Sebelum mereka pergi meninggalkanku sendiri disini, mereka menjodohkan ku dengan laki laki pilihan mereka.
Memang sikapnya sangat manis, membuat siapa saja yang menjadi pasangannya akan merasa sangat beruntung. Dia tak pernah meninggikan suara saat berbicara, tak pernah membuatku merasa terbebani, namun satu kekurangannya. Dia tak mahin memuaskan pasangan di atas ranjang.
Selama ini tuhan belum menitipkan benih cinta dalam rahimku, entah mengapa, dia pun tak banyak meminta. Kami pasrahkan semuanya pada tuhan yang maha kuasa.
Sebagai istri yang baik, aku selalu berpura pura mendesah agar suamiku mengira bahwa aku menikmati setiap permainannya. Namun lama lama aku pun merasa jenuh dan bosan.
Aku mencoba mencari tahu tentang apa yang tengah ku alami dengan dokter pribadiku, setelah melalui beberapa pemeriksaan, nyatanya organ intim dan rahimku sehat, tak ada kurang suatu apapun.
"Apa masalahnya terletak pada Mas David?" gumam ku.
Seperti biasa malam ini Mas David mulai menggerayangi tubuhku, meminta sesuatu yang tak pernah memuaskan ku.
"Ck.. Mas!"
Untuk pertama kalinya aku malas melayani Mas David, ku belakangi tubuhnya menghadap jendela kaca berukuran besar di sudut kamar tidur kami.
"Ada apa? Apa hari ini kamu kelelahan?" tanya Mas David.
"Hmm.." jawabku singkat.
"Ya sudah, tak apa.. Mas ngerti," balasnya seraya melingkarkan lengan kekarnya di pinggang ramping ku.
Sesekali jari Mas David menyentuh area sensitif ku, membuat libidoku memuncak.
Namun jika ku minta dari Mas David, tak akan kurasakan kepuasan yang selama ini ku cari.
"Aaargghh.. Sialan!" umpat ku.
Ku lepaskan pelukan Mas David, lantas beranjak menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Glek.. Glek.. Glek..
Ku habiskan segelas penuh air putih yang ku ambil hingga tandas tak tersisa.
Ku hempaskan bokong padat ku di atas sofa ruang TV, rasanya malas sekali melihat suamiku yang ku anggap sangat egois dalam hal seperti ini.
Ku nyalakan televisi, kulihat jam menunjukan pukul 01.00 dini hari, tak sengaja channel televisi menayangkan adegan panas, seketika mataku terpaku ke layar televisi tersebut.
Libidoku perlahan naik kembali, mataku tak lepas menyaksikan adegan demi adegan yang diperankan oleh sepasang manusia yang tengah dimabuk asmara.
Tak terasa tanganku refleks meraba setiap inci area sensitif ku yang mulai basah oleh cairan alami.
Pikiranku gelap, aku tak peduli jika nanti seseorang memergoki ku melakukan hak seperti ini.
Ku lebarkan sedikit kakiku agar jemariku menjangkau belahan sensitif milikku.
"Aaahh..." tak terasa desahan keluar begitu saja dari mulutku.
Sensasinya jauh berbeda dengan apa yang sering dilakukan Mas David terhadapku.
Aku menginginkan lebih dari ini. Akal ku semakin tak waras, ku buka celana dalam ku yang menghalangi aksi jemariku.
Ku mainkan daging kecil yang merupakan puncak sensitif vaginaku.
Ku buka lebar lebar kakiku, kumainkan klitorisku sambil menatap layar televisi yang masih menayangkan adegan panas.
Hingga vaginaku dipenuhi oleh cairan hangat. Ku masukkan satu jariku yang kebetulan tadi siang baru ku potong kukunya di salon langganan.
"Aaaaggghhh..."
Benar benar nikmat, kenikmatan yang baru ku rasakan selama aku melayani Mas David.
Ku naikkan tempo kocokan ku, hingga tubuhku menggelinjang.
Tak puas disitu saja, ku masukkan dua sekaligus jariku agas semakin terasa pergerakannya.
