Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Kembalinya Cinta Sang Mantan
Kembalinya Cinta Sang Mantan

Kembalinya Cinta Sang Mantan

5.0
50 Bab
7.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Sudah 7 tahun menjalin hubungan, namun tak berakhir ke jenjang pernikahan. Hanya karena Kalea seorang gadis sederhana penjaga toko pakaian. Sang kekasih merasa mereka tidak sepadan, justru lebih memilih menikahi wanita pilihan orangtuanya. 5 tahun setelahnya, Kalea berubah menjadi wanita kaya pemilik beberapa butik terkenal. Kalea juga akan menikah dengan kekasihnya seorang dokter spesialis bedah. Namun saat pernikahan hendak berlangsung, mantan pacar Kalea datang kembali dengan membawa finah keji dan menghancurkan pernikahan itu. Mantan pacarnya ingin kembali bersamanya lagi. "Mari kembali bersamaku, Kalea, dan kita rawat anak kita sama-sama." "Itu bukan anakku, tetapi anakmu dan wanita pilihan orangtuamu." Alangkah Kalea kembali pada mantan pacarnya yang dulu? Ataukah tetap memilih kekasihnya yang sekarang? Lantas, dimana kah istri mantan pacarnya itu? Kenapa mantan pacarnya datang kembali hanya bersama seorang gadis kecil?

Bab 1 Tujuh Tahun Telah Usai

"Selamat atas kelulusanmu, Sayang," ujar Kalea kepada kekasihnya, sembari memberikan sebatang coklat.

Kekasihnya baru saja diwisuda sebagai sarjana hukum, tentu saja Kalea sangat bangga. Dia juga senang, karena kekasihnya itu sudah berjanji kepadanya untuk menikahinya setelah lulus kuliah.

"Makasih ya," jawab Aiden sembari menerima coklat tersebut.

"Maaf karena tadi aku tidak bisa datang ke acara wisudamu. Kamu tahu sendiri kan kalau aku susah sekali mendapatkan hari libur, untungnya hari ini aku sift pagi, jadi malamnya bisa bertemu denganmu," ujar Kalea, mengingat pekerjaannya yang sangat banyak di toko.

"Tidak masalah." Hanya itu balasan dari Aiden.

Kalea merasa akhir-akhir ini memang sifat Aiden cenderung berubah. Pria itu lebih dingin dan cuek kepadanya. Apakah Aiden bosan? Mengingat mereka sudah menjalin hubungan selama 7 tahun. Sejak mereka masih kelas 1 SMA dulu.

"Oh iya berarti sekarang tinggal melaksanakan rencana baik kita, kan?" tanya Kalea dengan mata berbinar-binar.

"Rencana baik apa?" Aiden mengerutkan sebelah alisnya.

"Itu lo soal pernikahan kita, kamu kan bilang waktu itu, setelah lulus kuliah kamu akan menikahiku." Kalea menagih janji kekasihnya.

Aiden justru hanya bungkam, tidak membalas apapun perkataan Kalea.

"Aiden," panggil Kalea lembut, suaranya terdengar mendayu.

"Kalea, kamu tahu sendiri kan kalau aku baru tadi wisuda. Setelahnya aku akan mengikuti pendidikan advokat, karena cinta-citaku adalah seorang pengacara. Masa depanku masih panjang, Kalea," balas Aiden, seolah memberikan pengertian kepada kekasihnya.

Kalea terdiam, merenungkan perkataan Aiden barusan. Seolah Aiden ingin menunda rencana pernikahan mereka.

"Baiklah, kalau begitu aku siap menunggumu untuk meraih cita-citamu lebih dulu. Aku akan selalu mendukung semua keputusanmu, dan terus berada di sampingmu." Senyum manis Kalea tunjukkan, dia sangat menyayangi Aiden.

Tapi Aiden justru terlihat gelisah dengan jawaban Kalea barusan. Pria itu terlihat tidak nyaman, namun Kalea langsung menepis semua pemikiran buruknya itu.

"Kalea, kamu tahu kan perbedaan status finansial kita. Orang tuaku punya bisnis restoran dan aku pun sebentar lagi akan menjadi seorang pengacara. Sedangkan kamu, hanya gadis penjaga toko baju kecil. Orang tuamu juga hanya bekerja serabutan, kan," ujar Aiden, sembari menatap lekat kekasihnya.

Mendengar itu, mata Kalea membulat sempurna, ada rasa sakit di lubuk hatinya. Tangannya mengepal kuat di bawah meja. Mereka memang tengah makan malam di salah satu restoran milik keluarga Aiden.

"Maksud perkataanmu apa, Aiden?!" Suara Kalea terdengar meninggi.

"Ya maksudku, seharusnya kamu sadar diri. Kita itu tidak sepadan, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Apa kata orang-orang nanti, bisa-bisa mereka mikir kamu menikah denganku karena mengincar hartaku," seru Aiden dengan santainya, pria itu bahkan menyempatkan diri untuk menyesap kopinya.

Mata Kalea memanas, buliran bening tumpah begitu saja dari pelupuk matanya. Pria yang dia cintai selama 7 tahun itu dengan teganya bicara menyakitkan kepadanya.

"Iya aku tahu kalau keluargaku memang tidak sekaya keluargamu. Aku pun juga tidak pernah memiliki niat untuk memeras hartamu sepeserpun, Aiden! Aku hanya menagih janjimu untuk menikahiku, hanya itu saja!" Kalea menangis sesenggukan.

Sesungguhnya kini hatinya teramat pedih, layaknya sebilah belati yang menggores perlahan-lahan hatinya. Dia sangat menyayangi Aiden sepenuh hati.

"Ya kan pemikiran setiap orang bisa berubah seiring berjalannya waktu, Kalea. Kamu harus mengerti akan hal itu." Suara Aiden ikut meninggi.

Untungnya restoran malam ini tidak terlalu ramai, sehingga mereka tidak menjadi pusat perhatian semua orang.

"Apa yang harus aku mengerti, Aiden? Soal kamu yang berubah pikiran secara tiba-tiba begitu? Kenapa kamu jadi seperti ini? Sudah tidak adakah cintamu untukku?" tanya Kalea dengan suara serak, buliran bening itu masih saja menetes sampai saat ini.

"Bukannya aku tidak mencintaimu, Kalea. Ini semua aku lakukan juga demi kebaikanmu. Aku hanya tidak ingin setelah pernikahan kita, orang-orang menganggapmu jelek." Aiden berusaha menjelaskan.

"Kebaikan apa, Aiden?! Apakah kamu lupa kita telah bersama selama 7 tahun? Semua kenangan kita, semua mimpi-mimpi indah kita. Apakah kamu sudah melupakan semua itu?" Kalea rasanya sudah tidak sanggup untuk berbicara kembali.

Aiden menghembuskan nafas kasar, dia mengacak rambutnya frustasi. Menatap serius ke arah Kalea yang tengah menangis tersendu-sendu.

"Aku tidak pernah melupakan semua itu, Kalea. Percayalah kepadaku, jika semua ini aku lakukan untuk kebaikan kita bersama." Aiden berusaha meraih tangan Kalea, namun wanita itu menolaknya.

Kalea tidak kuasa menatap wajah Aiden kini, tangisannya seolah tak mau berhenti. Berharap semua ini hanya sekedar mimpi belaka, namun nyatanya semua adalah kenyataan pasti. Aiden telah menolaknya secara terang-terangan.

"Demi kebaikan kita bersama, atau kebaikanmu semata, Aiden? Aku tidak menyangka kamu akan bersikap seperti ini. Rasanya aku menyesal telah bersedia menunggumu sampai lulus kuliah, jika akhirnya kekecewaan yang aku dapatkan," gumam Kalea sesenggukan.

Ini adalah rasa sakit paling mendalam yang pernah Kalea rasakan seumur hidupnya. Bahkan rasa sakit itu diberikan oleh orang yang paling dia sayangi. Kalea tidak bicara apapun, dia berusaha meredam tangisannya itu.

Sampai suara langkah kaki terdengar, semakin lama semakin kencang, mendekati meja mereka. Kalea tak ingin menatap siapa yang datang, dia hanya menundukkan kepalanya ke bawah. Meratapi rasa sakit di hatinya kini.

"Aiden, apakah sudah selesai?" Terdengar suara wanita mendayu-dayu.

Kalea yang mendengarnya langsung mendongak. Matanya kembali melebar tatkala melihat seorang wanita cantik tengah berdiri di sebelah Aiden. Tangan wanita itu berada di pundak Aiden.

"Si–siapa dia?" tanya Kalea terbata-bata.

"Dia —"

"Perkenalkan, aku calon istri Aiden," ujar wanita itu, memotong perkataan Aiden.

Wanita itu mengulurkan tangan kepadanya. Seketika tubuh Kalea bergetar, air matanya semakin tumpah dengan derasnya. Kenyataan pahit apa lagi yang mendera dirinya malam ini?

"Ca–calon istri?" tanya Kalea terbata, bibirnya terasa kelu untuk berbicara.

"Benar, Kalea, dia wanita pilihan orang tuaku. Kebetulan finansial kita juga sepadan," jawab Aiden tanpa rasa bersalah sedikitpun.

BRAKK!

Kalea menggebrak meja hingga menimbulkan suara yang sangat nyaring. Tatapan setajam singa wanita itu layangkan, dibalik derasnya air mata yang dia miliki. Hatinya teramat pedih, seolah puluhan ribu batu menghantamnya begitu saja.

"Jadi ini yang kamu maksud yang terbaik untukku, Aiden?!!" teriak Kalea lantang, tidak peduli dia membuat keributan di restoran ini.

"Jaga sikapmu, Kalea!" Aiden ikut berdiri dan memarahi Kalea.

"Brengsek!" teriak Kalea kencang.

Plak!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Aiden, hingga membuat pipi pria itu memerah. Tentu saja mengejutkan semua orang yang berada di restoran ini.

"Dasar wanita gila!" Seru wanita asing yang berada di sebelah Aiden.

"Bukan aku yang gila, tapi kalian berdua yang gila!" teriak Kalea lantang.

"Menyesal aku pernah jatuh cinta kepadamu, Aiden! Kalau waktu boleh diputar, aku tidak akan pernah ingin menjatuhkan hatiku kepadamu!" Wajah Kalea sudah penuh dengan air mata, bahkan terlihat memerah.

"Maafkan aku, Kalea. Semoga kamu mendapatkan pria yang lebih baik daripadaku," ujar Aiden pelan, tidak membalas tamparan dari Kalea.

Tangan Kalea mengepal kuat, tatapan tajam masih ia layangkan kini. Dua manusia di depannya membuat dia jengah.

"Yah akan aku pastikan, aku mendapatkan pria yang lebih baik daripadamu, Aiden!" ujar Kalea dengan mata penuh keberanian.

"Dan yang perlu kamu ingat, karma pasti berlaku! Kamu pasti akan menyesal suatu saat nanti, Aiden!" Dengan penuh kekecewaan, Kalea meninggalkan restoran itu.

Saat Kalea menginjakkan kakinya di tepi jalan, saat itu pula hujan turun dengan sangat derasnya. Seolah-olah bumi juga merasakan kesedihan hati Kalea.

Namun, hal itu tak membuat Kalea menghentikan langkah kakinya. Kalea tetap berjalan di tengah derasnya hujan, dengan suara guntur yang menyeramkan.

"Kamu jahat, Aiden!" gumam Kalea, tubuhnya semakin bergetar karena rasa dingin yang terasa menusuk sampai ke tulangnya.

Bahkan Aiden tidak terlihat mengejarnya saat ini. Pria itu benar-benar ingin memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin cukup lama.

Kalea terus berjalan, menerjang kabut akibat hujan deras malam ini. Penglihatannya entah mengapa semakin lama semakin memburam. Kepalanya terasa sangat pusing dan berdenyut nyeri. Hingga suara klakson kendaraan terdengar begitu nyaring.

TINN TINNN ....

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY