/0/16183/coverbig.jpg?v=c607b69716967c1603ce737cfa0037db)
Di dunia maya, seorang pemuda gamer, mendapati dirinya terdampar setelah mati saat asik bermain game. Ia terlahir kembali di dunia cerita sebagai roh. Menyadari bahwa kekuatannya terletak pada imajinasi, memungkinkannya menciptakan segalanya dalam dunia ini. Dengan membentuk wujud manusianya, Seir menjelajahi hutan, menciptakan monster berwujud humanoid sebagai teman perjalanan. Mereka menjelajahi dunia cerita itu bersama dengan monster ciptaannya, untuk mencari pengalaman dan sekedar menghilangkan rasa bosan Seir. Tapi karena kekuatannya sangat kuat jadi dia hanya menggunakan sebagian kecil kekuataannya saja, bahkan monster ciptaannya juga di berikan kekuatan yang hampir serupa dengan dirinya.
Seir merasakan udara segar hutan membelai wajahnya yang pucat. Cahaya matahari tembus melalui rimbunnya daun pepohonan, menciptakan bayangan yang dansa di atas tanah. Hutan ini adalah dunia maya yang sebelumnya hanya ada dalam game yang ia mainkan sebelumnya, tetapi sekarang, Seir merasakannya begitu nyata.
Dia berdiri di dekat pohon, merenung tentang perubahan mendalam yang dialaminya. Sesaat sebelumnya, dia hanya terus bekerja di kantor, sekarang dia merasakan kembali kehidupan di antara pohon-pohon yang tumbuh tinggi.
"Wow, ini benar-benar nyata." gumam Seir sambil melangkah lebih dalam ke dalam hutan.
Seir melihat sekitar dan tidak sengaja melihat kakinya "Apaaa!! Kakiku tembus pandang! Apa ini? Coba ku sentuh."
"Lah? Tembus! Bentar tenanglah diriku. Sepertinya aku tidak mempunyai tubuh fisik, bisa di bilang aku hanya berwujud roh." Seir sedikit bingung.
"Sudahlah. Lebih baik aku berjalan-jalan dulu." Gumamnya.
Setiap langkahnya memberikan getaran di tanah lembut, dan aroma alami hutan menyeruak di udara. Di tengah perjalanan, Seir bertemu dengan makhluk-makhluk aneh yang biasa dia lawan saat bermain game.
"Sebentar, ini dunia game. Bukankah berarti ini dunia yang nyata juga?" Pikir Seir sambil berjalan-jalan santai
"Kalau begitu aku akan coba sesuatu!" Seir yang bersorak kegirangan
Seir mencoba berimajinasi. Kemudian secara tiba-tiba sebuah monster humanoid dengan mata yang penuh keingintahuan muncul di depannya. "Hai, saya adalah Gala, monster dewa pemakan planet ciptaanmu. Selamat datang, Tuan Seir!" sambut monster itu dengan suara yang lembut.
"Wah berhasil! Sepertinya aku bisa menciptakan sesuatu dengan imajinasiku. Bahkan penampilannya persis seperti yang aku pikirkan, rambut panjang bergelombang berwarna ungu bercorak merah dan hitam, pakaian yang seperti gadis kastil vampire, kekuatan sihir yang tidak terbatas yang ku rasakan."
Sambil melihat ke bawah ke badannya " Wah bahkan badannya bagus sekali. Dadanya besar?!" Seir berbicara di dalam hati dengan semangatnya
"Apa ini menggunakan energi sihir? Setauku di game ini ada yang namanya sihir." Seir berbicara dalam hatihati dengan heran.
Seir tersenyum dan menyapa, "Terima kasih, Gala. Saya masih mencoba mencerna semua ini."
Gala menjadi pemanduan bagi Seir, menjelaskan bahwa kekuatannya terletak pada imajinasi. "Setiap pikiran Anda dapat menciptakan hal-hal di dunia ini. Coba bayangkan sesuatu," ajak Gala dengan penuh semangat.
Seir memejamkan mata, membayangkan wujud manusianya. Saat matanya terbuka, dia melihat dirinya sendiri dengan pakaian yang terbentuk dari cahaya putih. "Ternyata berhasil!" serunya.
Dengan wujud manusianya yang baru dan mahluk ciptaannya bernama Gala, Seir menjelajahi hutan lebih jauh. Mereka melintasi sungai yang jernih, melewati rerimbunan bunga berwarna-warni, dan menyusuri lorong-lorong pepohonan tinggi.
