/0/15369/coverbig.jpg?v=d52e5f262c4b881e3267635f28c5677d)
Obsesi menghancurkannya Proses hijrah pun hanya sebatas demi manusia Membuat Shabila lagi-lagi menerima kepahitan dalam hidupnya. Namun, semua garis hidupnya, mengantarkarnya kepada sosok laki-laki yang akhirnya bisa membuatnya bungkam hanya dengan sebuah kalimat. Tanpa sedikit pun merendahkannya. "Siapa diriku, Shabila? Sampai bisa menilaimu buruk atau tidaknya. Aku hanya salah satu hamba–Nya yang berikhtiar menjadi seorang Imam bagi calon makmumku hingga bisa menggapai Jannah–Nya bersama, beriringan."
Saat semua pandang mata menatap sekeliling rumah–Nya dengan kagum dan takjub tak hentinya. Di mana, tempat bagi para umat muslim berlomba-lomba untuk memanjangkan setiap sujudnya. Memeluk mesra doa-doa untuk dilantunkan, tanpa henti.
Begitu pula yang dilakukan oleh seorang wanita muda berbaju serba hitam, dengan kerudung yang menjuntai jatuh di sekujur tubuhnya. Berjalan pelan mengitari tempat itu.
Lantunan zikir dan doa tak henti Shabila–panggilan wanita itu, gumamkan dengan mata yang sudah berembun di sepanjang perjalanannya mengelilingi Ka 'bah.
Didampingi oleh sang cinta pertama. Shabila menguatkan diri. Atas kilasan-kilasan dosa-dosa yang telah dia lakukan selama ini. Juga, atas rasa sakit yang menghantarnya untuk lebih mendekat kepada–Nya.
Wanita itu sadar, jika selama ini dia terlalu angkuh, terlalu berharap kepada seorang hamba dan salah dalam niatnya. Hingga rasa kecewa dan sakit lagi-lagi menyapanya dengan secara bersamaan.
"Ayah ...." panggil lirih wanita itu.
Sebagai seorang ayah, sontak saja pria paruh baya itu menoleh untuk menatap sang anak. "Kenapa, Nak?"
Shabila terdiam, memandang lekat wajah ayahnya yang tidak lagi muda. "Apa Shabila bisa."
"Tentu saja. Anak ayah hebat. Ini adalah start awal perjalananmu, Nak. Biarlah ... masa lalu sebagai pelajaran hidup. Jangan terlalu larut. Yakinlah, ada alasan baik di balik Allah membiarkan kamu berada di jalan ini," ujar lembut Usman, menggandeng tangan kecil nan rapuh putrinya.
Shabila mengangguk lemah. "Terima kasih ... Ayah selalu ada untuk Shabila. Dan ... maaf, jika selama ini Shabila sulit untuk diatur," balasnya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Tidak apa-apa, Nak. Bukankah, dengan hal itu pula, yang membuat putri Ayah bisa sampai di tempat suci sekarang." Usman kembali menguatkan putri tunggalnya itu dengan begitu lembut.
Shabila tersenyum tipis dengan sekuat tenaga, di tengah-tengah kesakitannya. Karena ucapan sang ayah yang selalu bisa membuat dia merasa dicintai dan disayangi tanpa syarat.
Wanita itu, tak henti-hentinya berucap syukur di dalam hatinya. Yang telah dilahirkan sebagai putri seorang Usman Bariq. Bersyukur dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang hangat. Juga, bersyukur atas segala macam nikmat yang selalu Allah beri kepadanya.
Meski berat, Shabila juga bersyukur atas masalah hati yang Allah timpakan di dalam hidupnya. Yang secara tidak sadar, mengantarkannya kepada jalan yang kembali lurus dan lebih mendekat kepada–Nya.
"Ini malam terakhir kita berada di sini, Bila. Apa pun yang kamu inginkan, berdoalah dan senantiasa melabuhkan harap kepada Allah. Insyaallah, doamu akan terkabul, Nak," ucap Usman lagi. Membuat Shabila lagi-lagi menoleh ke arah ayahnya.
"Kalau begitu, bantu Shabila untuk berada di barisan terdepan, Yah. Shabila, ingin lebih dekat dengan Ka 'bah."
Mendengar permintaan putrinya. Tentu saja, Usman segera mengangguk. Lantas membawa putrinya untuk mendekat ke arah Ka 'bah, yang tengah dikelilingi oleh banyak umat muslim lainnya.
Keinginan Shabila yang hanya ingin mendekat, Allah kabulkan dengan lebih romantis. Berkat perlindungan ayahnya, Shabila berhasil sampai di multazam (dinding Ka 'bah yang berada di antara sudut hajar aswad dengan pintu Ka 'bah).
Tidak mau membuang kesempatan. Segera saja, wanita itu melakukan iltizam (menempelkan badan ke sisi multazam).
Rasa haru, sakit, kecewa, malu, bahagia menyatu begitu badannya menyentuh sisi multazam. Dengan kedua netranya yang memejam, tanpa bisa dicegah air mata pun luruh dengan sendirinya.
