/0/13125/coverbig.jpg?v=d3a7aa69fefa9c0f73e181f195c835a5)
Lahir dengan takdir yang tak beruntung, membuat Belle harus selalu menerima kenyataan pahit. Namun, semua tak berakhir begitu saja. Belle menemukan cahaya, tentang sebuah pembalasan kepada mereka yang telah berani menorehkan luka. Belle bangkit dari keterpurukannya bersama Albara. Cinta, persahabatan, keluarga, Belle tak lagi mempercayai semua itu. Hanya satu, Albara sang penyelamat hidup yang terus mendukungnya. Akahkah keduanya hidup bersama? Apa Belle bisa menerima Albara sepenuhnya? Siapa lagi yang akan memberinya luka pedih?
Gadis itu perlahan mulai menjauh.
Tetesan darah mengalir dari kening dan lengannya.
Matanya menatap tajam pada tongkat yang baru saja membuatnya terluka, tepat pada bagian wajah itu.
Wajah yang akan selalu diingatnya, senyum tipis tersirat dalam bibir dengan goresan luka.
"Bahkan, dia bukan manusia!" pekik hatinya.
Air matanya mengalir menghujani pipi yang memang sudah basah sedari tadi.
Bahkan seluruh tubuhnya basah kuyup.
Livia menatap anak tirinya, Belle dengan tatapan tajam dan tangan yang masih memegang erat tongkat yang ujungnya telah di penuhi darah.
Lantai sudah ada jejak darah.
Namun, hatinya masih belum puas. Kekesalannya masih belum sepenuhnya terlampiaskan.
Sejenak ia berpikir, penyiksaan apa lagi yang harus dilakukannya kepada sang anak tiri.
Eleird baru saja pulang dari luar kota setelah perjalanan bisnis yang ia lakukan terselesaikan.
Di pinggir toko, ia samar melihat sosok putrinya.
Eleird membubarkan lamunannya.
Bahwa tidak mungkin, anaknya akan makan di pinggir toko dengan raut wajah ketakutan.
Eleird hendak memacu mobilnya pergi.
Gadis itu berdiri membuang bungkus roti di tempat sampah tak jauh darinya.
Eleird memperhatikan dengan seksama, itu benar putrinya.
Eleird langsung turun dari mobil dan menghampiri Belle.
"Belle!" panggilnya.
Betapa terkejutnya Eleird ketika mendapati gadis yang makan di pinggiran itu ternyata benar putrinya, dari istri pertama.
Sontak ia berlari memeluk putrinya dengan erat, seketika tangis itu pecah.
Seakan banyak hal yang telah terjadi kepadanya, Eleird mengusap air mata Belle dan membawanya masuk ke mobil.
Eleird pergi ke seberang jalan untuk membeli air minum, kemudian kembali ke mobil dan memberikannya kepada Belle.
"Apa yang terjadi, Nak!" tanyanya.
Eleird Meletakkan tangannya di kepala Belle.
Belle meminum air yang diberikan Ayahnya, "Shhkk, a-aku lapar ...."
Eleird segera menyalakan mobilnya menuju sebuah restoran.
Di sana ia membelikan beberapa makanan untuk Belle.
Eleird menatap wajah putrinya yang makan dengan lahap, seperti seseorang yang tidak makan beberapa hari.
Hatinya terkikis, ingin tahu apa yang terjadi dengan putrinya.
"Belle, ada apa?" Eleird bertanya, "kenapa makan di pinggir seperti tadi? Di rumah tidak ada makanan?"
Belle kembali menangis dengan tersedu-sedu, ia menceritakan semua yang terjadi kepadanya dan sikap Ibu tirinya.
Hanya Ayahnya yang mau mendengarkan keluh kesah dan tangisnya.
Mentalnya sangat terguncang dan rahang itu semakin terlihat jelas.
Entah berapa lama dia belum makan.
Eleird terdiam, setelah putrinya selesai makan ia membayar bill dan beranjak pulang.
Tangannya mengepal sudah siap untuk sampai ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia malah mendapati istri-putranya Reval sedang asik makan dan tertawa.
Mereka tak memikirkan Belle sama sekali.
Eleird duduk di sofa meremas dengan erat jaket yang ada di tangannya.
Livia membelalak tak percaya ketika Belle pulang bersama Eleird.
Namun, ia tetap yakin sepenuhnya jika suaminya akan tetap menyalahkan Belle.
Terlebih lagi, Livia telah memberinya anak laki-laki yang siap menjadi penerusnya.
Belle dan Reval naik ke kamar mereka masing-masing.
Livia mendekati Eleird dan duduk di sampingnya, merangkul tubuh itu dengan lembut.
Eleird berdiri, jaket yang ia pegang juga disingkirkan.
Tangannya yang sudah panas sedari tadi, menampar pipi kanan istrinya dengan keras.
'Plakkk'
"Dasar bodoh ... beraninya kau melakukan itu kepada anakku!" teriak Eleird kepada Livia, istrinya.
"Apa yang kau lakukan ... kau menamparku?" bentak Livia tak terima.
"Sejak awal kita sudah membuat kesepakatan bukan, dan kau juga berjanji akan merawat Belle seperti anakmu. Tapi, mulutmu hanya penuh kebohongan saja!" tegasnya. Sembari mencengkram tangan kanan Livia.
Bagaimana rasanya jika seseorang yang kita sayang ternyata milik orang lain? Sakit! Belle tak menyangka, pertolongan Albara akan membuatnya jatuh cinta. Pria itu tak sekedar memberinya kenyamanan, namun kebahagiaan. Kendati demikian, fakta bahwa Albara sudah berkeluarga tak bisa dielakkan. Belle terjatuh lagi, tapi kali ini ia sendiri. Di satu sisi ia tak bisa menghentikan cintanya, tapi di sisi lain seorang istri menuntut suaminya kembali. Siapa yang akan dipilih Albara? Apakah Belle sanggup menahan rasa sakit karna istri Albara? happy reading xanders~
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."