Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Perjanjian dengan Sang Pewaris Tahta
Perjanjian dengan Sang Pewaris Tahta

Perjanjian dengan Sang Pewaris Tahta

5.0
82 Bab
7.3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Padahal hanya tinggal satu langkah lagi menuju pernikahan setelah pertunangan berlangsung satu tahun yang lalu. Namun, Sesil menyaksikan dengan matanya sendiri perselingkuhan tunangannya dengan wanita lain. Batalnya pertunangan, batal pula Sesil mengundurkan diri dari Aditama's Group. Ia melanjutkan pekerjaan sebagai sekretaris Raffael. Kemudian karena masih adanya dendam pada mantan tunangan, akhirnya Sesil berniat untuk membalas semua rasa sakit hatinya dengan bantuan dari Raffael. Tentu saja tidak ada yang gratis, Raffael mengharapkan sesuatu jika Sesil ingin dibantu olehnya. Sehingga keduanya terjebak dalam sebuah perjanjian yang saling menguntungkan satu sama lain. Simak kisah selanjutnya ....

Bab 1 Makan Malam

"Sudah menemukan penggantimu?" tanya Raffael Aditama, CEO dari Aditama's Group, pada sekretarisnya yang sudah bekerja 6 tahun dengan dirinya.

"Masih dalam tahap seleksi, Tuan," jawab Sesil Imelia, sekretaris dari Raffael.

Sesil sudah lama bekerja di perusahaan Aditama's Group, terutama dengan Raffael, dari saat ia lulus kuliah sampai hendak menginjak usia 28 tahun.

Tidak mudah bagi Sesil bekerja dengan Raffael yang memiliki watak keras dan juga perfeksionis. Namun hari demi hari, tahun demi tahun, Sesil terus belajar. Memperbaiki kesalahan dan meng-upgrade kemampuannya. Bahkan berkat bekerja dengan Raffael yang selalu bertemu dengan klien luar negeri, kini Sesil telah menguasai lima bahasa besar di dunia.

Dan di tahun ketujuhnya, Sesil berencana untuk mengundurkan diri. Ia akan memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya, lebih tepatnya dengan pria yang sudah satu tahun bertunangan.

Namun, tidak semudah itu ia mengundurkan diri dari Aditama's Group, apalagi mengundurkan diri menjadi sekretaris Raffael. Ia sendiri yang harus turun tangan dalam mengajari cara bekerja, memberitahu bagaimana karakter Raffael sendiri, juga banyak hal lain yang berhubungan dengan pekerjaannya yang sangat penting.

"Saya ingin mencari yang sempurna, yang sudah sangat siap untuk bekerja. Bukan yang masih mentah dan banyak bertanya soal cara kerja dengan saya. Kamu mengerti?"

Sesil mengangguk. "Mengerti, Tuan."

Sebenarnya Raffael sangat berat hati saat seminggu yang lalu Sesil mengatakan ingin mengundurkan diri. Karena ia sudah terbiasa bekerja dengan kinerja Sesil yang gesit dan sangat tahu dirinya, dan tentu saja dengan prosedur kerjanya.

Untuk bekerja sama dengan orang lain, tak pernah bisa dibayangkan oleh Raffael. Ia dan Sesil tumbuh bersama disaat ia baru memulai posisi sebagai CEO juga Sesil sebagai sekretarisnya.

"Apa schedule saya setelah makan siang?"

"Kita hanya ada satu pertemuan dengan investor dari Singapura di Hotel Flamingo jam 3 sebelum pulang, Tuan. Untuk pakaian golf, sudah saya siapkan untuk berjaga-jaga jika Mr. Joe ingin bermain golf dengan Tuan setelah pertemuan."

"Oke, kamu boleh keluar."

Beberapa jam berlalu ....

Pertemuan dengan klien telah selesai. Seperti dugaan, Mr. Joe memang mengajak Raffael untuk bermain golf. Namun karena jam kerja telah usai, Sesil pulang tanpa ikut bergabung bermain golf. Karena tepat dihari itu adalah hari satu tahun pertunangan dengan kekasihnya.

"Saya pamit pulang, Tuan. Semua barang Tuan sudah saya simpan di dalam mobil."

"Kamu tidak ingin bergabung main golf? Sekretaris Mr. Joe pun ikut."

Sesil menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Untuk saat ini tidak, Tuan."

"Tunanganmu?" Raffael mengerutkan alisnya.

"Ini satu tahun pertunangan kami, kami berencana untuk makan malam bersama sambil membahas pernikahan," jawab Sesil dengan wajar riang terlihat amat bahagia.

"Kamu sudah yakin akan menikah? Usiamu baru saja 28 tahun, karirmu sangat bagus," ucap Raffael yang baru berani mengatakan hal itu karena kini mereka sudah diluar jam kerja. Sehingga ia merasa ada kesempatan untuk membahas hal selain pekerjaan.

"Usia 28 tahun bagi wanita itu bukan lagi usia yang muda, Tuan. Saya dari dulu memang ingin menikah muda, selambat-lambatnya sebelum umur 30-an. Kalau soal karir saya tidak terlalu berambisi, karena saya ingin menjadi ibu rumah tangga yang diam di rumah, mengurus suami dan juga anak," jawab Sesil secara jujur di depan bosnya.