Ya Allah kali ini hamba datang dengan lemah, dan undanglah kembali, hamba ke rumah–Mu dalam keadaan yang lebih baik. Hamba percaya, Engkau telah menyediakan kebahagiaan sesuai dengan kebutuhan hamba. Karena hanya kepada Engkau, hamba yang penuh dosa ini untuk berharap-mohon Shabila di dalam batinnya.
Melihat anaknya yang begitu khusyuk. Air mata Usman ikut menetes. "Ya Allah ... Engkau yang Maha meridhoi atas segala sesuatu. Hamba mohon dengan amat sangat, kabulkanlah permohonan putri hamba. Apa pun itu kabulkanlah, selagi itu adalah hal baik yang Engkau ridhoi.
***
Setelah menunaikan ibadah terakhir di masjidil haram. Shabila kembali ke hotel untuk mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang, begitu pula dengan barang milik ayahnya.
"Ayah ... apa tidak ada barang-barang yang ketinggalan?" tanya Shabila begitu selesai mengemasi semua barang miliknya dan juga sang ayah.
Usman menggeleng pelan. "Tidak apa juga meskipun tertinggal , Nak. Biar bisa kembali lagi ke sini," balasnya terkekeh.
Shabila pun tersenyum mendengarnya. "Aamiin. Semoga terkabul."
Lantas, Shabila dan juga Usman pun istirahat, karena dini hari nanti, mereka harus segera berangkat menuju bandara. Untuk segera pulang ke tanah air.
Saat ini, setelah menunaikan ibadah salat subuh. Rombongan jamaah umrah yang tentunya ada Shabila dan juga ayahnya. Kini, sudah berada di bandara.
Mereka menunggu kedatangan pesawat yang akan membawanya ke tanah air, setelah dua belas hari berada di tanah suci.
"Ayah baik-baik saja? Kakinya sakit lagi?" Shabila menatap khawatir ke ayahnya.
Usman tersenyum kecil menanggapi kekhawatiran putrinya. "Tidak apa-apa, Bila. Mungkin sedikit kelelahan."
"Apa persediaan obat ayah masih ada?" Shabila kembali bertanya dengan gelisah.
"Sudah ayah minum, kok. Mungkin sebentar lagi, obatnya bekerja," balas Usman mencoba menenangkan kekhawatiran anaknya.
Tepat ketika Usman menyelesaikan ucapannya. Suara pengeras pemberangkatan pesawat yang akan membawanya kembali ke tanah air terdengar.
Lantas, para rombongan umrah itu mulai beranjak menuju pintu masuk pesawat. Begitu pun Shabila dan juga ayahnya. Wanita itu lebih mengutamakan ayahnya terlebih dahulu untuk memasuki pesawat, setelah itu dirinya.
"Pelan-pelan, Yah," ujar Shabila lembut sembari menuntun tangan ayahnya.
"Iya, Bila. Kamu juga hati-hati."
Setelah masuk ke dalam pesawat. Shabila pun mencari-cari tempat duduknya. Dia begitu terkejut dengan seorang pria yang sudah duduk dengan tenang tepat di samping tempat duduknya bersama sang ayah.
Bukan tanpa sebab dia terkejut. Melainkan, pria itu cukup familier baginya. Rasanya, bukan kali pertama dia melihat pria asing itu. Tetapi, dia cukup kesulitan untuk mengingatnya.
Tidak mau memusingkan hal itu. Shabila pun mendekat. "Permisi," ucapnya pelan.
Mendengar suara Shabila. Tentu saja, membuat pria itu berdiri, untuk memberi jalan kepada Shabila dan juga Usman untuk duduk di tempat mereka. "Eh ... iya silakan."
Sekilas pandangan mata pria itu bersitubruk dengan mata hazel milik Shabila, sebelum Shabila melangkah masuk ke kursinya. Namun, segera keduanya mengalihkan pandangannya. Lantas duduk dengan tenang di dalam pesawat.
Astaghfirullah Shabila, bisa-bisanya kamu bertatapan lama dengan yang bukan mahramnya-batin Shabila menggerutu.
Kemudian, Shabila menolehkan kepalanya ke jendela. Menatap sendu tanah suci yang segera dia tinggalkan. Mengabaikan ayahnya yang sudah beramah-tamah dengan pria asing tadi.
Lagi dan lagi, wanita itu memejamkan matanya. Ikhlaskan, Shabila!-Batin wanita itu berbisik lirih.
Kemudian wanita itu memutuskan untuk tidur. Hingga telinganya mendengar suara samar-samar, sesaat sebelum dirinya terlelap dalam tidurnya, karena kelelahan.
"Apa dia putri Bapak?"
Zoya terkesiap. Namun, segera dia kembalikan ekspresi normalnya. “Lo udah bisa tegang, Bar?” Bara pria dewasa berusia awal tiga puluhan. Nampak memiliki hidup yang sempurna. Namun, siapa yang mengira, jika pria tampan itu memiliki kekurangan yang sangat fatal bagi seorang laki-laki. Iya, dia tidak bisa ereksi layaknya pria pada umumnya. Bagaimana kelanjutan kisah aset masa depan Bara? Apakah dia berhasil sembuh? Nantikan kisah Bara dengan segala konflik manis percintaannya
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?