Unduh Aplikasi panas
Beranda / Modern / Istri yang ku sia-siakan ternyata kaya raya
Istri yang ku sia-siakan ternyata kaya raya

Istri yang ku sia-siakan ternyata kaya raya

5.0
54 Bab
33.7K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Akram selamat ya atas kelahiran anak kalian. Mama sudah melihat fotonya dan dia cantik sekali mirip seperti mamanya. Akhirnya cucu pertama mama lahir juga." Arumi mengerutkan dahi membaca pesan yang ibu mertuanya itu kirimkan ke nomor sang suami, Akram. Cucu pertama? Kelahiran anak? Apa maksudnya? Sedangkan cucu pertama Elina jelas-jelas Ayumi, anak pertamanya dan Akram.

Bab 1 Kecurigaan Arumi

"Akram selamat ya atas kelahiran anak kalian. Mama sudah melihat fotonya dan dia cantik sekali mirip seperti mamanya. Akhirnya cucu pertama mama lahir juga."

Arumi mengerutkan dahi membaca pesan yang ibu mertuanya itu kirimkan ke nomor sang suami, Akram. Cucu pertama? Kelahiran anak? Apa maksudnya. Sedangkan cucu pertama Elina jelas-jelas Ayumi, anak pertamanya dan Akram.

"Apa maksud pesan yang mama kirimkan? Apa mas Akram diam-diam punya anak dari perempuan lain? Tapi selama ini tingkah mas Akram terlihat biasa-biasa saja dan sama sekali nggak mencurigakan. Sikap mas Akram juga begitu manis kepada aku. Bahkan dia sangat perhatian kepada aku. Apa dia sengaja memperlakukan aku seperti itu untuk menutupi kebusukannya," Arumi membatin dalam hatinya.

"Aku harus mencari tahu."

"Arumi kamu ngapain pegang-pegang hp mas?" nada suara Akram terdengar seperti orang marah dan merampas ponselnya yang ada di tangan Arumi dengan kasar.

"Itu mas, tadi hp kamu bunyi. Mau aku berikan ke kamu tapi kamunya lagi di kamar mandi," alibi Arumi.

"Padahal aku cumah pegang ponselnya tapi kenapa nada suara mas Akram seperti nggak suka begitu ya. Aku jadi semakin yakin ada yang mas Akram sembunyikan dari aku selama ini."

"Kenapa mas? Kamu marah yah aku pegang-pegang ponsel kamu?" Arumi pura-pura memasang wajah bersedih.

"Nggak kok sayang. Mas nggak marah. Lagi pula buat apasih kamu mainin ponsel mas? Kamu kan buta dan nggak bisa melihat. Mana bisa kamu mainan ponsel."

"Kamu nggak tahu aja kalau aku sudah bisa melihat kembali mas dan aku akan memanfaatkan situasi ini untuk mencari tahu apa yang kamu sembunyikan di belakang aku selama ini."

"Sayang, setelah ini apa mas boleh keluar?"

"Memangnya kamu mau kemana mas?"

"Mau ke rumah sakit lah," jawab Akram keceplosan.

"Rumah sakit? Kamu ngapain mau ke rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?" Arumi langsung menyerbu Akram dengan beberapa pertanyaan.

"Sial, aku pakai acara keceplosan lagi," Akram merutuki dirinya sendiri dalam hatinya.

"Ehm.. itu.. anu.."

"Itu apa mas? Siapa yang sakit?"

"Istri sahabat mas baru saja melahirkan. Anaknya perempuan. Anaknya lucu banget sayang. Rencananya mas mau datang ke sana menjenguk istri sahabat mas," ucap Akram dibumbui dengan kebohongan tentunya.

"Kalau begitu aku ikut ya mas."

"Kamu di rumah aja. Kalau kamu ikut terus Ayumi bagaimana?"

"Kan ada bi Inah mas. Jadi Ayumi nggak sendiri. Lagi pula kamu kan punya istri mas, masa perginya sendiri."

Akram mendengus kesal mendengar jawaban Arumi.

"Yasudah kamu boleh ikut."

"Makasih ya mas. Aku mau ganti baju dulu sebentar."

"Mas tunggu di luar."

Arumi menganggukan kepala.

Akram berlalu keluar kamar.

****

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam," semua menatap ke arah pintu ruangan yang memperlihatkan Akram datang sambil mendorong kursi roda Arumi.

Raut wajah Elina langsung berubah menjadi tidak suka begitu melihat Arumi juga ikut bersama Akram. Cepat-cepat ia berjalan mendekati Akram dan menarik pergelangan tangan Akram sedikit menjauh dari Arumi.

"Mama kan sudah bilang kalau kamu mau datang, datang aja sendiri. Ngapain ngajak sih buta dan cumah tamatan SD itu?" bisik Elina. Supaya Arumi tidak akan mendengar, padahal Arumi mendengar apa yang Elina katakan barusan.

"Sebenarnya Akram juga nggak mau ma. Tapi dia maksa. Kalau Akram nggak menuruti kemauan dia, nanti dia curiga," Akram balas berbisik.

"Ternyata begini kelakuan kamu di belakang aku mas," Arumi tersenyum miring. Dia jadi semakin yakin Akram tidak sebaik apa yang ia pikirkan selama ini.

"Mas Akram, di mana istri sahabat kamu mas? Aku ingin memberikan ini," Arumi menunjukkan parcel buah-buahan yang ia pegang.

Akram memutar kedua bola matanya dan melangkah mendekati Arumi. Mendorong kursi roda wanita itu mendekati ranjang rumah sakit yang saat ini ditempati oleh Syafa.

"Maaf ya, cumah ini yang bisa aku berikan untuk kamu. Aku harap kamu mau menerimanya. Aku juga ingin mengucapkan selamat atas kelahiran anak kalian," Arumi memberikan parcel buah-buahan itu pada Syafa yang langsung diterima oleh Syafa.

"Makasih banyak ya kamu sudah mau datang jengukin aku. Jadi ini istri kamu Akram? Kok bisa laki-laki setampan kamu suka sama perempuan buta yang pastinya nggak bisa apa-apa dan hanya menjadi beban?"

"Wah, iya juga ya. Secara nggak langsung berarti aku hebat dong. Cumah perempuan buta dan nggak bisa apa-apa tapi dapat suami setampan mas Akram. Itu tetangga aku nggak buta dan rupanya cantik dapat suami orang. Kasihan, cantik-cantik tapi sukanya sama suami orang."

Syafa langsung terdiam. Kenapa dia jadi tersindir mendengar perkataan Arumi barusan.

"Kamu tahu nggak apa alasan suami selingkuh dari istrinya? Itu karena istrinya punya kekurangan. Coba kalau istrinya sempurna, pasti suaminya nggak akan mencari perempuan lain karena buat apa? Orang istrinya sudah luar biasa. Dia cari perempuan lain untuk mendapatkan apa yang dia mau yang nggak bisa diberikan sama istrinya," sahut Mia, kakak perempuan Akram.

"Nggak juga ah. Mbak Mia cantik, lulusan sarjana, pintar, nggak buta, tapi kok suaminya main belakang sama perempuan lain? Berarti kekurangan istri bukan alasan yang membuat suami selingkuh. Tapi kurangnya rasa bersyukur dan maruk. Sudah diberi istri yang setia, tulus, baik tapi malah disia-siakan demi pelakor. Itulah namanya laki-laki nggak tahu diri."

"Jaga ucapan kamu ya. Mas Adit nggak seperti yang kamu bilang," seru Mia tidak terima dengan nada sedikit membentak.

"Mbak Mia gimana sih, katanya lulusan sarjana dan cerdas. Tapi kok mau aja dibodohi suami sendiri?"

"Kenapa bawa-bawa lulusan terus? Kamu iri ya karena kedua anak saya lulusan sarjana. Sedangkan kamu, cumah lulusan SD. Saya tau kamu sengaja memanas-manasi Mia supaya hubungan Adit dan Mia menjadi berantakan. Adit itu cinta mati sama anak saya. Jadi mana mungkin dia selingkuh," sambar Elina.

"Sudah-sudah. Kamu juga Arumi, bisa nggak sih sehari aja kamu jangan membuat keributan. Mas perhatikan sikap kamu semakin hari semakin kurang ajar sama mama dan mbak Mia. Seperti nggak punya sopan santun sama yang lebih tua," Akram menengahi perdebatan ketiganya.

"Mas sampai malu melihat kelakuan kamu yang begini. Nanti orang-orang pada mikir suaminya nggak bisa mengajari istrinya sopan santun kepada yang lebih tua. Padahal kamunya aja yang susah dibilangin."

"Aku akan bersikap sopan tapi sama orang yang berkelakuan sopan pula mas. Bukan suka merendahkan apalagi suka nyinyir kepada orang lain. Semakin didiamkan semakin semena-mena pula mereka. Aku bukan jalan raya yang hanya diam saja ketika diinjak-injak. Aku manusia."

"Sebaiknya kita pulang sekarang."

"Itu lebih baik. Aku juga malas lama-lama di sini."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 54 ENDING   08-24 09:50
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY