/0/13460/coverbig.jpg?v=d8931491bc8a0b6ce85be8a2dcf10733)
Blurb Sebuah sindikat perdagangan manusia, yang dipimpin oleh Andrey, berniat balas dendam terhadap rivalnya di masa lalu. Dengan menculik salah satu putri kesayangan Dicky Prasetyo seorang pengusaha kaya raya yang sukses. Andrey, sengaja mengulur waktu penyekapan Flamboyan Prasetyo hingga satu minggu, dengan harapan akan mendapat sejumlah uang tebusan dengan angka fantastik. Namun, ternyata sindikat tersebut salah sasaran, dengan menculik Flamboyan Prasetyo yang ternyata anak dari pembantu keluarga Dicky Prasetyo, yang sudah dirawatnya sejak kecil. Sedangkan target yang sebenarnya mereka incar adalah Kirana Prasetyo putri cantik Dicky Prasetyo yang mengalami difabel daksa, yang kebetulan saat penculikan terjadi dia sedang liburan bersama ibunya di luar kota. Bramastyo Hartawan kekasih Flamboyan Prasetyo berusaha untuk membebaskan kekasihnya, sebab sudah tiga hari Dicky Prasetyo yang berusaha melacak keberadaan putrinya pun tidak ada kabar beritanya. Demi nyawa Flamboyan Prasetyo yang berada di ujung tanduk, dan demi keselamatan calon mertuanya segala macam cara dia lakukan. Apa yang akan dialami Flamboyan Prasetyo ketika penculiknya tahu bahwa mereka salah sasaran? Dapatkah Bramastyo Hartawan menyelamatkan Flamboyan Prasetyo dan mencari keberadaan Dicky Prasetyo? Bagaimana cara Bramastyo menyelamatkan mereka? Bagaimana akhir kisah cinta Bramastyo dan Flamboyan? Nantikan kisahnya hanya di Salah Target.
"Lepaskan! Tolooooong!" teriak seorang gadis muda kira-kira berumur dua puluh tahun.
Baru saja gadis itu membuka matanya, setelah entah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Matanya menyapu setiap sudut ruangan yang pengap dan kurang pencahayaan.
Hening. Tak ada suara apapun. Bahkan tak ada orang lain, selain dirinya di ruangan yang hanya berukuran 3 x 3 meter itu.
Dari balik tirai gorden jendela yang ada di pojok ruangan itu, temaram warna orange masih tampak sedikit terlihat. Pertanda saat itu hari masih sore.
Kembali netranya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ketika dirasa aman, perlahan dia menggeser tubuhnya, walau dengan kedua tangan yang terikat di belakang.
Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga. Kerongkongannya terasa kering. Tiba-tiba terdengar perutnya berbunyi.
Kruuuk! Kruuuk! Kruuuk!
Cacing-cacing di dalam perutnya, mungkin sedang mengamuk karena entah berapa lama perutnya tidak terisi makanan.
Di saat gadis itu mencoba menggeser tubuhnya, untuk sedikit merapat ke samping dipan yang berada di depannya, ada bagian lengan yang terasa perih, seperti disayat benda tajam.
Dalam remang cahaya lampu yang hanya lima watt, dia melihat ada luka sayatan kira-kira berukuran sepuluh centimeter.
Lengan atasan setelan piyamanya, motif bunga-bunga, warna merah muda, yang dia pakai pun sobek sepanjang luka itu.
Tiba-tiba dia merasa kepalanya nyut-nyutan. Begitu berat, pusing, dan matanya berkunang-kunang. Berulang kali gadis itu mengerjapkan matanya. Terasa ada yang mengganggu pandangannya.
Saat itu dia tersadar, di pelipis matanya pun ternyata bengkak. Seperti terbentur benda tumpul. Sayang, tangannya sedang terikat, sehingga dia tidak mampu meraba seberapa besar bengkak di matanya dan seberapa parah luka di lengannya.
Dari cermin di depan dipan yang saat ini tepat berada di hadapannya, dia melihat pelipis matanya lebam berwarna biru keungu-unguan. Benjolan kecil itu sangat mengganggu pandangannya.
