/0/15442/coverbig.jpg?v=ef4cf7c8252af2c39a87b4debdcf16d1)
Anna Lee adalah seorang gadis berdarah campuran yang dilahirkan di Indonesia dan tumbuh besar di negara Korea. Dia memiliki seorang kekasih berasal dari Indonesia bernama Emran. Namun siapa sangka, hubungan yang sudah terjalin cukup lama itu ditentang keras oleh keluarga Emran yang agamis dengan alasan nasab. ya, Anna dilahirkan oleh seorang wanita tanpa memiliki seorang suami dan tak pernah menikahi pria mana pun. Di tengah tentangan dari keluarga Emran, munculah sosok pria mendekati Anna bernama Shaka yang tak lain adalah adik Emran satu ayah beda ibu. Suatu hari, orang tua Emran mengetahui siapa Anna sebenarnya. Anna adalah putri dari seorang donatur terbesar pondok pesantren yang dikelola oleh orang tua Emran. Mereka pun berupaya mendekatkan Anna dan Emran kembali. Akan kah Anna menuruti keinginan orang tua Emran disaat situasi dan kondisi yang tak lagi sama?
"Lillahi taala, Umi tidak akan pernah ridho dunia akhirat kalau kamu masih saja berhubungan dengan wanita yang tidak jelas nasab nya seperti wanita itu, Emran."
Tangan yang hendak mengetuk pintu, tiba-tiba membeku. Bibir mungil yang sepanjang jalan tersenyum, perlahan memudar. Manik mata berbinar-binar, seketika berubah nanar. Dada berasa ditimpa batu-batuan besar, begitu berat dan sesak mendengar ucapan lantang seorang wanita baya berpakaian sari' yang pernah menyambutnya dengan sangat hangat. Ya, dia masih ingat betul pada pemilik khas suara itu.
Emran memegang lengan sang ibu yang sudah nampak keriput,hendak mencoba menenangkan emosinya yang tengah meluap. Namun, sang ibu justru menepis kasar tangannya dan berkata lantang.
"Jangan pegang umi, umi kecewa sekali sama kamu. Jauh-jauh kamu sekolah ke negara Korea, kenapa menjalin hubungan dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya dan juga agamanya? Kamu tau bukan, kalau keluarga kita ini keluarga terhormat dan terpandang. Abi mu seorang ustad dan pengelola pondok pesantren yang cukup terkenal. Apa kata orang nanti, Emran! Apa kamu mau mempermalukan umi dan Abi mu?"
"Bukan kah kemarin umi sudah setuju? kenapa sekarang berubah pikiran? dia gadis baik-baik, umi. Dia gadis yang selalu menjaga kehormatannya."
"Jangan paksa umi. Pokoknya umi tidak sudi punya menantu anak haram."
Brugh
Suara dentuman yang terdengar cukup keras itu mengalihkan perhatian dua pasang mata ke arah pintu yang tertutup rapat.
"Anna, apa itu Anna!" ucap bathin Emran. Raut wajahnya berubah tegang. Dia ingat jika hari ini meminta sang kekasih untuk datang ke rumahnya. Nanti malam akan ada acara keluarga sekaligus ingin mengenalkan dia pada ayahnya yang masih dalam perjalanan pulang dari luar daerah.
Emran berlari ke arah pintu. Namun setelah pintu dibuka, dia tidak menemukan siapapun di luar sana. Dia cukup terkejut ketika melihat di bawahnya, ada sebuah pot bunga dalam keadaan pecah berserakan.
"Apa yang terjadi, Emran?" Sang ibu berdiri di belakang Emran. Karena Emran tidak menjawab pertanyaannya, dia membuka pintu lebar-lebar agar dapat melihat apa yang terjadi diluar. Bola matanya melebar ketika melihat apa yang terjadi.
"Astaghfirullah hal adzim, siapa yang berani merusak pot bunga kesayangan umi, Emran?"
Emran tidak mempedulikan pertanyaan wanita baya itu. Dia berjalan keluar dan mengedarkan pandangan ke sekeliling pekarangan rumah yang cukup luas. Namun, dia masih belum menemukan sosok yang membuat pot bunga kesayangan sang ibu berserakan.
Belum puas hanya dengan mencari disekitar pekarangan, Emran berjalan lebih jauh. Tanpa sengaja, ekor mata menangkap sosok wanita berhijab sedang memasuki sebuah taksi di seberang jalan yang cukup jauh sehingga dia kesulitan mengejarnya.
Meskipun wajahnya tidak nampak dengan jelas, tapi Emran meyakini bahwa gadis itu adalah kekasihnya. Emran masih ingat betul warna dan motif hijab yang pernah dibelikan untuknya. Pada saat dia baru tiba di Indonesia, Emran memberikan dua hijab yang berbeda warna dan motif. Emran sengaja memberikan hijab agar kekasihnya memakai hijab-hijab itu ketika bertemu dengan keluarganya.
Dret
Dret
Tas kecil milik seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam taksi bergetar. Dia merogoh tas itu dan menatapnya nanar. Nama "love" di layar ponsel merk biasa sedang memanggil. Dia mematikan dan menyimpannya kembali kedalam tas.
"Maaf nona, kita mau kemana ya?" Tanya sang sopir ketika taksi sudah bergerak melaju.
"Jalan saja, pak!" Gadis itu menjawabnya datar. Sang sopir mengangguk tanpa bertanya ulang.
Dia memegang dadanya yang begitu sesak, sesak sekali. Bersamaan dengan itu, airmata yang sudah menumpuk di kelopak mata akhirnya mengalir deras. Hinaan orang tua kekasihnya tadi sangat menyakiti perasaannya. Seburuk itukah dia di mata keluarga pria yang dicintainya? Hanya karena dilahirkan dari rahim seorang wanita tanpa memiliki seorang suami.
Dia merasa keputusannya hingga menentang sang mama untuk pindah sekolah ke negara dimana pria yang dicintainya tinggal merupakan hal yang sia-sia. Ternyata, keluarga pria yang dicintainya tak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Keluarga yang agamis, baik, hangat, ramah dan mau menerimanya tanpa memandang bibit, bebet serta bobot.
"Maaf, sebenarnya tujuan nona mau kemana? Apa hanya mau memutar-mutar kota saja?
Mendengar pertanyaan sang sopir yang sudah kesekian kalinya, gadis itu hanya bergeming. Dia bingung tidak tau harus pergi kemana. Tapi yang pasti, dia ingin menghindari Emran untuk sementara waktu.
"Nona!"
"To-tolong bawa saya ketempat yang dapat menenangkan hati, pak!" ucapnya setelah sekian lama terdiam.
"Kemana, non?"
"Terserah."
"Lah, kok..." sang sopir garuk-garuk kepala kebingungan.
"Saya orang baru. Jadi tidak hapal nama-nama tempat yang ada di kota ini."
"Memangnya nona ini berasal dari mana? wajah nona seperti bukan wajah orang Indonesia asli, tapi nona fasih berbahasa Indonesia."
Dia tersenyum hambar, haruskah bercerita dari mana asalnya? Bagaimana jika sang sopir mengulik latar belakangnya lalu bersikap seperti orang tua kekasihnya? Dia pun memilih bungkam.
Dari pantulan kaca diatas kepalanya, sang sopir dapat melihat pancaran kesedihan di raut wajah gadis itu. Tiba-tiba, dia teringat pada suatu tempat yang mungkin lebih cocok dikunjungi bagi orang yang sedang bersedih.
"Kita sudah sampai ditempat yang tenang, nona!"
Dia tersentak sadar setelah sepanjang jalan hanya duduk diam dan termenung. Bahkan dia tidak sadar, berapa kilo meter perjalanan yang sudah mereka tempuh.
Dia melihat keluar. Di penghujung sana, nampak deburan ombak saling menggulung-gulung.
"Bapak membawa saya ke pantai?"
"Iya non, habis saya bingung mau membawa nona kemana. Kata orang-orang sih pantai itu tempat yang cocok untuk nenangin pikiran."
Dia menghembuskan nafas besar. Sebenarnya, dia tidak menyukai pantai, sebab pantai pernah menyisakan trauma saat dia berkunjung ke pantai bersama sang mama dan sang paman beberapa waktu silam. Namun, dia tidak mungkin menyalahkan sang sopir, sebab sopir itu tidak bersalah, dan dialah yang salah telah memintanya terserah hendak membawanya kemana saja.
Dia berdiri di bibir pantai yang jaraknya cukup jauh dari laut. Menatap lautan biru dengan ombak yang saling kejar-kejaran. Burung-burung beterbangan di atasnya menambah keindahan pantai tersebut.
" Uncle, teman-teman ku sering diantar sekolah oleh papa dan mamanya. Tapi kenapa aku hanya diantar sama mamaku saja?"
"Kalau kamu mau, uncle yang akan mengantar kamu ke sekolah tiap hari."
"Tapi uncle Choi bukan papaku. Aku hanya ingin diantar oleh papaku seperti teman-temanku. Dimana dia sekarang uncle?
"Uncle..."
"Kalau uncle tidak ingin memberitahu, aku akan menanyakan nya pada mama. Mama pasti tahu dimana papa."
"Jangan, jangan pernah bertanya pada mamamu. Kamu...tidak ingin melihat mamamu sedih bukan?"
Dia memejamkan mata. Kalimat terakhir kepercayaan keluarga Lee itu kembali terngiang di otaknya. Kalimat larangan yang membuatnya bungkam hingga belasan tahun lamanya.
"Aaaaaaa..."
"Woy, jangan berisik."
Sontak dia terkejut. Di tengah sedang menumpahkan rasa kekecewaannya, terdengar suara seseorang melarangnya berteriak.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?