/0/13826/coverbig.jpg?v=b9694b788fabcfa6bad90cfb89c4f79c)
Dalam satu hari Rihana kehilangan calon suami dan juga pekerjaannya. Padahal ia dituntut untuk menghasilkan uang banyak, karena harus menjadi tulang punggung keluarga. Gadis itu kemudian mendapatkan tawaran nikah kontrak dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Seorang Presiden Direktur yang memberinya jaminan ekonomi stabil dan cenderung melimpah, tetapi berbeda keyakinan. Haruskah ia menerimanya?
"Jadi, calon suami yang selama ini kamu sembunyikan adalah tunanganku, Nay?"
Perempuan dengan make up tebal itu hanya menunduk. Laki-laki di sampingnya menggerakkan tangan dengan kikuk. Ia seolah ingin meminta maaf padaku, tetapi tidak satu kata pun terucap. Aku mengarahkan jari telunjuk sangat dekat ke wajahnya.
"Nggak kusangka kamu akan setega ini, Al. Bukankah sejak awal kita bertunangan, aku menyampaikan harapan untuk bisa tinggal di rumah ini? Kenapa justru kamu beli buat dia, hah?"
Ruang tamu yang disulap menjadi tempat resepsi itu seketika hening. Semua undangan yang semula sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, kini menatap ke arah kami bertiga.
Kulayangkan tamparan ke wajah lelaki yang berdiri di samping mempelai wanita itu. "Ini untuk pengkhianatanmu, Al!"
Pipi kanan Alden yang putih langsung berwarna kemerahan. Ia hendak mengusapnya, tetapi aku telah lebih dulu menampar sekali lagi. "Ini karena kau membuat sahabatku juga berkhianat."
Aku beralih pada Naya. Wanita dengan gaun pengantin yang bagian belakangnya menjuntai hampir empat meter itu kini terlihat gemetar.
"Tenang, Nay. Aku tidak akan menamparmu. Seorang Elisha Rihana masih punya hati, untuk tidak menyerang pengantin yang sedang hamil."
Suara berdengung seketika muncul dari arah para tamu undangan. Mereka yang sejak tadi menyaksikan keributan ini tanpa suara karena tegang, sekarang saling menyampaikan keheranannya dengan berbagai ekspresi. Ya, semua pasti tidak menyangka jika mempelai wanita di hadapan mereka telah berbadan dua.
"El! Apa yang kamu lakukan? Jangan bikin malu di sini!"
Suara Alden justru membuat gelak yang hebat keluar dari mulutku. "Apa kamu bilang?" tanyaku setelah puas tertawa. "Siapa yang sebenarnya bikin malu? Apakah kalian berdua masih punya malu setelah menusuk aku dari belakang?"
Naya yang masih menunduk kini mengepalkan kedua tangan. Aku tahu ia geram karena dipermalukan di pesta pernikahannya sendiri. Namun, itu semua tidak sebanding dengan luka yang ia goreskan padaku.
"Sekarang kamu, Nay. Apakah dirimu masih punya malu?" Kali ini aku menurunkan volume suara. "Berapa lama persahabatan kita? Kebersamaan selama belasan tahun itu kamu anggap apa, hah?"
Suaraku meninggi lagi. Ruangan pun kembali hening. Sepertinya semua orang ingin tahu bagaimana drama satu babak ini akan berakhir.
"Aku tahu kamu sangat ingin menikah, tapi kenapa harus diam-diam merebut dia dariku? Kalau memang jatuh cinta sama Alden, bilang, Nay! Aku mungkin akan mengikhlaskan lelaki sampah ini untuk kamu."
Alden tiba-tiba menarik tanganku. Dari raut wajahnya aku bisa melihat kemarahan semakin menggulung di dada lelaki itu.
"Hentikan, El!"
Kembali aku tertawa. "Aku memang akan berhenti, Al. Berhenti mencintaimu jelas keputusan yang sudah kuambil sejak undangan ini kuterima pagi tadi," jawabku sambil memperlihatkan layar ponsel. Di sana terpampang undangan pernikahan yang pernah kubayangkan akan bertulis nama Al dan El. Ternyata justru Naya dan Alden yang tertera.
Pantas saja sejak awal mengatakan dirinya telah dilamar dan akan menikah, Naya tidak pernah mau mengungkap identitas sang kekasih. Ia selalu mengelak dan beralasan akan memberi tahu di saat yang tepat.
"Ini udah H-1, Nay. Kenapa aku belum juga dikasih undangan?" Akhirnya aku bertanya melalui WhatsApp kemarin.
Cukup lama pesan itu tidak kunjung ia jawab setelah dibaca. Jelang hampir lima belas menit, akhirnya Naya terlihat mengetik.
"Kamu doain aku aja ya, El. Aku nggak bikin pesta, kok. Hanya akad di KUA aja," jawab Naya.
"Kenapa? Bukannya kamu anak perempuan pertama di keluarga? Masa iya, nggak ada pesta?"
Lagi-lagi pesan itu tidak segera dijawab. Rasa heran semakin bertumpuk di dadaku.
"Aku bisa bantu apa, Nay? Aku ke rumahmu, ya?"
Kali ini dengan cepat Naya membalasnya. "No. Nggak usah, El. Semua udah beres. Minta doanya aja."
Setelah itu Naya offline. Pesanku berikutnya hanya bertanda centang satu. Apakah ia memblokir nomorku? Tidak. Foto profilnya masih terlihat.
Dicampakkan karena beda kasta, tak membuatku patah arang. Membuktikan diri bahwa aku bukanlah wanita biasa, tak perlu dengan banyak kata. (Arta). Di usianya yang hampir mendekati kepala tiga, Arta masih fokus pada karir dan membahagiakan mereka yang ada di sekitar. Ia pun selalu tampil bersahaja, hingga sering diremehkan oleh orang di sekelilingnya. Hari-hari yang dijalani wanita itu mulai berubah saat Evan, seorang pengusaha sukses berstatus duda, hadir memasuki kehidupannya. Selain konflik di antara keduanya, Arta dan Evan juga harus menyelidiki dalang di balik semua kekacauan yang menimpa perusahaan mereka, sekaligus berupaya mempertahankan cinta yang terus diuji.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?