Saat pria itu sedang melucuti pakaiannya, Raina menyandarkan kepala di bahunya dan bergumam, "Haikal!"
Tiba-tiba, pria itu menghentikan gerakannya dan gairah di antara mereka langsung menghilang.
Detik berikutnya, lampu kamar menyala.
Cahaya lampu yang terang membuat Raina menyipitkan mata, tetapi dia dapat melihat wajah pria itu dengan jelas setelah matanya terbiasa dengan cahaya.
Pria di hadapannya adalah Felix Hasibuan, pengacara paling dicari di dalam negeri. Dia sangat terkenal di dunia hukum dan dia adalah seorang elit dengan aset yang tak terhitung jumlahnya.
Namun, yang paling penting, dia adalah calon kakak ipar Haikal.
Raina langsung tersadar.
Dia memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam. Dia hampir tidur dengan kakak laki-laki dari wanita yang merebut mantan kekasihnya!
Felix juga menjauhkan diri darinya.
Dia menyandarkan tubuhnya di dinding, lalu menyalakan sebatang rokok. Setelah mengisap rokok dalam-dalam, dia memandang Raina dari ujung kepala ke ujung kaki sambil bercanda, "Kamu menarik sekali, Nona Raina."
Dia mematikan rokok dan bertanya sambil tersenyum tipis, "Apa yang kamu pikirkan saat menciumku barusan? Apakah kamu ingin tidur denganku untuk membuat Haikal cemburu?"
Jelas sekali, Felix juga telah mengenalinya.
Jadi, Raina tidak bisa berpura-pura tidak mengenal pria itu.
Mau bagaimana lagi? Felix sangat terkenal. Awalnya, dia tidak mengenali Felix karena pengaruh alkohol.
Karena menyadari tidak mampu menyinggung perasaan pria berkuasa di depannya, dia hanya bisa menundukkan kepala dan meminta maaf dengan lemah lembut. "Maaf, Pak Felix. Sepertinya, saya minum terlalu banyak."
Dia sangat beruntung karena Felix tidak mempersulitnya. Setelah membuang puntung rokoknya, dia berdiri tegak dan melemparkan mantel ke arah Raina. "Pakai mantel itu. Aku akan mengantarmu pulang."
Raina mengucapkan terima kasih dengan lembut.
Di dalam mobil Bentley Continental milik Felix, tidak ada yang memulai pembicaraan sepanjang perjalanan. Namun, Raina sesekali mencuri pandang ke arahnya.
Pria itu memiliki wajah dengan alis, mata, hidung dan bibir yang sempurna. Meski tidak tahu merek baju yang dia kenakan, Raina yakin harganya pasti sangat mahal.
Raina berani menjamin pasti ada banyak wanita yang sedang mengantre untuk menjadi pendamping pria ini.
Setelah perjalanan yang sunyi, mobil Felix akhirnya berhenti di tempat tujuan mereka. Dia menoleh sedikit untuk menatap kaki Raina yang ramping dan jenjang selama beberapa detik, sebelum akhirnya menyerahkan sebuah kartu nama.
Raina segera memahami maksudnya.
Namun, dia terkejut Felix masih ingin menjalin hubungan setelah mengetahui identitasnya.
Raina sedikit ragu meski pria itu memiliki wajah yang tampan dan mungkin sangat ahli di atas ranjang. Tubuh Raina langsung merinding ketika memikirkan untuk menjalin hubungan dengan tokoh besar seperti Felix, jadi dia berkata, "Pak Felix, sebaiknya kita tidak perlu bertemu di masa depan."
Felix mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.
Raina memang cantik, tetapi dia tidak akan memaksa wanita yang tidak tertarik pada dirinya.
Jadi, Felix menyimpan kartu namanya ke dalam saku dan berkata, "Kamu memang lebih cocok menjadi wanita baik-baik."
Wajah Raina seolah terbakar karena malu, tetapi sebelum dia bisa menjawab, Felix keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya seperti seorang pria sejati. Raina bertanya-tanya dalam hati apakah dia sedang bermimpi dan kejadian di kamar hotel hanyalah bagian dari mimpi tersebut.
Begitu dia keluar, mobil Felix perlahan melaju pergi.
Angin malam bertiup kencang sehingga membuat tubuh Raina menggigil. Dia baru menyadari bahwa dia lupa mengembalikan mantel Felix.
Ketika Raina ragu-ragu apakah dia harus mengejar mobil Bentley tersebut, ponselnya tiba-tiba berdering.
Dia melihat nama Elsa di layar ponsel. Suara cemasnya terdengar dari seberang telepon, "Raina, cepat pulang sekarang juga! Ada hal buruk yang terjadi!"
Raina mencoba bertanya tentang apa yang terjadi, tetapi Elsa tidak bisa memberi penjelasan melalui telepon dan bersikeras memintanya pulang secepatnya.