/0/16559/coverbig.jpg?v=e2071e6c7a02478e542e0f7ba23df599)
Seorang gadis garang bernama Tamara yang menikah dengan seorang pria bernama Alif. Pernikahan yang di lakukan karena di paksa oleh keadaan. Membuat dirinya pasrah untuk menjalani rumah tangganya dengan laki-laki yang tak di cintanya. Bagaimana kisah selanjutnya, mampukah mereka menjalani pernikahan yang membuat Tamara sangat berat menerima Alif sebagai suaminya. Mampukah Alif meluluhkan hati sang istri, agar dapat menerima dirinya dan pernikahan mereka. Biar gak penasaran lanjut cuss baca kisah percintaan mereka. Happy reading...
Seorang gadis bernama Tamara duduk dengan beberapa teman- temannya, dalam keadaan separu sadar.
Dentuman musik dan lampu yang gemerlap, membuat suasana mereka semakin menikmati suasana malam dengan beberapa minuman dengan merek terkenal.
"Lanjutin Ra! Ayo ngapain si loe pusing mikirin bokap yang sekarang aja gak peduli sama elo lagi. Dia lebih peduli dengan ibu sambung loe!" ucap seorang wanita dengan rambut pirang, menghasut Tamara.
"Iya, gue jadi males pulang. Apalagi ada perempuan itu, bikin gue gak betah di rumah!" jawab Tamara, dengan teman-temannya.
Wanita yang di sapa Poppy pun tersenyum menyeringai mendengar Tamara menjawab seperti itu. Lalu seorang pria yang sejak tadi Rara bersandar kepadanya. Pria itu bernama Juno yang dari tadi tak henti-henti mengecup tangan Tamara.
Antara Poppy dan Juno sejak tadi tersenyum menyeringai. Hanya mereka saja yang tau apa yang mereka pikirkan.
"Ra bagaimana elo jadi ikut gue. Rumah gue sepi, elo bisa tidur di sana temani gue," bisik di telinga Tamara.
Karena Tamara sudah mabuk berat ia pun kini tak sadarkan diri. Juno yang mempunyai pikiran buruk segera membopong Rara meninggalkan tempat yang di penuhi oleh penghuni club malam tersebut.
Di pertengahan perjalanan, Juno menghentikan kendaraannya di tempat yang sepi dan gelap. Ia yang sejak tadi memperhatikan Tamara dengan penampilannya yang menarik membuat pikiran kotonya terus menghantuinya.
Apalagi penampilan Tamara yang menggunakan mini dress berwarna hitam, dengan tali 1 berada di pundaknya serta bagian atasnya yang terbuka. Membuat bagian dua buah melon miliknya terlihat sangat indah.
Tamara yang terlihat berantakan, apalagi dengan kondisi yang mabuk berat membuat Juno berpikiran buruk. Dirinya ingin menikmati gadis yang ada di hadapannya itu.
Karena Tamara tak sadarkan diri, tangan Juno terulur untuk menurunkan tali kecil yang berada di bahu Tamara.
Dengan wajah mesum, Juno mendekatkan wajahnya ke Tamara. Ia berusaha untuk menyentuh bibir ranum Rara yang sejak tadi sudah menggodanya.
Namun keberuntungan berada pada Rara, di saat Juno ingin menciumnya. Mata Tamara terbuka, ia terbelalak dengan apa yang ia lihat, dan dengan cepat ia segera mendorong pria yang ada di hadapannya.
"Juno, elo mau apain gue?" tanya Tamara dengan marah.
Juno tersenyum menatap Tamara. "Ayolah Ra, elo tau gue suka sama elo. Kita sama-sama dekat dan saling kenal, kenapa kita gak menjalin hubungan. Mari kita memulai dari sekarang!"
Plak.
Tamara menampar Juno, sampai-sampai pria itu menatap Rara dengan tatapan tak suka.
"Berani loe ya, nampar gue." Juno menekan kedua pipi Tamara dengan kencang. "Elo tau hah! Elo itu gak jauh beda seperti cewek yang lain biasa w kenal. Jadi dengan elo bersikap seperti ini, percuma karena elo itu seperti cewek murahan tau gak!"
Mata Rara basah saat mendengar apa yang Juno katakan. Dengan memberanikan diri Tamara mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya. Saat ada kesempatan barulah dia membuka pintu dan melarikan diri.
Suasana jalan cukup sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, jadi tak ada orang yang terlihat di jalan.
Tamara terus berlari saat Juno mengejar dirinya. Dengan nafas yang tersengal-sengal, Rara berusaha melarikan diri dari pria yang hampir saja melecehkannya.
"Tolong ..." teriak Tamara.
"Mau kemana cewek bodoh, ini udah pagi. Elo berteriak sampe mulut lo doer, tetap gak akan ada yang dengar. Hahaha ..." Juno tertawa saat melihat Tamara yang jatuh bangun menghindar darinya
Saat Tamara berlari, terus menoleh kebelakang. Sampai-sampai ia tak sadar ada sebuah mobil di hadapannya, dan ..."
"Aaaaa ...."
Brak.
Tamara tertabrak sebuah mobil berwarna hitam, dan langsung tak sadarkan diri. Sedangkan Juno melihat Rara yang tergeletak di jalan, ia mundur dan segera melarikan diri
Dua orang pria keluar dari dalam mobil, untuk melihat kondisi orang yang mereka tabrak.
"Ya ampun, Fahmi ayo kita segera bawa dia ke rumah sakit!"
"Tapi Alif kita gak kenal dia, ngapain kita bawa dia ke rumah sakit? Lagian dia yang sengaja menabrakkan dirinya sendiri ke mobil!" tolak Fahmi.
"Mau kenal atau enggak, tapi kita udah menabrak dia. Bahkan dia sampai tak sadarkan diri. Kalau kamu tak mau bantu, biar aku yang bawa dia." Jawab Alif, dengan cepat ia segera membopong tubuh Tamara.
Fahmi pun dengan pasrah membantu Alif membuka pintu mobil, dan membawa Tamara ke rumah sakit.
Keesokan paginya Tamara membuka mata, alangkah terkejutnya ia melihat sang ayah berada di hadapannya yang terlihat begitu khawatir.
"Sayang. Syukurlah kamu sudah sadar, papa khawatir dengan kondisi kamu Nak." Pak Tama mengecup kening putrinya.
"Papa disini? Lalu aku kenapa aku berada di sini?" tanya Tamara mengingat kejadian semalam, namun justru kepalanya terasa berdenyut membuat dirinya tak dapat mengingat apapun.
"Sudah sayang, jangan di paksa untuk mengingatnya. Semalam itu papa di hubungi oleh seseorang, kalau kamu masuk rumah sakit. Tanpa pikir panjang papa dan mama Intan segera kesini,"jawab pak Tama.
"Mama Intan juga ikut menunggu aku di sini?" Tanya Tamara.
"Iya Nak, bahkan dia juga yang semalaman menunggu kamu di sini. Mama Intan begitu khawatir dengan kamu sayang." Sambil membelai lembut rambut sang putri.
"CK! Sudah lah Pah aku sedang tidak ingin mendengar papa menceritakan tentang mama Intan!" Pinta Tamara.
Pak Tama hanya bisa menghela nafasnya saat mendengar sang putri bicara seperti itu. Tanpa mereka sadari intan sejak tadi mendengar percakapan antara suami dan anak sambungnya. Ada rasa sedih, namun ia segera menghapus air matanya.
Dua hari Tamara di rawat, dan hari ini Tamara sudah di perbolehkan pulang. Intan sebagai ibu berniat ingin membantu putri sambungnya. Namun apa yang ia dapatkan justru ucapan yang tak enak di dengar oleh Rara.
"Hei dengar ya! Sampai kapanpun kamu berusaha baik dengan saya, saya tak peduli. Bagi saya kamu hanya istri papa saja, bukan ibu saya mengerti kamu!" Ucap Tamara dengan tatapan benci.
"Terserah kamu Tamara, saya melakukan ini tulus. Bagaimanapun saya sangat menyayangi papa kamu, otomatis saya juga sayang kamu sebagai putri dari suami saya!" jawab intan dengan tegas.
"Dengarkan saya baik-baik! Saya tidak peduli dengan apa yang kamu katakan. Saya yakin perkataan kamu itu, hanya bualan semata. Setelah saya baik dengan kamu, justru kamu yang akan membunuh saya secara perlahan," Tamara dengan senyuman menyeringai
Mana mungkin saya membunuh kamu secara perlahan. Sedangkan saya tau, kamu putri kesayangan suami saya. Saya sadar diri kalau saya ini siapa, saya melakukan ini semua tulus ke kamu." Setelah mengatakan itu, makanan yang di bawa oleh intan segera di letakkan di atas meja, dan ia pun meninggalkan kamar putri sambungnya dengan rasa kecewanya.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"