/0/14085/coverbig.jpg?v=10b7a9553a6f4ea4959f71b915fe161f)
Sofia yang masih berusia 19 tahun dipaksa untuk menikahi pria yang akan dijodohkan dengannya. Dia tidak bisa menolak permintaan ibu tirinya itu karena pernikahan tersebut sebagai pengganti dari hutang bapaknya yang telah meninggal dunia. Sebagai jaminan di masa hidup bapaknya dulu, ternyata Sofia telah dijual oleh rentenir tersebut. Pernikahan pun terjadi sebelum Sofia melihat sosok sang rentenir. Namun, siapa sangka kalau ternyata yang menikahi Sofia bukanlah rentenir utama, melainkan keponakan dari rentenir tersebut. Malam pertama terjadi, hingga Sofia mengandung bayi dari Yesaya, keponakan dari rentenir sekaligus ketua dari sebuah geng mafia. Tapi Sofia kabur, seminggu setelah pernikahan itu terjadi, lantaran dia telah melihat Yesaya membunuh seseorang tepat di depan matanya. Selama berbulan-bulan lamanya Sofia menghilang, mereka pun akhirnya dipertemukan kembali saat Sofia akan melahirkan bayinya. Yesaya yang selama ini tidak mengetahui kalau Sofia sedang mengandung bayinya perlahan mulai membuatnya berubah menjadi orang baik demi bisa mengambil hati Sofia seutuhnya. Namun sayangnya, Sofia sudah terlanjur membencinya. Sampai-sampai dia mengatakan kalau bayi kembarnya bukanlah anak kandung Yesaya, melainkan anak dari pria lain.
"Bu, memangnya ibu mau mengajakku ke mana?"
"Nanti juga kamu tahu. Yang terpenting sekarang, kamu tampil cantik dengan senyuman indah di wajahmu yang tidak boleh kamu kurangi sedikit pun untuk ditunjukkan pada seseorang."
"Untuk seseorang? Apa jangan-jangan ibu mau memperkenalkan aku dengan seorang pria?"
"Tepat sekali."
"Ya ampun, bu. Sofia kan masih sangat muda. Aku masih mau mencari pengalaman bekerja dulu dan belum kepikiran untuk menikah."
"Sudah, jangan banyak bicara. Pokoknya kamu nurut saja sama ibu. Toh ini demi kebaikanmu."
"Kenapa tidak kak Anya saja yang ibu kenalkan dengan pria itu? Usia kak Anya kan sudah seperempat abad."
"Anya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Lagipula, dia sudah punya kekasih yang akan segera melamarnya. Sedangkan kamu kan masih jomblo."
"Ibu ini. Terlalu memanfaatkan status singleku."
"Ayo, cepat kita berangkat sekarang. Jangan sampai kita datang terlambat, agar dia tidak menunggu kita terlalu lama."
"Tapi bu, aku benar-benar belum mau menikah. Aku masih mau kuliah dulu."
"Kuliah kan masih tetap bisa kamu lakukan setelah kamu sudah menikah nanti."
Biar Sofia mau beralasan seperti apapun, Sari tetap mendesaknya untuk menuruti perintahnya. Sofia pun terpaksa menuruti perintah ibu tirinya. Dia akan melihat dulu pria yang akan dijodohkan dengannya nanti, urusan menerima atau tidaknya perjodohan itu akan dia pikirkan kembali. Sofia berpikir seperti itu.
Akhirnya, Sofia dan Sari tiba di tempat tujuan. Mereka tiba di sebuah hotel bintang 5 yang berada di pusat ibu kota.
Kedua mata Sofia meluruh panjang menatap bangunan tinggi di depannya. Hatinya mulai berdebar ketakutan ketika dia mengetahui tempat pertemuan dia dengan pria itu.
"Bu, kenapa bertemunya harus di hotel sih? Biasanya kan kalau bertemu itu di Restaurant, sekalian makan malam." Bisik Sofia, sambil melirik ketakutan karena feeling yang tak enak.
"Urusan makan gampang. Sekarang, kita bertemu dulu dengan pria itu. Dia ingin sekali melihatmu."
Sofia mendungus kesal. Tangan kanannya ditarik paksa oleh Sari untuk memasuki hotel tersebut. Mereka menaiki lift bersama dan pintu lift terbuka di lantai 5.
Sepanjang berjalan di koridor hotel menuju ke sebuah kamar, Sofia terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sari. Tapi, Sari malah semakin memegang erat tangan Sofia karena dia tahu kalau anak tirinya itu berniat kabur.
Kamar 505.
Sari menekan bel kamar tersebut.
Ting tong... ting tong...
Pintu kamar itu langsung dibuka oleh seorang pria berjas. Di telinga pria itu ada kabel spiral yang pria itu gunakan sebagai alat berkomunikasi.
"Silahkan masuk."
Sofia dan Sari diminta untuk masuk ke dalam. Hawa menyeramkan semakin Sofia rasakan ketika dia melihat ada banyak pengawal yang berdiri mendampingi seorang pria tua yang duduk di atas kursi putar. Dinginnya dari ruangan AC bersuhu tinggi juga membuat sekujur tubuh Sofia bergidik, apalagi dia mengenakan gaun yang menampilkan seluruh bagian bahunya yang mulus dan putih bersih.
Langkah kaki Sari berhenti di depan seorang pria yang tengah duduk di sebuah kursi kerja. Pria itu memutar kursi yang didudukinya untuk melihat sosok seorang perempuan muda yang dibawa oleh Sari kepadanya.
"Ini tuan, perempuan yang bernama Sofia."
