-laki yang mengerti agama seperti nak Zaki, Paman yakin kamu akan lebih baik dalam Agama,"
"Amin Paman, semoga Allah mengambulkan dan melancarkan segala urusan kita,"
"Amin, semoga Allah mengabulkan doamu, sayang. Ayo kita makan, Paman sangat lapar, sepertinya lauknya enak,"
"Iya Paman, biar Zafirah ambilkan,"
Setelah membaca doa mereka menikmati makan malam tanpa bicara. Acara makan malam selesai, Ferdi kembali ke kamar, saat keluar terlihat Zafirah tengah menyiapkan tugas untuk esok hari.
"Zafirah, ini adalah milik orang tuamu ambillah,"
"Apa ini Paman?"
"Bukalah, nanti kamu akan mengetahuinya,"
Zafirah membuka kotak berukuran sedang dengan tangan bergetar, air mata Zafirah tidak lagi terbendung saat melihat isi kotak.
"Paman ini-"
Tangis Zafirah semakin kencang setelah mengetahui orang tuanya meninggalkan perhiasan dan buku tabungan yang tidak ternilai jumlahnya. Tubuhnya bergetar, tidak menyangka sang Paman menyimpan barang milik orang tuanya. Bahkan, tidak sepeserpun Paman memakai uang peninggalan orang tuanya.
"Zafirah, baca surat itu!"
Zafirah membuka surat yang berada di bawah kotak perhiasan. Tubuhnya semakin bergetar dan tidak berapa lama tubuhnya ambruk tidak sadarkan diri.
***
Saat berusia tujuh belas tahun Aera Jung Jun meminjamkan rahimnya pada Tuan muda Myung Dae Hyun. Awalnya Aera menolak, mengingat dirinya yang masih sangat belia. Namun setelah ibunya Nyonya Seo Jung Jun dan Tuan besar Kang Soo Hyun terus mendesak dan kondisi Nyonya Seon Jung Jun semakin melemah sehingga Aera Jung Jun mengambil keputusan. Dengan terpaksa Aera Jung Jun menerima, terlebih Tuan besar Hyun yang bersedia menanggung pengobatan ibunya. Aera membiarkan rahimnya mengandung putra dari cucu Hyun yaitu tuan muda Myung Dae Hyun. Empat tahun kemudian, Tuan Myung Dae Hyun membutuhkan seorang baby sister untuk putra semata wayangnya. Hingga datanglah Aera Jung Jun menjadi baby sister nya. Apakah Aera akan tahu jika anak yang di asuhnya adalah putra kandungnya? Ikuti kisah perjalanan cinta mereka yang penuh dengan lika-liku.
Safira Nafisah, yang di hadapkan dengan pilihan. Antara cinta dan rasa sakit ibunya, rahasia apa yang di sembunyikan oleh mereka. Sehingga menjadi penghalang hubungan keduanya.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kebanyakan orang mengatakan bahwa cinta adalah hal yang indah, tetapi bagi Gina tidak demikian. Dia tidak bisa mengerti mengapa kehidupannya yang sempurna tiba-tiba menjadi seburuk neraka. Setelah mengalami keguguran dan cacat wajah, karier dan reputasinya juga hancur. Kehidupan Gina yang sempurna mulai hancur setelah dia bertemu dengan Evan. Pria itu dengan kejam menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping. Hati Gina benar-benar tertusuk oleh duri-duri cinta.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"