/0/14643/coverbig.jpg?v=52b9a1bcff0222dadd9d84c898bcd277)
"Istri?" Megan mengerutkan keningnya tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Wajah dingin itu tersenyum sinis. "Ya. Kamu adalah istriku." *** Megan White-seorang scriptwritter film dan drama populer harus merelakan hidupnya yang damai, berubah seketika 360° dalam satu malam setelah kecelakaan yang menimpanya. Secara tiba-tiba ia terbangun di ranjang sang miliader dan menyandang status sebagai nyonya di istana Riley Charles.
Megan White duduk di sudut ruangan cafe Au lait, di temani laptop dan ponselnya. Ia mengenakan kaus putih berleher panjang yang dilapisi bomber biru gelap, menambah volume di tubuh kurusnya. Meg-begitu biasanya dia disapa, memilih wash jeans warna senada sebagai bawahan dan menambahkan topi putih dengan lambang NY, menekuk dalam, menutupi hampir separuh wajahnya.
"Kamu ingin mereka di ganti?" Baron-sang barista datang untuk menyapa customer VIP.
Megan mengernyit bingung.
Baron menunjuk piring dan cangkir di atas meja. Dia yakin dua hidangan itu tidak tersentuh sejak diantarkan pramusaji dua jam yang lalu.
"Oh," Megan tersenyum tipis begitu menyadari maksud Baron. "It's ok, Baron. Kamu tahu 'kan? Aku tidak suka sesuatu yang panas."
Baron mengangguk paham. "Kamu ingin sesuatu yang spesial untuk lunch?"
Megan berpikir sejenak. "Kurasa aku merindukan lasagna buatanmu." Matanya melebar begitu membayangkan tiap lapisan pasta ditutupi saus bechamel dengan potongan daging dan sayur.
Baron terkekeh geli. "Baiklah, aku mengerti."
"Oh," tahan Megan sebelum Baron beranjak dari tempatnya. "Jauhkan bawang putih dari makanan ku Baron." Pesannya.
Baron tergelak. "Kamu bukan bocah, Meg," ejeknya lalu bergegas meninggalkan Megan yang memasang wajah cemberut.
Megan kembali memusatkan perhatiannya ke layar laptop. Ia mendesah pelan begitu ponselnya kembali bergetar bersamaan dengan notifikasi baterai lemah. Megan mengalah, ia mengaktifkan airbuds di telinganya.
"Halo?"
[Meg, kamu di mana?]
Seperti yang Megan duga, suara yang muncul begitu ponsel terhubung bukanlah Nesa-asistennya, melainkan suara laki-laki bernama Derek.
"Bukankah aku sudah pernah memperingatkanmu tuan sutradara, berhenti menggunakan asistenku sebagai sandera," ujar Megan santai.
[Come on Meg, kamu tidak bisa begitu saja memutuskan kerja sama hanya karena masalah sepele.]
Megan mengernyit, kalimat Derek mengusik emosinya. Dia menutup layar laptop dan mengangkat cangkir ke bibirnya, menyesap espresso double shot di dalamnya.
"Dari awal aku sudah menekankan pada mu Derek, tidak ada perubahan apapun dalam naskahku," ucapnya tenang. Meredam emosi yang merangkak naik menuju pembuluh darah di otaknya.
Megan memotong ujung tiramisu, menikmati sensasi rasa manis dan pahit yang dihantarkan oleh signature dish cafe ini.
Megan mendengar desahan pasrah dari lawan bicara dan membuatnya menarik seulas senyum puas.
[Baiklah, aku menyerah Meg. Lakukan apapun yang kamu mau tapi aku mohon padamu segera ke lokasi.]
"Berikan ponsel pada Nesa," potong Megan. Dia tidak tertarik mendengar ocehan Derek lebih lama lagi.
[Meg.]
"Apa yang terjadi?"
[Para kru dan aktris menolak syuting, mereka sudah tahu kalau kamu keluar dari proyek ini.]
Suara Nesa setengah berbisik. Megan yakin Derek masih berada di sekitarnya.
"Baiklah. Dua puluh menit lagi aku tiba di lokasi," putus Megan.
Dia mendesah pelan, dari awal Megan sudah menunjukkan keraguan begitu tahu dia harus berkerja sama dengan Derek. Laki-laki itu di kenal sebagai sutradara yang kerap semena-mena dan senang mengutak-atik naskah sesuai keinginannya.
Selama ini Derek bekerja sama dengan penulis pemula, sehingga mudah baginya menekan para penulis muda itu. Membuat mereka hanya bisa pasrah dan menerima dengan berat hati saat karya yang mereka tulis dengan jerih payah berubah menjadi film murahan beraroma dewasa menjurus pornografi dalam setiap scene dan hanya di putar menjelang tengah malam dengan label rate 21+.
Sayangnya, untuk kali ini Derek harus bertemu Megan yang menolak mentah-mentah rancangan dari setiap adegan yang diaturnya. Bagi Megan, karyanya harus bisa di nikmati oleh penonton secara visual maupun audio. Megan mengedepankan alur cerita yang menarik dan bernilai, tidak hanya mengandalkan adegan berlendir yang memancing minat kalangan tertentu.
Pertikaian antara penulis dengan sutradara tidak dapat dielakkan hingga produser harus turun tangan. Akhir dari adu argumen di menangkan oleh Megan yang pada dasarnya didukung penuh oleh produser dan para investor.