"Sungguh itu impianmu?"

"Saya tahu, Tuan pasti berpikir jika impian saya sangat klise, tidak berambisi. Tapi itu memang yang saya inginkan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sesil tidak lupa dengan senyuman manis khas karena lesung pipinya.

Raffael menghembuskan nafasnya. Sebenarnya jauh dalam hati kecilnya, ia tidak ingin Sesil mengundurkan diri. Ia sudah terlanjur terbiasa dengan cara kerja Sesil. Dan ia tidak ingin beradaptasi lagi dengan orang baru. Maka dari itu, ia meminta Sesil sendiri yang memilihkan pegawai baru penggantinya.

***

Tepat pukul 7 malam, Sesil sudah bersiap dengan dress yang baru ia beli untuk acara makan malam dengan tunangannya sembari membahas pernikahan mereka. Elly, sahabat Sesil, yang selalu antusias dengan kemajuan hubungan percintaan karibnya itu, tentu saja ikut berbahagia sambil membantu menata rambut Sesil.

"Bagaimana?" tanya Elly pada Sesil di depan cermin setelah selesai hair styling.

"Seperti biasanya, kamu memang pandai, Elly. Pantas salonmu selalu ramai," jawab Sesil.

"Ya sudah, segeralah berangkat. Apa Bara akan menjemputmu?"

"Kita ketemu ditempat. Dia langsung dari kerjaannya. Aku kasihan jika ia harus menjemputku jauh, akan membuang banyak waktu."

"Beruntunglah Bara akan menikahi wanita yang sangat pengertian, tidak seperti aku yang tak sabaran dan banyak mau."

Sesil tersenyum tipis. "Akulah yang beruntung. Karena aku akan segera resign dan sepenuhnya diam di rumah mengurusi keluarga kecilku. Aku berangkat, sebaiknya kamu pulang dan jangan menungguku. Mungkin saja aku akan menginap diluar bersama calon suamiku," ucap Sesil yang memang selalu menggoda sahabatnya yang belum memiliki kekasih.

"Ha! Dasar."

Setelah turun dari taksi, Sesil mendapatkan panggilan telepon dari Bara.

Sesil : Hallo, sayang. Apa ka---.

Bara : Sepertinya makan malam kali ini kita cancel dulu. Aku masih harus bersama klienku. Kamu mengerti, kan? Aku baru saja akan direkomendasikan untuk naik jabatan, jadi aku harus pandai mencari muka di depan atasanku.

Sesil jelas merasa kecewa, tetapi ia juga tidak mungkin memprotes kekasihnya hanya karena makan malam mereka dibatalkan. Apalagi alasan Bara bisa diterima olehnya. Ia harus terus mendukung karir Bara, karena setelah menikah ia tidak akan bekerja dan menghasilkan uang lagi.

Sesil : Oh iya, tidak masalah. Kita bisa makan malam next time. Kamu jangan sampai lupa makan.

Bara : Ok. Aku akan makan di rumah nanti. Aku akan tutup teleponnya.

Sesil menghembuskan napas panjang. Karena sudah terlanjur reservasi, pada akhirnya Sesil memutuskan untuk makan sendiri saja.

Sudah sekitar hampir satu jam, Sesil baru bisa menghabiskan makan malamnya. Ia terlalu sibuk dengan pemikiran kecewa yang hanya bisa ia tahan dalam hatinya.

'Aku tidak boleh egois, kesibukan Bara juga demi masa depan kita berdua. Mending aku beliin dia makan, dan mampir sebentar ke apartemennya. Syukur-syukur Bara juga udah pulang,' batin Sesil.

Saat keluar dari restoran, Sesil bertemu dengan Raffael yang sedang menunggu sopirnya mengambil mobil di area parkir.

"Tuan?" sapa Sesil yang lebih dulu melihat adanya Raffael. "Tuan habis makan malam dengan Mr. Joe?"

Raffael masih terdiam melihat Sesil yang cukup berbeda dengan apa yang biasa ia lihat sehari-harinya. Biasanya Sesil selalu mengenakan rok sebatas lutut, dipadukan dengan blouse atau kemeja tangan panjang, riasan wajah yang natural juga rambut yang tidak pernah diurai.

Dan malam itu, Raffael nampak melihat Sesil dengan sisi yang berbeda. Dress tanpa lengan berwarna maroon yang kontras dengan kulit cerahnya, dengan panjang diatas lutut. Ditambah dengan riasan wajah yang mempertegas kecantikan Sesil, juga rambut panjang yang diurai menambah nilai elegan dan juga terlihat begituseksi.

"Tuan?" Sesil melambaikan tangan di depan wajah Raffael.

"Ha? Ya! Saya baru saja makan malam dengan Mr. Joe. Kamu datang dengan tunanganmu?" tanya Raffael yang sekaligus ingin membayar rasa penasarannya akan sosok pria tunangan sekretaris pribadinya itu.

"Mm ---" Sesil ragu untuk menjawab yang sebenarnya, apalagi pada bosnya sendiri.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 82 Ending   11-15 14:19
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY