"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Silvia Gauri melarikan diri dari pernikahannya! Berita tentang pernikahan itu sudah menimbulkan kehebohan tersendiri di masyarakat. Di mana-mana orang-orang membicarakannya. Seperti yang digambarkan oleh media, pernikahan itu seharusnya menjadi yang terbesar abad ini. Namun sayang sekali, sekarang mungkin hanya akan menjadi lelucon belaka! Orang-orang tidak akan henti-hentinya membicarakan pernikahan yang ditinggal kabur pengantin wanitanya.
Esther Yuri menatap dirinya yang terpantul di dalam cermin. Bayangan dirinya balas menatapnya, seolah-olah sedang mengejek dirinya yang sedang dipermainkan oleh nasib. Dengan kesal, dia mendekati gaun pengantin yang tergeletak di lantai. Tanpa ampun, diinjaknya keras-keras gaun itu sambil berpikir, 'Mengapa? Mengapa aku yang harus membereskan kekacauan yang dibuat oleh Silvia?'
"Lanjutkan saja!" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. "Kalau kau masih marah, ada sepuluh gaun lagi yang bisa kau injak!" Esther menoleh. tidak jauh darinya, dia melihat ibunya, Hanna Yuri, berdiri tegak sambil menatapnya dengan tajam.
Esther terhenyak. Dia berdiri mematung. Pikirannya bekerja keras mempertimbangkan dua hal yang berlawanan. Lalu, diam-diam dia mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Kalau kau bisa membantuku, lakukan sekarang juga, dan akan kulakukan yang kau minta. Aku akan menikahi Rudy Afif dan menggantikan Silvia, segera setelah kudapatkan uangnya."
Tidak butuh waktu lama bagi Hanna untuk memutuskan tindakannya. Sambil tersenyum masam, dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, menelepon sekretarisnya. "Nona Chandra, tolong hubungi bagian administrasi rumah sakit."
Setelah mengatur semua yang dibutuhkan, Hanna menutup telepon. Dia lalu berjalan menghampiri Esther. Diamatinya gadis itu dari atas ke bawah. Raut mukanya tampak tidak puas. Dia kesal melihat putrinya memakai gaun pengantin yang sama sekali tidak terlihat menarik. Dia berjalan menjauh, mengambil sesuatu. Lalu, dia kembali mendekati Esther dengan gunting di tangan.
Dengan wajah muak, dia mengangkat gunting itu sambil berkata, "Beraninya kau menatapku seperti itu! Kau memang putriku. Tapi, setiap kali aku melihatmu, kau mengingatkanku pada ayahmu yang tidak berguna! Dia tidak pernah melakukan apa pun untukku. Aku harus berjuang sendirian untuk mendapatkan apa yang kumiliki sekarang. Jadi, jangan salahkan aku karena mengabaikanmu. Kau harus tahu, orang-orang yang ingin sukses memang perlu bersikap egois dan lebih memperhatikan diri mereka sendiri."
Sambil melampiaskan kekesalannya, Hanna memotong gaun yang dikenakan putrinya. Dia membuat lubang besar di bagian lengannya.
Seolah belum puas menumpahkan kemarahan, Hanna menoleh ke arah pramuniaga yang sedang menunggu di luar ruangan. Dia lalu berteriak dengan galak, "Hei, jangan cuma berdiri di sana! Gaun pengantinnya robek. Ambilkan yang baru untuknya! Silvia kami ini bukan sembarang orang. Dia pantas mendapatkan gaun pengantin terbaik."
Esther mengernyitkan hidungnya. Ini pertama kalinya Hanna mengakuinya sebagai putrinya. Tetapi, rupanya dia terlalu cepat menyimpulkan. Dia langsung merasa kecewa ketika Dara memberi tahu semua orang bahwa Silvia adalah putri kesayangannya sementara kenyataannya dia hanyalah seorang pengganti.
Esther menggigit bibir bawahnya sambil menahan perasaan. Lalu, sambil tertawa mengejek dia berkata, "Ayahku memang pria tidak berguna! Bisa-bisanya dia menikahi wanita sepertimu yang tidak keberatan menjadi istri Paman Gauri. Aku pasti akan senang sekali melihat wanita lain merayu Paman Gauri, seperti yang kau lakukan."
"Tutup mulutmu! Beraninya kau!" Hanna tidak mampu mengendalikan amarahnya. Dia mengangkat tangannya, hendak menampar wajah putrinya. Tapi, dia kemudian melihat riasan Esther yang sempurna. Dia tidak boleh merusaknya. Kecantikan Esther yang memesona akan membantunya mencapai tujuannya. Pikiran itu cukup untuk membuatnya tenang. "Aku tidak akan berdebat denganmu hari ini," katanya kemudian, berusaha mengalah. "Pokoknya, nikahi saja Rudy dan jangan membuat keributan! Dan ingat, jangan mempermalukan Marga Gauri dan Silvia!" Hanna memperingatkan dengan tegas.
Esther menyeringai.
Rudy? Semua orang tahu siapa dia. Pria itu begitu kaya dan berkuasa. Dalam hal kehidupan pribadi, namanya sering dikaitkan dengan begitu banyak wanita. Dengan mudahnya dia berganti-ganti pacar, seolah satu pacar untuk satu hari saja dalam setahun. "Kenapa Rudy ingin menikahi Silvia?" Esther bertanya-tanya dalam hati.
"Jalani saja pernikahan ini! Meskipun kau tidak mengenal Rudy, pernikahan ini cukup layak. Aku sungguh merasa tak enak telah mengabaikanmu, tapi mulai sekarang, hidupmu akan berubah. Kau akan menjadi orang kaya dan menikmati hal-hal yang menyenangkan. Kau bisa memiliki hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau bayangkan. Sudah waktunya kita menghapus semua kenangan lama dan memulai dari awal!"
Mendengar kata-kata ibunya, semua perasaan yang telah lama dipendam Esther di dalam hatinya mendesak keluar dalam bentuk air mata. Titik air bening itu mengalir seperti anak sungai di pipinya. 'Bahkan seekor harimau ganas pun tidak akan pernah memperlakukan anaknya seperti ibuku memperlakukan aku.' katanya dalam hati.
Dengan tubuh masih bergetar menahan perasaan, Esther menyambar gaun pengantin dengan kasar.
"Baiklah! Aku akan menikah dengannya! Aku berjanji padamu, aku akan menikahi Rudy atas nama Silvia. Tetapi... mulai saat ini juga, aku bukan putrimu lagi. Kau tidak punya hak apa pun lagi untuk ikut campur dalam hidupku. Selain itu, jika hal yang buruk terjadi pada Nenek, aku tidak akan mengampunimu!"
Mendengar itu, Hanna tersenyum puas. "Asalkan kau menikahi Rudy, akan kulakukan apa pun yang kau katakan."
Hanna belum pernah bersikap begitu baik pada Esther. Tapi kali ini, dia bersedia melakukan apa saja untuk Esther, asalkan dia bisa menjualnya kepada Rudy. Bertahun-tahun kemudian, ketika Esther mengingat kembali momen ini, dia selalu menghela napas, menyadari nasibnya yang sungguh tak terduga. Pernikahan yang hari ini membuatnya putus asa ternyata memberinya perlindungan terkuat di kemudian hari. Hal-hal yang tidak pernah diduganya terjadi begitu saja. Satu demi satu.
"Pernikahan akan segera dimulai. Sang pengantin, bergegaslah!" sergah Hanna dengan suara menuntut.
Pernikahan itu digelar sesuai jadwal. Meski pengantinnya tidak seperti yang direncanakan, semua hal lain dalam pernikahan itu berjalan dengan lancar. Gaun pengantin yang putih, karpet merah yang terhampar, bunga warna-warni yang semerbak, dan para tamu yang anggun... Pernikahan itu tidak kalah megahnya dengan yang biasa dilihat orang di layar lebar. Tapi, hati Esther sedingin es. Dia tidak menunjukkan emosi apa pun.
Meskipun pernikahan itu luar biasa, Esther bahkan tidak menatap suaminya. Para tamu yang hadir tersenyum pada pasangan itu, tapi bagi Esther, senyum itu justru menusuk hatinya. Dia merasa semua orang di sekitarnya sedang mengejeknya ketika dia tengah terombang-ambing di hari pertama pernikahannya.
Meskipun Rudy memegang tangannya dengan erat, dia sama sekali tidak berbicara dengan suaminya itu. Setelah acara pernikahan selesai, Rudy mengibaskan tangan Esther dengan kasar. Dengan suara dingin, dia berkata, "Kau pulang saja dulu. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Esther pun diantar pulang oleh sopir Rudy. Hanya berdua bersama sopir membuatnya berpikir bahwa inilah kesempatannya untuk mencari tahu lebih banyak. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia bertanya kepada pria itu ke mana Rudy pergi. Tampaknya sang sopir tahu banyak tentang keberadaan majikannya. Dengan acuh tak acuh, sopir itu menjawab, "Vila Bakung."
"Vila Bakung?" Esther pernah mendengar tentang vila itu. Menurut rumor, seorang selebriti wanita yang cantik bernama Ayu Septiani tinggal di Vila Bakung. Meskipun pikiran ini agak mengganggu, Esther tersenyum cuek. Sepertinya rumor itu benar, Ayu memang pacar Rudy. Suaminya itu pasti sedang memeluk dan menghibur Ayu saat ini. Esther berpikir, tak ada alasan baginya untuk merasa cemburu. Memang sejak awal, dia tidak pernah menginginkan pernikahan itu. Sebaliknya, fakta bahwa Rudy sudah punya pacar mungkin justru menguntungkan baginya. Dia tidak akan mengalami banyak kesulitan dalam membujuk Rudy untuk menerima tawarannya.
Di dalam kamar pernikahan mereka, Esther sudah lama duduk termangu, menunggu Rudy. Ruangan itu dipenuhi nuansa pernikahan yang indah dan syahdu, tapi Esther sedang tidak ingin bersikap romantis atau menunjukkan kasih sayang. Perasaannya bercampur aduk. Begitu banyak yang terjadi dalam satu hari ini.
Esther menduga Rudy tidak akan kembali malam ini. Dia pasti terlalu sibuk dengan pacarnya Jadi, Esther bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan menyegarkan diri. Air yang membelai kulitnya mungkin akan membantunya berpikir lebih jernih.
Karena benar-benar lelah secara fisik maupun mental, dia berlama-lama di dalam kamar mandi. Banyak hal terjadi hari ini, dan dia perlu merenungkannya.
Air panas membuat suhu di kamar mandi menjadi lebih tinggi. Uap yang berhembus membuat cermin tertutup oleh embun. Pikiran Esther benar-benar kacau.
Hanna, Silvia, Rudy dan Ayu berdesakan memenuhi pikirannya.
Dia kehilangan ketenangannya.
Dia berendam dalam air hangat untuk menenangkan dirinya. Lalu, dia membalut dirinya dengan handuk. Kemudian diambilnya handuk lain untuk mengeringkan rambutnya. Ketika keluar dari kamar mandi, dia melihat Rudy sedang duduk di dalam kamar dengan wajah datar.
Ruangan itu gelap. Hanya lampu dinding yang menyala. Tapi, kegelapan di ruangan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kegelapan di wajah Rudy. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
Selama lebih dari 20 tahun hidupnya, ini pertama kalinya Esther mengenakan pakaian seminim itu di depan seorang pria itu.
Saat melihat Rudy, secepat kilat dia berbalik dan menyambar pakaiannya. Tapi, tidak kalah cepat, Rudy menghentikan dan menangkapnya. Lalu dia melempar Esther ke rumah atas ranjang. "Sepertinya kau sangat ingin menghabiskan malam pertama denganku?" ucap Rudy dengan nada mengejek.
Hanya selembar handuk yang menutupi tubuh Esther. Air pun masih menetes satu demi satu dari rambutnya yang basah. Meskipun dia sudah menghapus riasan pengantin yang tebal, mata Rudy tidak puas-puas memandangi wajahnya yang polos.
Rudy bisa mencium aroma sabun mandinya sendiri. Dalam pikirannya, dia merasa Esther kewalahan oleh aroma kejantanan yang menguar dari tubuhnya. Aroma yang manis tapi kuat. Memikirkan hal itu membuat hasratnya terpacu.
Tetapi, dia segera mendapatkan kembali ketenangannya ketika mata Ayu yang berkaca-kaca terlintas di benaknya.
Dia dan Ayu sudah dalam hubungan selama dua tahun. Dia tidak boleh mengecewakannya.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning area dewasa (21+) Bijaklah memilih bacaan! ~~~ "Jika kau mau aku akan membantumu. Membiayai seluruh operasi ayahmu yang terkena kanker paru-paru. Setahuku, biaya pasien yang terkena kanker paru-paru itu tidak sedikit. Jumlahnya bahkan lebih dari lima puluh ribu dolar. Tentu, jika kau mau menerima tawaran dariku." Gwen bergeming. Mencerna semua pernyataan Nich barusan. Tetapi, belum selesai Gwen mencernanya, Nich kembali berkata, "Jadilah istriku, Gwen." "A-apa?" "Menikahlah denganku, Gwen. Aku mohon …." Gwen nampak berpikir sejenak, sambil menjilat sisa-sisa jejak bibir Nich. Beberapa saat kemudian dia mengangguk. "Aku mau menerima tawaranmu, asal kau juga mau menerima syarat dariku, Nich." Sebelah alis Nich terangkat. "Apa?" sambil mengusapkan ibu jari di bibir Gwen. "Kita menikah kontrak. Hanya sebatas itu, Nich." *** Gwen Florine terpaksa menerima tawaran mantan kekasih sekaligus pria yang telah menorehkan luka di hatinya sejak 10 tahun yang lalu, lantaran pergi tanpa pamit. Demi sang ayah yang membutuhkan biaya besar untuk operasi. Lantas, apakah Gwen akan terjerat oleh pesona seorang Nicholas Kennedy kembali, di saat hatinya telah membeku? Lalu, apa sebenarnya alasan Nicholas pergi meninggalkan Gwen 10 tahun yang lalu? ### Simak yuk!
Kerap kali dihina dan ditekan dalam keluarga, membuat Karmila bangkit dengan caranya sendiri. Saat ini dia bukan lagi wanita lemah yang hanya bisa menuntut belas kasih dan nafkah dari sang suami. Pun penghinaan ibu mertua serta keluarga iparnya menjadikan pelecut dirinya agar bisa maju dan hidup lebih baik. Suami baik, mertua baik, biar aku saja yang jahat. Akan kubuktikan pada kalian, bahwa aku bisa menjadi wanita sukses dengan jalan yang tak disangka-sangka. Bagaimana perjuangan Karmila yang merajut harapan dan cita demi anak-anaknya dengan memanfaatkan barang-barang bekas, menyulapnya jadi kreasi yang indah dan bernilai jual tinggi. Akankah dia berhasil mencapai semua mimpinya?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?