"Mau kemana?" Tanya Baron begitu melihat Megan meninggalkan mejanya.
"Aku harus ke lokasi."
"Tunggu sepuluh menit lagi, lasagna mu segera siap. Kamu bisa membawanya dan makan di lokasi."
Megan menggeleng. "Tidak usah, aku tidak ingin berbagi dengan mereka. Letakkan di ruangan saja, aku akan memakannya saat pulang."
Kondominium Megan tepat berada, di lantai tiga gedung ini. Lebih tepatnya dia pemilik gedung berlantai tiga di mana lantai pertama dijadikan cafe yang di kelola oleh Baron sedangkan lantai kedua sebagai kantor sekaligus ruangan Baron.
"Baiklah, hati-hati," pesan Baron. "Kabari aku kalau kamu pulang."
Megan mengangguk kecil lalu melambai sebelum keluar dari cafe. Dia menuju mobilnya yang di parkir tidak jauh dari lokasi cafe. Sebelum menginjak pedal gas, Meg menyempatkan diri melihat penampilannya dari pantulan kaca spion tengah. Tidak ada yang istimewa, cukup untuk menggambarkan wajah yang belum tidur selama dua malam. SUV Crossover berwarna biru metalik milik Megan bergerak cepat membelah jalanan beraspal rata.
Konsentrasi Megan terusik begitu ponsel yang disematkannya pada car holder bergetar. Ia melirik nama di layar, Nesa kembali menghubunginya.
[Meg, kamu sudah berangkat?]
"Ya, aku OTW."
[Meg, para investor datang untuk mengecek lokasi syuting. Kurasa mereka sudah mendengar kabar tentang syuting yang tertunda dan sekarang Derek sedang menjelek-jelekkan mu di depan mereka.] Nada suara Nesa terdengar emosional saat menyebut nama Derek.
Meg terkekeh pelan. "Biarkan saja."
[Ah, Meg! Kamu tidak melihat wajah menyebalkan Derek saat menyebut nama mu.]
"Itu bukan pertama kalinya terjadi," batin Megan geli.
"Aku hampir sampai, lima menit lagi." Megan melirik layar maps di LCD mobil.
"Ok," sahut Nesa semangat.
Megan memutuskan sambungan ponsel. Keningnya mengernyitkan heran, melihat sebuah sedan merah melaju zig-zag tidak berarah dari arah yang berlawanan. Megan membunyikan klakson berkali-kali untuk menyadarkan supir yang mungkin tertidur di balik kemudi namun tidak ada respon. Megan membanting setirnya ke kanan untuk menghindari sedan merah yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya
[Ciettt ...]
*****
Adult Romance 21+ (Mengandung adegan dewasa secara eksplisit maupun implisit di beberapa bab). Jane Miles—dokter bertangan dingin, kemampuannya dalam menangani pasien sudah tidak di ragukan lagi. Jane mencintai profesi dan hidupnya yang damai meski tanpa ingatan masa lalu. Amnesia Retrograde akibat kecelakaan di masa lalu membuat memori Jane terkunci rapat, hingga Rafael Klein datang—memaksa masuk ke dalam hidup Jane dan mulai mengacaukan segalanya. Laki-laki itu memaksa Jane untuk menerima takdirnya sebagai satu-satunya penerus klan Klein.
Adult Romance 21+ (Mengandung adegan dewasa secara eksplisit maupun implisit di beberapa bab). Kepergian sang kekasih membuat Feyleria, terbangun di atas ranjang bersama dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Fey kabur tanpa tahu identitas dari pria yang telah menghabiskan satu malam dengannya itu. Alexander terobsesi pada wanita yang telah membuatnya di mabuk cinta dalam satu malam, dia bertekad untuk ingin memiliki Fey seutuhnya. Alex membuat Fey mendapatkan tekanan dari kedua orang tuanya, untuk menerima perjodohan yang telah diatur oleh Alex. Mau tidak mau, Fey menerima perjodohan itu. Disaat Fey mulai membuka hati, Sani - Sang mantan, kembali hadir dan ingin memperjuangkan cintanya kembali. Akankah Feyleria memilih kembali pada Sani ataukah memilih Alex, pria yang memperlakukannya dengan penuh cinta?
CERITA DEWASA GARIS KERAS! Ketika seorang mafia yang keji menaruh dendam pada wanita yang pernah dia cintai karena sebuah penghianatan. Sebuah jerat licik dia persiapkan untuk menghancurkan keluarga kecil dari wanita yang dia cintai itu tanpa rasa iba. Akankah Amanda sanggup mengalahkan arogansi dan kekejihan seorang Dominic Rodrigues. Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda harus kembali datang menemui Dom untuk membayar hutang suaminya atau kalau tidak Dom akan kembali memotong jari suami Amanda satu-persatu. "Puaskan aku, aku tidak mau kau hanya berbaring dan tertelungkup seperti batu!" "Ini hanya se*x kita tidak bercinta!" tegas Amanda. "Terserah apa yang kau ucapkan!" Cerita ini akan mengandung banyak misteri, dendam, kebencian dan plot yang kupastikan tidak akan bisa ditebak oleh pembaca. Rasakan sensasi membaca cerita roman dewasa yang lebih menantang. Siapkan jantung yang sehat! (Aku hanya akan menulis cerita dengan karakter wanita-wanita yang tangguh, karena aku ingin semua wanita menjadi hebat!)
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?