/0/16568/coverbig.jpg?v=9b6317039e1cc7eff81b631f4ea68228)
"Rawat sendiri bayi itu, dia bukan tanggung jawabku. Aku tidak sudi menerima dia dalam hidupku. Apalagi harus merawatnya seperti anakku sendiri. Hidupku sudah lebih baik tanpa kamu, Mas!"
"Rawat sendiri bayi itu, dia bukan tanggung jawabku. Aku tidak sudi menerima dia dalam hidupku. Apalagi harus merawatnya seperti anakku sendiri. Hidupku sudah lebih baik tanpa kamu, Mas!"
"Mas ... aku mohon tetaplah di sini, lihat anak kita, lihatlah aku, Mas .... Terserah jika Mas mau menikah lagi dengannya, aku rela. Asalkan Mas tetap bersama kami. Melani butuh kamu, Melani butuh kita, aku mo---hon, Mas ---," tangisan Tsani bak pengemis 1 tahun yang lalu masih terekam jelas dalam memorinya. Sangat menyayat.
💙💙💙
"Melani ... mainnya jangan jauh-jauh ya, Nak," teriak Tsani dari dapur yang sedang berkutat dengan basrengnya.
"Iya, Mah." Anak 2 tahun berambut keriting itu bermain dengan teman sebayanya di halaman rumah Tsani yang penuh dengan bunga anggrek.
Rumah berukuran kecil, yang hanya terdapat 1 kamar tidur, kamar mandi yang sempit berjejer dengan dapur dan ruang tamu adalah rumah peninggalan orang tua Tsani. Rumah yang menjadi hunian ternyaman Tsani dan putrinya, Melani saat ini. Setelah terpaksa ke luar dari rumah Bimo, satu tahun yang lalu walaupun sudah di tahan oleh mertuanya untuk tetap tinggal di sana.
"Alhamdulillah pesanan basreng hari ini lumayan banyak, bisa buat beli token listrik dan beli beras buat makan besok," gumam Tsani sembari mengusap keringat di keningnya. Bibir tipisnya mengulas senyum bahagia. Tsani bersyukur sekali walaupun dengan pendapatan minim wanita yang sekarang berstatus janda atau bukan, tidak sampai memiliki hutang di warung. Kehidupannya sangat prihatin.
Semenjak kepergian Bimo yang menyisakan luka trauma, dan kebencian satu tahun lalu, di mana Melani baru berusia 12 bulan. Wanita yatim piatu itu ditinggalkan tanpa ada ucapan talak dari Bimo. Status pernikahannya kini mengambang tiada kejelasan. Namun, kehidupan ini akan terus berjalan dengan ada atau tidaknya Bimo dalam hidup Tsani. Ia harus menghidupi buah hatinya dengan menjual basreng yang dititipkan ke warung tetangga dan penjual jajanan pagi di pinggiran jalan. Tsani sengaja memilih basreng untuk menyambung hidup mereka karena makanan itu bisa tahan dalam beberapa hari.
Bukan tanpa alasan Bimo meninggalkan istri dan darah dagingnya, melainkan karena wanita yang dianggap Bimo lebih lihai dalam urusan ranjang. Padahal, usia wanita jalang itu masih 20 tahun. Jauh dari Tsani yang berusia 28 tahun waktu itu. Namun, keahlian Dini merebut suami orang sangatlah handal.
"Ante ... Ante Ani, ada penghahat mau ulik Meyani." Mita, teman bermain Melani lari terbirit-birit ke arah dapur dan menunjuk ke halaman rumah.
"Mah ... olong Meyani, Mah," teriakan gadis berusia 2 tahun itu membuat Tsani berlari kocar-kacir menghampiri sumber suara.
"Astaghfirullah, kamu di sini saja ya, Mit. Jangan ikut keluar!" perintah Tsani dan berlari cepat.
Ternyata betul, seorang laki-laki dengan tangan kiri yang menggendong bayi, berpakaian kumal dengan wajah tak terawat sedang memeluk Melani.
"Lepaskan putriku!" bentak Tsani dari ambang pintu lalu berlari dan bergegas meraih anak semata wayangnya.
"Mamah ... Meyani atut ...," tangis Melani pecah dalam gendongan Tsani.
"Tenang sayang sudah ada Mamah di sini, ayo kita masuk." Tsani melangkah mundur dan berbalik arah menuju rumah dan segera mengunci pintu.
"Tsani ...," lelaki itu menyebut nama Tsani dengan suara parau.
Tsani tak menggubrisnya karena takut dan merasa tak mengenali lelaki itu.Tidak gentar dengan bentakan wanita berkulit kuning langsat itu, lelaki tersebut malah mendekat ke rumah dan mengetuk pintu rumah Tsani.
"Tsan ... Tsani, izinkan aku masuk. Aku ingin memeluk Melani."
"Mas Bimo ...," Tsani bergeming di dalam hati. Suara itu, suara di balik pintu itu sangat Tsani kenali. Seketika badan Tsani longsor ke lantai, duduk bersender di tembok..
"Owe ... owe ..." suara tangisan bayi di luar sana.
"Tsani, aku mohon, izinkan aku bertemu dengan putriku. Aku sangat rindu padanya."
Tsani masih saja terdiam, kesakitan yang hampir sembuh kini menganga kembali bersama munculnya Bimo sekarang.
"Mah, Om itu ciapa?" tanya Lani yang kini sudah terlihat tenang dari ketakutannya.
"Itu olang hahat, Meyani. Makanya Ante Ani no no uka intu," jawab Mita dengan polosnya khas anak kecil.
Tsani mengepakkan kedua tangannya, Lani dan Mita langsung masuk dalam dekapan Tsani yang masih terduduk di lantai.
"Kalian jangan takut, ada Mamah di sini." Tsani mengecup kening kedua anak itu.
Tangisan bayi belum juga selesai, bahkan makin keras terdengar.
"Sabar ya, Nak ... sabar. Sebentar lagi kamu bisa minum, masih Ayah usahakan," suara parau Bimo menenangkan bayinya.
Bimo yang sudah tiga hari terlantung-lantung di jalanan bersama bayinya, kini sudah tidak tahu lagi mau ke mana. Tujuan ia pulang ke rumah orang tuanya sudah jelas tidak akan diterima.
Semenjak Bimo mencoreng nama baik keluarga karena lebih memilih Dini, wanita yang mereka anggap kotor. Bimo sudah tidak lagi diakui sebagai anak oleh orang tuanya dan sekarang Bimo diusir oleh wanita pilihannya.
"Tsan, jangan kau pedulikan aku, tetapi kumohon dengan sangat. Berikanlah sedikit hatimu untuk bayiku. Dia sangat kehausan."
Segala rasa berkecamuk dalam hati Tsani saat ini. Di satu sisi, kebencian tengah berkobar karena masa lalu yang menyakitkan. Di sisi lain ada hati nurani seorang ibu yang tidak tega mendengar rintihan seorang bayi. Sekalipun Tsani tahu, bahwa bayi digendongan Bimo adalah hasil pengkhianatannya dengan wanita jalang itu.
"Mah, dede ayi itu acihan cekali, Meyani mau olongin dede ayi itu ya, Mah ... oleh?" Tangan mungil Melani menggoyang lirih lengan Tsani.
Mata Tsani kini banjir, bukan karena sakit dan benci yang ia rasakan, tetapi sebab Melani. Putri kesayangannya berbesar hati ingin menolong bayi itu. Andai Melani tahu siapa sebenarnya mereka, pasti Melani akan sedih mungkin lebih dari kesedihan yang Tsani rasakan. Akan tetapi, anak sekecil Melani belum paham akan hal ini.
"Lani ... Mita ... bisakah kalian ke kamar dulu, Nak? Ada yang mau Mamah selesaikan," titah Tsani, "dan kalian janji ya, apapun yang terjadi kalian tidak boleh ke luar kamar, baik Lani ataupun Mita. Mamah mohon."
"Iya, Mah ..." sahut mereka secara bersamaan dengan lari kecil mereka meninggal Tsani.
Setelah mereka masuk ke kamar, Tsani bangkit dari duduknya. Menyeka dengan kasar air mata yang terus berlinang.
"Ini harus segera aku selesaikan, aku tidak mau rumahku jadi tontonan tetangga."
Pintu rumah terbuka, netra Bimo memancarkan binar-binar kelegaan. Namun, berbeda dengan Tsani yang masih menatap Bimo dan bayi itu dengan penuh kebencian.
Diperuntukkan bagi dewasa berumur 18+. Harap bijak dalam memilih bacaan.***Seperti biasa mas bram pun selalu punya cara untuk memberikan alasan pada ibundanya setiap bulan ketika harus bertemu dengan aku. Dan hal itu bukan masalah yang besar untuk mas bram mengingat dirinya seorang atasan pada perusahaannya dimana dirinya diharuskan untuk mengontrol beberapa cabang diluar kota.Seperti pagi ini disaat aku sedang mamasak, mas bram diam-diam memelukku dari belakang dan mendaratkan ciuman nya di tengkuk leherku. Kami seperti pengantin baru saja, padahal kami sudah menikah selama sepuluh tahun lamanya. Dan dia adalah seorang lelaki yang romantis dan penuh pengertian dan sangat paham apa yang membuat aku bertekuk lutut dihadapan. Atau paling tidak disangat mengerti apa yang kuingini ketika kami dimabuk asmara seperti ini.Aku hanya mendesah, “ Mas, geli aah..Dia tambah bersemangat dengan memelukku tambah erat. Hingga akupun merasakan kelelakiannya ketika menyentuhku dari belakang.
Ciumannya kini turun ke perut yang mulus dan rata, lidahnya bermain di pusarnya, dan tangannya lalu menurunkan celana dalam yang jadi kain terakhir yang menempel ditubuh Endah, dan wanita itu mengangkat pantatnya agar Asaln dengan leluasa membuka celana dalamnya. Rimbunan semak belukar hitam menyapa tatapan Aslan, dan mata yang malu terlihat diatas sana agak samar dirundung birahi, apalagi saat dengan lembut Aslan membuka lebar pahanya, sehingga aroma kewanitaan yang segar dan alami pun menyeruak membuat nafsu kelakilakian seorang Aslan semakin membara Dengan lembut bibirnya mencium gundukan bukit rimbun dan hitam itu….. Belahannya kemudian terlihat memerah mengintip, serta bagian daging kecil yang memancing bibir Aslan untuk menyentuhnya “Auhg,,,,,, abang…..”
Cerita tentang kehidupan di kota kecil, walau tak terlalu jauh dari kota besar. Ini juga cerita tentang Kino, seorang pria yang menjalani masa remaja, menembus gerbang keperjakaannya, dan akhirnya tumbuh sebagai lelaki matang. Pada masa awal inilah, seksualitas dan sensualitas terbentuk. Dengan begitu, ini pula kisah tentang the coming of age yang kadang-kadang melodramatik. Kino tergolong pemuda biasa seperti kita-kita semua. Apa yang dialaminya merupakan kejadian biasa, dan bisa terjadi pada siapa saja, karena merupakan kelumrahan belaka. Tetapi, kita tahu ada banyak kelumrahan yang kita sembunyikan dengan seksama. Namun Kino mempunyai hal yang menarik yang dalam cerita ini lebih menarik dari cerita fenomenal lainnya.
Brenna tinggal bersama orang tua angkatnya selama dua puluh tahun, menanggung eksploitasi mereka. Ketika putri kandung mereka muncul, mereka mengirim Brenna kembali ke orang tua kandungnya, mengira mereka miskin. Pada kenyataannya, orang tua kandungnya termasuk dalam kalangan atas yang tidak pernah bisa dijangkau oleh keluarga angkatnya. Berharap Brenna akan gagal, mereka terkesiap melihat statusnya: seorang ahli keuangan global, seorang insinyur berbakat, pembalap tercepat .... Apakah ada akhir bagi identitas yang dia sembunyikan? Setelah tunangannya mengakhiri pertunangan mereka, Brenna bertemu dengan saudara kembarnya. Tanpa diduga, mantan tunangannya muncul, menyatakan cintanya ....
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
© 2018-now Bakisah
TOP