Ku naikkan kembali tempo kocokan ku mengikuti siaran yang tengah ku tonton, hingga posisiku kini sudah terlentang dengan membuka kedua kaki ku lebar lebar.
"Aaa... Aaahhhh... Ssshhh... Aaahhh..."
Aku terus saja mendesah merasakan kenikmatan yang ku buat sendiri. Hingga sepertinya sesuatu akan keluar dari dalam lubang vaginaku.
"Aaaaahhhhh.... Ssshhh...."
Seluruh tubuhku seperti tersetrum oleh jutaan volt listrik. Kurasakan denyutan pada lubang vaginaku, karena kedua jari ku belum ku keluarkan dari dalam sana.
Sangat nikmat, sangat berbeda jauh dengan apa yang selalu Mas David lakukan terhadap ku.
Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti malam ini.
Ku kenakan kembali CD yang menutupi segitiga tak berbulu ku. Gegas ku langkahkan kaki menuju kamar, aku takut Mas David curiga terhadapku.
Malam ini aku tidur sangat nyenyak. Pengalaman tadi merupakan pengalaman pertamaku setelah sekian tahun tak pernah mendapatkan orgasme dari pasangan sah ku.
Esoknya..
"Sayang, kok kamu keramas sih pagi ini? Padahal semalam kan kita gak jadi ngapa ngapain," ungkap Mas David seraya memelukku dari belakang.
"Memangnya keramas harus ngapa ngapain dulu gitu?" tanyaku balik.
"Ya ga gitu sih sayang, hmmm... Rambut kamu wangi," ucap Mas David mengendus endus rambutku yang masih sedikit basah dengan penuh nafsu.
"Ck. Mas, apaan sih, aku lagi masak ini," balasku.
"Iyaa, Mas tau kamu lagi masak, yang enak ya.. Biar sekalian kamu nanti ku lahap juga," balas Mas David seraya mencubit gemas bokongku yang menurutku tak besar besar amat.
Aku hanya memutar bola mata malas.
Sarapan sudah tersaji, ku buatkan nasi goreng telor ceplok khusus untuk Mas David, sedangkan untukku hanya sereal dan susu, menu yang biasa ku makan setiap sarapan.
"Enak sayang, makasih ya," ucap Mas David di sela ritual sarapannya.
Aku hanya membalas dengan senyuman.
Piring telah kosong oleh menu sarapan, seperti biasa Mas David selalu menghargai usaha istrinya yang setiap pagi membuatkannya menu sarapan.
"Mas berangkat ya sayang, cup" pamit Mas David seraya mengecup lembut keningku. Ritual yang setiap hari tak pernah absen dia lakukan.
"Iya Mas, hati hati, bekalnya sudah ku siapkan di mobil," balasku.
"Makasih sayang,"
Gegas aku kembali menuju dapur untuk membereskan kembali sisa sisa sarapan tadi.
Namun tak lama sepasang tangan kekar memeluk tubuhku dari arah belakang.
"Loh Mas, kok gak jadi berangkat?" tanyaku.
"Mas kangen sama kamu, boleh ya," pintanya.
Tanpa menunggu persetujuanku, Mas David menggendongku hingga posisiku di atas meja makan yang kokoh.
Aku sedikit heran, tumben sekali Mas David melakukan ini, apa karena semalam aku menolaknya.
Lidah kami saling bertaut, kali ini aku sampai kewalahan dengan aksinya yang sedikit kasar.
Dengan cepat dia membuka seluruh kancing bajuku hingga dua gunung kembar ku yang berukuran 34B menyembul keluar.
Tak ia sia siakan kesempatan ini, dihisapnya puting kemerahan milikku hingga aku menggelinjang kenikmatan.
Lidahnya menyapu setiap inci bagian tubuhku, hingga sampai didepan segitiga bermuda ku yang masih berbalut hotpants.
Ia gesekkan satu jarinya hingga aku merasakan geli yang teramat sangat.
"Aaaah... Geli Mas," racauku.
Dengan brutal ia melepaskan hotpants ku hingga terlihatlah vagina tanpa bulu yang selama ini selalu memuaskan hasratnya.