Setelah beberapa saat, hutan itu membuka diri, dan di kejauhan tampak sebuah kota yang mempesona bernama Zonis. Rumah-rumah kayu berkumpul dengan rapi, dan jalan-jalan dipenuhi dengan kehidupan sehari-hari penduduk. Seir dan Gala menyusuri jalan yang berliku, menciptakan cerita baru di setiap langkah.
Ketika mereka mendekati Zonis, suasana kota semakin terasa. Penduduk kota berjalan-jalan dengan senyuman ramah di wajah mereka. Seir dan Gala diterima hangat oleh seorang penduduk kota yang tampak baik hati.
"Selamat datang di Zonis! Saya Penjaga Gerbang kota ini, apa yang membawa kalian ke sini?" tanyanya sambil tersenyum lebar.
Seir menjelaskan bahwa dia tersesat di hutan dan bagaimana dia bisa sampai di kota itu. Penjaga gerbang mendengarkan dengan antusias, dan tanpa ragu, menawarkan tempat tinggal sementara di rumahnya. "Kalian bisa tinggal di sini sampai kalian menemukan tempat yang cocok. Ayo, saya akan antar kalian ke rumah saya," kata Penjaga Gerbang sambil mengajak mereka menjelajahi lebih dalam kota.
Zonis terbuka dengan keindahan dan keramahan, menawarkan petualangan baru bagi Seir. Meskipun masa lalunya masih menggelayuti pikirannya, dia bersemangat menghadapi apa pun yang akan datang di dunia yang baru ini bersama Gala.
Setelah melewati gerbang kota yang megah, Seir dan Gala dibawa oleh Penjaga Gerbang ke rumahnya yang berada di tengah-tengah kota Zonis. Rumah kayu yang hangat dengan kebun bunga di sekitarnya memberikan suasana yang ramah dan damai.
"Sini, mari masuk. Kalian bisa tinggal di sini selama kalian butuh," ucap Penjaga Gerbang sambil membuka pintu rumahnya. Seir dan Gala pun masuk, merasakan kehangatan ruangan yang penuh dengan perabot kayu sederhana.
"Terima kasih banyak, Penjaga Gerbang. Kami sangat berterima kasih atas bantuanmu," ucap Seir penuh rasa terima kasih.
Tak lama setelah itu, Penjaga Gerbang mengundang mereka ke ruang tengah, tempat keluarganya berkumpul. Suasana kekeluargaan terasa begitu kuat, dengan tawa anak-anak yang riang terdengar di sudut ruangan.
"Silakan duduk, kalian bisa memanggil saya Yulf. Kami senang bisa membantu," kata Yulf sambil menawarkan tempat duduk di dekat perapian kecil yang memberikan kehangatan pada malam yang mulai dingin.
Seir dan Gala duduk, merasa disambut hangat oleh keluarga ini. Mereka berbincang-bincang tentang Kota Zonis, kehidupan sehari-hari, dan segala sesuatu yang mungkin menarik bagi Seir dan Gala.
"Saya dengar kalian datang dari hutan utara, hutan itu bernama hutan Agung. Apa yang membawa kalian ke sini?" tanya Nyonya Yulf, ibu dari keluarga itu.
Seir menceritakan kisahnya, dengan berbohong. Gala menambahkan tentang bagaimana ia diciptakan bertemu dengan Seir, hingga mereka berpetualang bersama.
"Izinkan saya memperkenalkan diri, namaku Seir dan ini temanku Gala" Ucap Seir sambil melambai ke Gala.
"Saya mengalami hilang ingatan saat bertarung dengan monster di sana, saat itu Gala yang kebetulan melihat mengalahkan monster itu dan mengobati saya." Ucap Seir sambil tersenyum.
"Benar sekali. Saya Gala tinggal di hutan itu, dan kebetulan bertemu dengannya. Kita bersama beberapa hari dan akhirnya memutuskan untuk berpetualang bersama. Mengisi kekosongan di ingatan Tuan Seir." Ucap Gala sambil menunjukkan rasa hormat
"Terima kasih Gala. Sudah mengerti apa yang aku pikirkan. " Seir berbicara dengan Telepati.
"Tenang saja Tuan Seir. Tuan sendiri yang memberikan kekuatan ini kepada saya. Jadi sudah seharusnya saya menggunakannya dengan baik." Balas Gala dengan senyum lembut kepada Seir.