"Oh. Jadi, ini anaknya Budi? Cantik juga." Seringai dari senyuman menyudut tajam terukir di wajah pria tua yang sedang memegang rokok elektrik.
Sofia semakin ketakutan saat melihat sosok pria tua di depannya. Dia meremas kuat pakaian Sari dengan tangan gemetar.
Yang Sofia pikirkan saat ini adalah tentang perjodohannya dengan pria tua di depannya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau ibu tirinya akan setega ini untuk menyerahkan dirinya pada pria tua bangka yang bertubuh kurus dan hitam.
"Hutang Budi memang hanya 200 juta saja. Tapi, aku akan memberimu lebih dari sejumlah hutang yang Budi punya padaku, atas kecantikan putri Budi yang akan kamu serahkan kepadaku."
"A-apa?" kedua mata Sofia langsung membeliak membesar begitu dia mendengar ucapan pria tua itu. "Diserahkan?" gumamnya dalam hati. "Apa aku akan benar-benar dijual oleh ibu? Tidak. Tidak mungkin ibu akan setega itu menjualku." Sofia melirikkan matanya ke arah Sari dengan mata berkaca-kaca.
"Terima kasih, tuan."
"Pernikahan itu akan segera dilangsungkan besok pada pukul 4 sore. Aku tidak ingin kamu dan putrimu ini sampai datang terlambat. Kalau lima menit saja kalian sampai datang terlambat, maka perjanjian kita akan batal dan semua hutang Budi tidak pernah lunas sampai kapanpun."
"Baik, tuan."
"Sekarang kalian boleh pergi. Aku sudah cukup puas setelah melihat sosok putri dari Budi."
Sari segera menarik tangan Sofia untuk keluar dari kamar itu.
Tapi, Sofia begitu ingin mengatakan penolakannya pada pria tua itu soal pernikahan yang sama sekali tidak dia inginkan. Namun, mulutnya begitu sulit untuk dia buka, walau hanya sedikit saja. Mendadak mulutnya seperti terkunci rapat dengan sendirinya.
Deras air mata langsung mengalir di seluruh wajahnya. Tubuhnya dia ringkuk karena gaun mini yang dia kenakan membuatnya merasa tidak nyaman.
Sari baru melepaskan tangan Sofia setelah mereka keluar dari hotel itu.
"Ayo, kita cari makan. Kamu pasti sudah lapar, kan?"
"Sofia tidak mau makan."
"Kenapa? Apa kamu marah sama ibu?"
Sofia tidak menjawab pertanyaan Sari. Dia langsung pada pertanyaan inti yang sejak tadi bergemuruh di dalam hatinya.
"Kenapa ibu tega sekali menjualku pada pria hidung belang itu?"
"Siapa yang menjualmu? Bukankah yang berhutang itu bapakmu? Jadi, sudah jelas kalau yang menjualmu adalah bapakmu bukan aku."
"Tapi, tidak seharusnya ibu melakukan ini padaku!"
"Kalau bukan dengan cara ini, lalu dengan cara apa lagi agar kita bisa terbebas dari semua hutang bapakmu yang dia tinggal mati!? Bahkan, uang gajimu selama 10 tahun bekerja saja belum tentu bisa untuk melunasi semua hutang itu, karena pria tua itu sengaja memberi bunga pada hutang bapakmu setiap harinya."
"Lalu, bagaimana dengan nasib Sofia setelah menikah dengan pria tua itu nanti? Sofia takut, bu..."
"Ibu tidak peduli. Yang membuat hidupmu menjadi seperti ini kan bukan ibu, melainkan bapakmu. Karena saat dia masih hidup dulu, dia pernah membuat kesepakatan pada pria tua tadi untuk menjadikan kamu jaminan jika dia tidak mampu membayar semua hutangnya."
"Bapak itu bisa sampai berhutang banyak karena dia harus memenuhi semua keinginan ibu yang terlalu konsumtif. Sebelum bapak menikah dengan ibu, hidup bapak dan aku baik-baik saja. Kami hidup dalam kesederhanaan sepeninggalan dari kepergian mamaku. Tapi, sejak bapak menikah sama ibu, bapak harus bekerja keras demi keinginan ibu dan kak Anya yang selalu ingin hidup mewah. Seharusnya, bukan aku yang dikorbankan untuk menikah dengan pria itu, melainkan kak Anya. Karena dialah yang pantas untuk dijadikan jaminan, bukan aku!!!"
PLAK!!!
Sari langsung menampar kencang wajah Sofia saking dia geramnya karena terus disudutkan oleh anak tirinya.
"Awas saja kalau sampai kamu berani kabur sebelum pernikahanmu dilakukan, maka aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu!"
***
Savana dijual oleh Ibu kandungnya sendiri demi bisa melunasi seluruh hutang keluarganya. Meski awalnya tidak bisa menerima perbuatan Ibunya, tapi setelah Savan bertemu sang rentenir rasa takut di hatinya berubah, karena ternyata rentenir yang telah meminjami uang pada Ibunya adalah seorang laki-laki yang berwajah rupawan dan berhati baik. Luca Zeno. Dia menawarkan kehidupan dan masa depan yang baik pada Savana, asalkan Savan bersedia menyumbangkan sel telur padanya melalui pernikahan kontrak selama 730 hari. Namun sayangnya, setelah pernikahan Luca dan Savana terjadi dan tidak berapa la,a kemudian Savana hamil, ternyata Ayah kandung dari bayinya adalah Ziv Zeno, Adik kandung sekaligus Adik tersayangnya Luca. Kakak beradik itu pun harus bersaing secara sengit untuk memiliki Savana seutuhnya dengan cara yang ekstrem sebagai keluarga Mafia.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.