"Sebenarnya aku di mana? Siapa yang membawaku? Apa motifnya? Mengapa?" gumamnya.
Berbagai pertanyaan tiba-tiba memberondong di benaknya, yang tak mampu dia jawab. Keningnya mengkernyit, mengingat-ingat kembali kejadian terakhir malam itu di kamarnya.
***
Malam itu hampir jam satu dini hari, saat dia tiba-tiba terbangun dan melihat sekelebat bayangan hitam mengendap-endap di samping kamarnya.
Di saat semua orang di rumah sudah terlelap, tiba-tiba mati lampu. Seketika gadis itu terbangun dari tidurnya.
Sebab dia dapat melihat sosok yang mengendap-endap itu, dari tirai gorden kamarnya yang mendapat pancahayaan dari sinar bulan. Kebetulan bulan menampakkan wajahnya, meskipun malam itu bukan malam bulan purnama.
Namun, dia yakin itu adalah sebuah kesengajaan. Karena dia melihat sorot lampu dari rumah tetangga yang masih menyala.
Biasanya dia tidur bersama kakak perempuannya. Namun, kakak perempuannya bersama ibunya sedang menghadiri undangan dari relasi bisnis ayahnya di luar kota.
Sengaja dia tidak ikut bersama mereka, karena esok pagi ada ujian semester di kampusnya. Belum selesai dia mengingat-ingat seluruh kejadian di malam itu, sebelum dia baku hantam dengan bayangan di malam itu, mendadak dia tersentak saat menyadari bahwa dia ada ujian akhir semester.
"Astaga! Sudah berapa lama aku di sini. Mengapa tidak ada orang sama sekali. Toloooong! Toloooong!"
Kembali gadis itu berteriak meminta pertolongan. Saat tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, seorang laki-laki dengan kumis tebal, kira-kira berumur empat puluh lima tahun masuk.
Kulitnya sawo matang, rambutnya ikal agak gonrong tidak rapi, pakaiannya lusuh, pandangannya tajam, dan bengis. Laki-laki itu menyodorkan sepiring nasi beserta lauknya dan segelas air putih.
"Diam! Jangan berisik! Makan dulu agar kamu tak cepat-cepat sekarat. Menyusahkan saja!" kata laki-laki berkumis tebal itu.
"Siapa kamu! Lepaskan aku! Mengapa kalian menculikku!" ucap gadis itu sambil meronta-ronta minta dilepaskan.
"Jangan banyak bertanya! Jangan berisik! Segera makan makananmu! Atau kau kumampuskan sekarang!" bentaknya.
Laki-laki itu mendekat, gadis itu beringsut dari tempat duduknya. Dalam panik dia sempat terdiam lalu berpikir.
'Aku yakin, dia hanya disuruh seseorang. Malam itu aku melihat bayangan beberapa orang. Jadi, tidak mungkin dia berbuat macam-macam kepadaku. Kalau aku jual mahal, pura-pura tidak mau makan, dari mana aku mendapat kekuatan untuk melawan mereka dan melarikan diri. Ah, aku ikuti saja dulu permainan mereka,' ucap batinnya.
Gadis yang berani dan cerdas. Laki-laki berkumis tebal itu semakin mendekat, lalu berhenti ketika gadis itu menghentikan gerakannya.
"Stop! Jangan mendekat!" serunya.
"Aku mau membuka ikatanmu. Bagaimana kamu bisa makan, kalau tanganmu terikat. Goblok!" ucap laki-laki itu kasar.
Setelah ikatan di kedua tangan gadis itu terbuka, segera dia melahap makanannya. Untuk ukuran seorang gadis mungil sepertinya, satu piring penuh nasi dengan satu potong dada ayam goreng, tumis kacang panjang, dua perkedel dan satu gelas besar, air putih seharusnya tidak habis.
Namun, dia melahap habis semua makanan itu, hanya dalam waktu beberapa menit saja. Lahap sekali dia, seperti seorang yang satu minggu tidak makan.
"Rakus sekali kamu! Kamu anak seorang konglomerat, makan seperti pengemis kelaparan!" ucap laki-laki berkumis tebal, yang menunggui gadis itu makan.
"Aku lapar. Sudah berapa hari aku di sini. Lepaskan aku. Aku ada ujian akhir semester. Ini menentukan masa depanku. Tolonglah! Apa salahku!" pinta gadis itu.
"Persetan! Bukan urusanku!" ketusnya.
Setelah gadis itu selesai makan, laki-laki itu kembali mengikatnya.
"Tolong lepaskan aku! Jangan ikat aku lagi. Paling tidak obati dulu lukaku. Aku kesakitan. Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku?" rengek gadis itu, menurunkan nada bicaranya, dengan tatapan memohon yang terlihat memelas sekali.
Tanpa banyak bicara dan tidak memedulikan rengekannya, laki-laki berkumis tebal itu langsung keluar dari ruang itu, sambil membawa gelas dan piring bekas makan gadis itu.
Gadis itu mendengkus perlahan. Kecewa saat rengekannya tidak digubris oleh laki-laki berkumis tebal itu. Perutnya terasa begah karena kekenyangan.
Hal yang sama sekali belum pernah dia lakukan selama hidupnya, makan bagai orang kesetanan. Sambil meringis menahan sakit, dia beringsut dari tempat duduknya mendekati jendela satu-satunya di ruangan itu.
Tiba-tiba kembali pintu ruangan itu terbuka. Laki-laki dengan kumis tebal itu kembali masukke sana. Laki-laki itu melotot menyangka gadis itu hendak melarikan diri.
"Hooey ... brengsek! Mau ke mana kamu. Jangan pikir kamu bisa melarikan diri. Semua tempat ini dijaga ketat. Tubuhmu juga terikat. Jangan paksa aku berbuat kasar. Keparat!"
Laki-laki berkumis tebal itu segera masuk dan menyeret gadis itu kembali ke tengah ruangan di dekat dipan. Lalu dia mengeluarkan kotak P3K.
Meskipun ucapan dan perlakuan laki-laki itu kasar, telihat dengan telaten dia mengompres luka lebam di pelipis mata gadis itu, lalu memberi obat merah dan memakaikan kain perban.
Hal yang sama juga dia lakukan dengan luka di lengan gadis itu. Sebelum keluar, kembali laki-laki itu mengancam dengan kata-kata kasar.
"Jangan macam-macam! Atau kau akan membusuk di ruangan ini selamanya. Aku bisa saja menghabisi nyawamu kapan saja aku mau. Tapi nyawamu terlalu berharga. Akan kutukar nyawamu dengan sebuah pulau berikut ratusan gadis cantik yang akan menghiburku setiap hari. Hahaha!"
Tawa laki-laki itu sungguh menjijikkan. Ingin rasanya gadis itu meludahi wajahnya. Setelah semua beres, kembali laki-laki itu melangkah keluar dan mengunci pintu ruangan itu rapat-rapat. Sayup-sayup terdengar percakapan laki-laki itu dengan seseorang melalui sambungan telepon.
"Sebenarnya siapa mereka? Apa maksud mereka menculikku?" gumamnya
***
Cinta tak akan pernah memilih kepada siapa ia akan berlabuh. Tak ada yang salah dengan cinta. Hanya terkadang, cinta datang salah tempat dan salah waktu saja. Demikian pun dengan cinta yang terjadi di antara Arjun Wira Mahendra dan Gea Sandi Pamukti. Mereka saudara tiri yang sama-sama keras kepala dan mau menang sendiri. Bagaikan kisah Tom dan Jerry, keduanya selalu ribut dan bertengkar. Mereka sama-sama dibawa oleh masing-masing orang tuanya. Arjun dibawa oleh papanya, sedangkan Gea dibawa oleh mamanya. Apa jadinya jika kedua saudara tiri yang awalnya selalu bertengkar dan selalu perang mulut setiap hari itu, akhirnya sama-sama jatuh cinta? Apakah orang tua mereka mengizinkan cinta mereka terus bersemi dan berlanjut ke jenjang pernikahan? Simak kisahnya di novel yang berjudul Jerat Cinta Saudara Tiri.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."