Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Istri Kesayangan Tuan Mafia
Istri Kesayangan Tuan Mafia

Istri Kesayangan Tuan Mafia

5.0
79 Bab
16.5K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Sebuah peristiwa besar terjadi dalam kehidupan Reynand, memaksa tuan muda itu meninggalkan istrinya yang tengah berbadan dua. Satu tahun kemudian ia kembali, setelah mendengar kabar pernikahan istrinya bersama sang mantan kekasih. Reynand murka, ia melampiaskan tanpa batas pada Reza. Ancaman pun dilayangkan pada Bram, yang tak lain adalah ayah kandung Keisha. Reynand bersumpah membalaskan semua kejadian satu tahun lalu pada setiap orang yang terlibat, dan tak mengizinkan untuk seujung rambut istrinya tersentuh siapa pun, termasuk diri Bram sendiri. Banyak fakta terbuka lebar kala Reynand kembali. Termasuk kehamilan sang istri, yang semakin membuatnya murka.

Bab 1 Kembalinya Reynand

Sebuah mobil sport hitam membelah jalanan malam dengan kecepatan tinggi, diikuti oleh deretan sedan mewah di belakang. Hotel bintang lima menjadi tujuan dari mereka, setelah kabar mengejutkan menyeruak dalam telinga pentolan mafia, yang kini memimpin di depan.

Reynand Abrizam, lelaki berparas tampan itu tak berpikir lebih lama, kala kabar tentang upacara pernikahan merasuki pendengaran. Tepat tiga jam sebelum Reynand menginjakkan kaki di bandara pribadi, panggilan masuk dari sahabat baiknya telah berhasil menyulut emosi.

Bergegas penguasa dunia bisnis juga kegelapan itu mengaspal bersama anak buahnya, tanpa lupa untuk menurunkan titah pada yang lain, agar lebih dulu mendatangi lokasi hendak dijadikan saksi terucapnya janji suci, yang kini sudah mulai terlihat oleh kedua mata tajam Reynand.

Lelaki itu mengabaikan penjagaan di depan, menerobos masuk tanpa mengurangi kecepatan. Tubuh-tubuh dari pria bersenjata yang coba menghadang, ditabrak dan dilindas oleh keempat roda mobil sport Reynand, diikuti oleh seluruh anak buahnya.

Ballroom menjadi tujuan akhir, Reynand menjelajahi lantai mengilat untuk bisa berlabuh di tempat sudah penuh tamu undangan. Bahkan, setiap insan yang ada di atas lantai menuju ballroom diabaikan, beserta caci maki tertuju padanya.

Sebuah ruangan memiliki dua pintu tinggi terbuka lebar, diterobos oleh Reynand dengan mobilnya. Suasana dalam gedung yang semula hening, berubah histeris akan teriakan-teriakan dari para undangan yang ada. Semua kocar-kacir menjadi dua bagian, tatkala kendaraan masih ditempati empunya itu berhenti di tengah ruangan.

Dua orang tengah berdiri di depan, turut kaget dan membesarkan pupil mata. Terlebih, adalah perempuan bergaun pernikahan putih berekor panjang, yang kini menyipitkan kedua mata, sekedar mempertajam penglihatan demi memastikan wajah di balik kaca kendaraan.

“Rey?!” Membeliak perempuan cantik bernama Keisha Veronica, begitu mengetahui pasti siapa yang duduk di balik kemudi.

Mempelai pria pun tak kalah kaget, begitu nama tak ingin didengar, justru melesat dalam pendengaran. Reza, lelaki bersetelan jas putih itu menoleh pada kedua orang tua, serta calon mertuanya. Wajah semula penuh dengan rona bahagia, sekarang berubah cemas seketika.

Apa lagi, saat kaki Reynand sudah menginjak lantai marmer putih ruangan, dan berhasil memancing keributan dari orang-orang yang sangat mengenali siapa dirinya. Reynand berdiri gagah di samping mobil, mengancingkan jas tanpa melepaskan pandangan dari Keisha.

“Bawa semua orang keluar dari sini!” Titah lelaki pemilik tinggi 188 sentimeter tersebut, pada anak buah yang tak ditoleh sama sekali.

Pria-pria bertubuh besar segera menjalankan perintah, menggiring semua orang meninggalkan ruangan telah dihias cantik oleh mawar putih. Reynand mengayunkan langkah kaki lebar mendekati Keisha, refleks tangan Reza menarik pergelangan calon istrinya dan menyembunyikan di balik tubuh.

“Apa lagi yang Anda inginkan sekarang?! Apa semua belum cukup, sampai Andra harus datang dan menghancurkan pernikahan kami?!” sembur Reza, seketika langkah Reynand terhenti di hadapannya.

Lelaki bersetelan jas hitam itu menarik ujung bibir kanan atas, menelisik seseorang yang mengintip ke arahnya. “Bukankah ini sangat mengagumkan, Keisha? Kau menikah dengan mantan kekasihmu, dan menggelar acara mewah tanpa rasa malu!”

