Luka di tubuhnya bukan masalah, namun jika perihal kakaknya ia akan benar-benar merasa sakit.
"Kak.....! Jangan minta maaf!, aku siap dipukul ayah berkali-kali asal kakak tetap tersenyum ya?,".
Elena menatap sendu ke arah sinar rembulan yang menembus lubang-lubang kecil di sudut ruangan itu. Sial, batin nya merasa sakit tercabik-cabik begitu dalam. Seharusnya ia bisa, seharusnya ia pulang lebih awal dan seharusnya ibu mereka tidak pergi dari dunia ini.
Satu hal yang menjadi sebuah fakta tangguh, Ayah mereka menjadi gila harta dan wanita setelah kepergian ibu karena kecelakaan lalu lintas.
Namun, tentu kecelakaan itu bukan tidak di sengaja atau hanya kebetulan. Elena itu cerdik, ia bahkan tau jalan pikiran ayahnya bagaimana sudah jelas bagaimana cara kerjanya.
Rencana yang luar biasa, hingga nyawa istri nya sendiri habis di buang.
"Wanita Sial itu masih berkuasa di sini, aku harus mengulur waktu, Arca! agar kita dapat keluar"-
"Setidaknya tidak dengan keadaan miskin!,", Ucap Elena mengetahui bahwa seluruh aset kekayaan ibunya langsung di ubah kepemilikan atas nama Ayah mereka.
Namun, ada satu yang tersisa. Kotak brangkas di gudang mansion adalah satu-satunya harta peninggalan sang ibu. untuk Elena
"Dimana Keinan?," Tanya Elena
"Apalagi?, nyonya baru di rumah ini mencoba mendominasi Keinan dengan perlakuan baiknya! untung saja adik kita itu tau batasan!,"
Mereka membicarakan Keinan, adik yang paling kecil sekaligus ketakutan terbesar mereka, takut jika Kei menjadi menjauh dari Elena karena jarang di rumah.
"Bagaimanapun, aku bertanggung jawab menggantikan ibu! aku tahu Keinan sangat haus akan sosok wanita, butuh waktu baginya untuk menerima kepergian ibu!,"
Arca memegang pipi hangat milik Elena, menyatukan kedua kening mereka dan menangis dalam keheningan yang dalam. Terlalu buruk bagi seorang keluarga untuk saling menguatkan, terlebih... anggota keluarga sendiri yang membuat penderitaan itu.
"Kakak ingat pulang?," Ucapan seseorang berhasil mengalihkan seluruh atensi Elena dan Arca. Ia adalah Keinan, anak bungsu keluarga Meydine.
Elena tersenyum melihat adik kecilnya itu baik-baik saja. Sementara Arca, tentu ia bersikap ingin mencabik mulut adiknya itu.
"Bicara yang sopan! Dia kakak mu!," Tegas Arca.
"Kakak?, Itu benar tapi kenapa pulang lambat? tidak ingat adik?," Jelas Keinan
Suasana mulai menggelap, Arca berdiri dan hendak menghardik lebih keras kepada Keinan namun Elena segera menariknya dari belakang. Langkah gadis itu mendekati si kecil, tersenyum dengan perasaan bersalah karena jarang pulang dan menemui kedua adiknya.
"Maaf...! Arca, Keinan! Aku minta maaf!,"
Keinan yang terkesan cuek itu langsung mendekat ke arah Elena dan membelai satu rambutnya dengan lembut
"Ya, baiklah!" Singkatnya.
"Hanya itu?," Tanya Elena
"Lantas? Ada hal lain?,"
Elena paham, ia sudah lama meninggalkan Keinan dan keluar rumah untuk fokus pada pendidikannya sebagai siswi jurusan Fashion Design di salah satu sekolah elite di Bandung. Tidak ada alasan lain menurutnya mengapa adiknya itu sangat marah.
Ia langsung mengalihkan pandangan nya, mengelus rambut Kei dan menyuruh kedua adiknya itu untuk duduk.
"Jika..!-" Ucap Elena Ragu.
Arca menatap intens meyakinkan Elena untuk memberi tahu Keinan tentang rencana mereka untuk meninggalkan rumah dan tinggal bersama.
"Aku tahu, ingin pergi kan? Akan aku pikirkan!," Singkat Kei.
Tentu saja, Elena merasa terkejut darimana adiknya itu bisa tahu jalan pikiran nya. Apakah ini benar Keinan Adik kecilnya?.
"Jangan merasa aneh, aku ini cerdas itu sebabnya ayah menobatkan aku sebagai penerus perusahaan dibanding Arca yang acuh!,"
Mengingat ibu mereka mendirikan agensi modeling yang cukup besar setelah menikah dengan ayah mereka. Sekarang hal tersebut menjadi perusahaan yang unggul namun, mengapa tidak Elena dan Arca sebagai putra tertua yang menjadi penerusnya.
Alasannya mudah di tebak, Ayah mereka itu takut akan kecerdasan Elena dan juga keberanian Arca.
Pria itu takut kehilangan segala kekuasaan nya, Ia tahu kedua anaknya itu adalah orang yang membencinya. Sementara Keinan, pemuda itu lebih mendominasi pihak Ayah mereka.
Dengan ucapan Keinan, Elena cukup terpancing. ia mencoba menetralkan perasaan nya agar tidak menyakiti kedua adiknya. Sial, pikirnya. Kenapa semuanya tidak berjalan sesuai keadaan. Apakah Keinan sadar pihak mana yang ia bela itu.
"Terserah saja Kei!, yang jelas aku tidak mungkin membela orang yang membunuh ibu!," Jelas Arca
"Siapa yang membela siapa? Kalian butuh bantuan jangan naif!, Lihat saja bagaimana seharusnya rencana itu berjalan!," Ucapan Kyle membuat Elena dan Arca mengerutkan kening
"Maksudnya?" Tanya Arca.
"Oke, besok aku akan berbicara pada wanita tua itu! Kyle bersiap!," Jelas Elena yang mulai mengerti perkataan adiknya itu. Dan Arca? Dia masih melamun sambil memikirkan apa maksud dari semua ini.
Melihat hal itu, Elena mencium hidung adik laki-lakinya itu dan berhasil membuat pipinya kemerahan. Keinan yang melihat hal tersebut juga tak luput dari perlakuan Elena, ia melakukan hal sama pada keduanya.
"Tidur sana! Dasar mesum!," Ungkap Keinan,
padahal terlihat jelas dari wajahnya ia Malu karena Elena mencium nya.
Kei itu pandai menyembunyikan perasaan. Keinan langsung pergi berlari keluar untuk menghindari reaksi di wajahnya agar Arca tidak meledeknya lebih jauh karena malu.
Sekarang, giliran Elena melakukan tanya jawab intens kepada Arca. Bertanya mengenai semua luka di seluruh tubuhnya.
"Ayah melakukan apa?,"
Hersa terdiam, tidak ada jawaban dari mulutnya. Menunduk sampai Elena memegang dagunya.
"Kalau orang berbicara itu tatap matanya!,". Ia manut, mengangkat kepalanya.
"Katakan Arca, aku wajib mengetahui nya!," Jelas Elena
"Wanita it-,
Ucapan nya terhenti, Seorang wanita muda masuk ke dalam ruangan dengan pakaian tidurnya yang tipis itu, terlihat sangat tidak sopan dan terbuka. Tanpa di beritahu pun wanita itu sudah mencerminkan betapa rendah dirinya.
"Woahh! Lihat ini, para sampah sedang berbincang begitu?,".
Elena bersikap tenang, namun tidak dengan Arca yang memang membenci wanita penggoda itu. Padahal umur mereka hanya berbeda beberapa tahun, namun wanita yang kini menjadi ibu tiri keluarga Hazan itu terlihat begitu murahan, wanita penggoda!
"Hei, tanya adikmu! Mengapa dia di pukuli oleh ayahnya!"-
"Dia mencoba melecehkan aku loh~~~!,"
Elena tidak menjawabnya, orang gila pikirnya.
Datang malam-malam dengan pakaian terbuka sambil meracau tak jelas akan Arca yang bahkan tidak mungkin untuk melakukan nya.
"Bicara yang jelas, Jalang!," Singkat Elena
DUGHHHH!,-
Jelas sekali, wanita itu memainkan setiap kata dan perlakuan untuk membuat asumsi bodoh orang lain mengenai Arca dan Elena
Seperti sekarang, ia menjatuhkan dirinya sendiri dan menggores tangan nya, mencoba memanipulasi keadaan dan berlagak seperti korban untuk apa? Tentu, untuk membuat bualan dan mencoba menekan keadaan.
"ARGHHHHH, ARCA KAU MENYAKITI IBU?," -
"Ckkk! Rendahan!,"-,