Keluarga Yulf mendengarkan dengan penuh seksama, sesekali tertawa dan mengangguk-angguk mengerti. "Kami senang kalian datang ke sini. Zonis memang tempat yang indah, penuh dengan orang bervariasi. Ada yang jahat, ada pula yang baik. Srtidaknya mereka hanya untuk bertahan hidup." ujar Yulf sambil tersenyum.
Malam itu, Seir dan Gala merasa nyaman dalam rumah keluarga Yulf. Mereka tidur dengan damai di kamar tamu yang disiapkan dengan baik. Esok paginya, matahari bersinar terang, dan aroma kopi yang harum mengisi udara ketika mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Seir?" tanya Yulf sambil menyendok Sup di Mangkoknya.
Seir memikirkan pertanyaan itu sejenak sebelum menjawab, "Aku ingin berpetualang, belajar lebih banyak tentang dunia ini, dan mungkin menemukan tujuan baru di sini. Tentu saja bersama wanita ini, Gala."
Gala, yang juga duduk di sebelahnya, menambahkan, "Dan tentu saja, melihat apa lagi yang bisa aku lakukan untuk Seir."
Pak Yulf tersenyum, "Kalian selalu diterima di Zonis. Jangan ragu untuk bertanya atau meminta bantuan jika kalian butuh sesuatu. Kota ini penuh dengan kebaikan dan petualangan."
"Ya. Terimakasih aku pasti kembali." Ucap Seir sambil tersenyum
Setelah sarapan, Seir dan Gala memutuskan untuk menjelajahi kota Zonis. Mereka berjalan-jalan melalui jalan-jalan yang ramai, melihat beragam toko dan bangunan yang indah. Beberapa penduduk kota menyapa mereka dengan ramah, ada juga yang acuh tak acuh dengan mereka berdua, tapi suasana kota terasa hidup dan penuh keceriaan.
Seir dan Gala berkunjung ke pasar tradisional di pusat kota, di mana berbagai barang dagangan dipajang dengan warna-warni. Mereka berbaur dengan penduduk kota, berinteraksi dengan pedagang, dan merasakan kehidupan sehari-hari di Zonis.
"Kota ini sungguh menakjubkan," kata Seir sambil melihat sekeliling dengan penuh kagum.
Gala menimpali, "Dan setiap sudutnya penuh dengan potensi untuk keajaiban baru yang bisa kita ciptakan."
"Gala. Tenanglah kita tidak boleh sembarangan menunjukan kekuatan kita di sini. Bisa jadi kita akan di incar suatu negara." Bisik Seir ke telinga Gala.
"T-Tuan Seir terlalu... dekat!?" Gala berbiacara di dalam hati.
"Ada apa Gala? Apa kau sakit? Ku tidak yakin kalau kau bisa sakit." Ucap Seir sambil sedikit heran.
"A-ahh t-tidak Tuan Seir. Hanya perasaanmu saja..." Gala sambil memalingkan mukanya.
"Hmph... kalau itu terjadi aku maupun Tuan Seir sendiri bisa menghancurkan dengan mudah kan. Bahkan dunia ini pun bisa saja." Lanjut Gala yang masih memalingkan muka.
"Kurasa memang potensi kekuatan ini lebih dari itu. Tapi tetap saja jangan gunakan kekuatan sembarangan. Kita tidak bisa menikmati kehidupan kita nanti." Ujar Seir sambil menyentuh pundak Gala.
Petualangan Seir dan Gala di Zonis baru saja dimulai, dan mereka akan mendaftar ke tempat para petualang berada.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Natalia dulu mengira dia bisa meluluhkan hati Kenzo yang dingin, tetapi dia salah besar. Ketika akhirnya memutuskan untuk pergi, dia mendapati dirinya hamil. Meski begitu, dia memilih untuk diam-diam meninggalkan dunia pria itu, yang mendorong Kenzo untuk mengerahkan semua sumber dayanya dan memperluas bisnisnya ke skala global-semua itu dilakukannya demi menemukannya. Namun, tidak ada jejak Natalia. Kenzo perlahan-lahan berubah menjadi gila, menjungkirbalikkan kota dan membuat kekacauan. Natalia akhirnya muncul kembali bertahun-tahun kemudian, dengan kekayaan dan kekuasaannya sendiri, hanya untuk mendapati dirinya terjerat dengan Kenzo sekali lagi.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.