“I—ini semua tidak seperti yang ka—“

“Jangan menekannya lagi! Pergilah, atau semua orang yang ada di sini akan menghabisi Anda, tanpa sisa!” sela Reza, memenggal kata gagap Keisha.

Reynand dengan wajah santai menoleh, beredar pandangan ke sekeliling ruangan. “Aku tidak menemukan siapa pun yang bisa melakukan hal itu.” Kedua pundak terangkat, beriringan dengan bibir melengkung ke bawah.

“Anda memang orang tidak tahu malu, Tuan Reynand! Bisa-bisanya Anda datang kemari dan membuat keributan, setelah meninggalkan Keisha demi perempuan lain!” seru Reza.

“Pergilah, jangan pernah mengusik kehidupan Keisha lagi. Saya tidak akan membiarkan Anda menyentuh Keisha, bahkan jika itu hanya seujung rambutnya! Dia adalah istri saya, dan saya harap Anda masih memiliki sedikit rasa malu, untuk tidak lagi menemui dan mengusik kehidupannya! Biarkan Keisha bahagia, tanpa ada gangguan dari iblis gila seperti, Anda!” imbuh Reza, masih dengan penekanan sama.

“Aku tidak melihatnya bahagia bersamamu. Dia justru bahagia saat melihatku. Bukan begitu, Keisha?” Reynand menyeringai tipis, mengintip tempat persembunyian perempuan cantik di hadapannya.

“Percaya diri memang sangat baik. Tapi, terlalu percaya diri juga sangat menjijikkan!” ejek Reza. “Jangan pernah berani menatap istri saya, atau—“

“Atau, kau akan menghabisiku?” penggal Reynand, lalu menoleh ke sisi lain ruangan.

“Lihatlah, mereka bahkan tidak bisa bergerak untuk melawan anak buahku. Lalu, bagaimana bisa kau melawanku?” Kedua alis Reynand terangkat bersamaan. “Singa, tidak pernah takut dengan ancaman semut! Kau, mengerti?!”

“Anda terlalu tinggi menilai diri. Sampah seperti Anda, hanya pan—“ Lagi-lagi perkataan Reza terpenggal. Kali ini, bukan kalimat yang menyergap, melainkan kepalan tangan mendarat pada wajah kiri.

“Terlalu banyak bicara, itu akan membunuh dirimu sendiri!” berang Rehnand, mencengkeram kerah kemeja Reza dan memukul wajahnya bertubi.

Tubuh Reza tak dilepaskan, bahkan saat lelaki itu sudah terdorong dengan hujan bogem mentah tanpa jeda. Reynand membenturkan punggung Reza ke dinding, menekan leher lelaki itu sampai tubuh terangkat tinggi. “Kau hanyalah sampah busuk tidak berguna!” tekan Reynand, melemparkan tubuh Reza layaknya itu adalah sampah.

Reza memekik kesakitan, kala ia terbanting kencang di lantai. Teriakan dari Keisha juga ibunda Reza menggelegar, namun Reynand tidak memedulikan. Tuan muda itu berjalan menghampiri Reza, berdiri tepat di samping pinggang dan membungkuk. Kerah kemeja kembali diangkat, sport mata mematikan ditunjukkan jelas oleh Reynand.

“Kesalahan pertama yang kau lakukan, adalah kau menikahinya!” erang Reynand, memukul batang hidung Reza hingga kepala belakang terbentur ke lantai.

“Kesalahan kedua, adalah kau menyentuhnya!” timpal tuan muda sudah terbakar amarah tersebut, memukul sekali lagi pada bagian mata kiri Reza.

“Kesalahan paling fatal, adalah kau menghina dan mengancamku dengan mulut sampahmu!” Reynand mengangkat lebih tinggi tangan ke samping, sebelum akhirnya otot-otot terkumpul pada kepalan, menghantam paras di bawahnya bertubi.

Wajah Reza sudah tak lagi berbentuk seperti sedia kala, darah segar mengucur dari hidung serta mulut. Reynand bak orang kesetanan, terus saja menghajar tanpa peduli akan lawannya yang sudah tak memiliki kesadaran.

Keisha tidak lagi bisa diam, ia memaksa kaki bekunya untuk berlari. Mendorong sekuat tenaga tubuh Reynand, sembari berteriak agar semua perbuatan dihentikan. “Cukup, Rey! Jangan memukulnya lagi, dia bisa mati!”

Reynand bertambah berang, menoleh ke arah Keisha dan mengempaskan kepala Reza begitu saja, hingga benturan kuat terdengar. “Kau ... kau membelanya di depanku?!” Melotot kedua mata memerah Reynand.

“Berapa kali harus aku katakan, jangan pernah membela laki-laki lain di depanku!” teriaknya sangat kencang.

“Kau sudah mengkhianatiku, dan sekarang kau membelanya?! Apa kau sudah benar-benar gila, Keisha?!”

“HENTIKAN!” Terdengar suara kencang dari arah lain, beriringan dengan letusan pistol.

“REY!” histeris Keisha.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY